Alena dan Devin sudah sampai di suatu gempat yang tak jauh dari jalan setapak yang orang – orang lalui saat masuk ke hutan. Di sana ada bangunan villa yang tak jauh berbeda dengan villa yang Devin miliki, mungkinkah itu juga villa milik Devin? Alena hanya bertanya dengan dirinya sendiri dan terus ikut berjalam mengikuti langkah Devin.
“Bagaimana, apa kamu suka?” tanya Devin menoleh ke Alena.
“Ini villa milikmu?” tanya Alena balik.
Devin hanya mengangguk, lalu menarik tangan Alena kembali untuk mengajaknya masuk ke dalam villa.
“Devin, lepasin sakit tangan aku,” ucapnya sambil menarik tangannya dari gengaman tangan Devin.
“Lagian kamu ngapain ngajak aku ke sini segala,” ucap Alena sebal.
“Bukannya aku tadi sudah bilang,” ucap Devin lalu mendekati Alena hingga tubuh mereka tak ada jarak satu sama
Devin melepaskan pagutannya dan tersenyum kepada Alena,” bagaimana?” tanya Devin dengan menaik turunkan alisnya.Alena masih diam sambil mengatur nafasnya kembali normal, namun lagi – lagi Devin kembali memagut bibir Alena yang menurutnya sangat mengoda dan manis.Tak sampai di situ saja tangan Devin juga tak tinggal diam, tangan Devin terus bergerilya di tubuh Alena dan kini jemari Devin memainkan bagian sensitif Alena.“Aaaa … Devin lep ____,” belum juga selesai Alena berbicara Devin membungkamnya kembali dengan ciumannya.Devin berusaha melepaskan baju Alena dan berhasil, Devin melempasrkan ke sembarang arah dan Devin juga melepaskan dalam Alena lalu membuangnya.Devin sangat mengagumi apa yang ada di tubuh Alena, ada yang berubah di milik Alena yang kini semakin berisi dan besar Devin lalu melumatnya dan yang tangan satunya meremasnya, Alena ingin mengakhiri ini tapi tubuh Alena tak bisa bohong dirinya menik
Alena keluar dari kamar mandi sudah rapi, lalu berjalan ke meja rias untuk make up, sedangkan Devin yang sudah terbangun sibuk dengan hpnya, entah mungkin masalah pekerjaan.Devin menoleh ke Alena dan tersenyum tipis,” kenapa nggak bangunin aku,” ucap Devin.“Kamu tidurnya pules jadi aku nggak berani bangunin, sudah sekarang lebih baik kamu segera mandi, lalu kita kembali ke villa. Aku nggak mau nanti Kaendra mencari aku sampai nangis,” ucap Alena memperingati.“Kenapa kita harus kembali sekarang? Ini juga sudah malam, bagaimana kalau kita melanjutkannya saja dan pulang besok pagi, dan soal anak kita Kaendra pasti dia tahu dan nggak akan nyariin kita,” ucap Devin sambil tersenyum miring.Alene memutar tubuhnya dan menatap tajam Devin, namum Devin hanya tersenyum dengan devil sambil menaik turunkan alisnya.“Kenapa? Apa kamu takut besok pagi nggak akan bisa jalan?” tanya Devin dengan masih wajah polosnya tanpa dosa.“Devin, bisa n
Mereka akhirnya makan malam bersama, dan hanya berdua saja. Devin memang sudah merencanakan ini sejak awal agar bisa berduaan dengan Alena, walau Alena sangat keras kepala namun Devin enggak akan menyerah sedikit pun. Makan malam dengan suasa hening dan hanya bunyi piring dan sendok saja dan sesekali Devin menatap Alena, entah kenapa malam ini Alena sangag terlihat cantik.“Sayang, terima kasih untuk malam ini,” ucapku sambil tersenyum pada Alena.“Ini kamu yang memaksa Devin, hingga aku harus meninggalkan Kaendra bersama dengan Alice,” ucap Alena kesal dan aku hanya bisa tersenyum. Aku meraih ke dua tangan Alena dan menciumnya dengan lembut.“Ya, aku tahu. Tapi kamu tenang saja, Kaendra tak akan kenapa-kenapa dan dia pasti juga tahu jika kedua orang tuanya ingin berduan,” ucapku.Alena menghela nafas panjang dan menatapku sebentar. “Sebenarnya apa yang kamu inginkan Dev?” tanya Alena.Devin menatapku sejenak, “Ayo kita menikah Alena, ayo kita besarkan anak kita secara bersama,”
Kini aku bersama dengan Alena kembali ke villa, kami pagi-pagi sudah kembali ke villa yang satunya dimana di sini ada Kaendra, Alice, dan Evan. Aku memang sengaja menyuruh Evan untuk datang ke sini untuk berjaga-jaga jika Kaendra dan Alice kenapa-kenapa, sedangkan Alena langsung menuju kamar Kaendra yang masih tertidur pulas. Ya, aku mengikuti Alena di belakanganya.“Benar kan kata aku jika Kaendra masih tidur, kamu enggak percaya,” ucapku dari belakang.“Memangnya kamu menyesal jika kembali ke sini hm?” tanyaku sambil berbalik menatap Devin dan Devin hanya tersenyum saja sambil garuk-garuk kepalanya.“Setidaknya kita bisa melanjutkan kegiatan kita yang semalam kan masih ada waktu,” ucapku mulai merajuk, semenjak aku bertemu dengan Alena kembali aku ingin selalu ada di dekatnya jika kalau bisa maka Alena akan aku kurung di kamar saja biar enggak keluar kemana-mana.“Dasar Devin mesum, sudah jadi bapak-bapak juga enggak inget umur hm,” ucapku, akan tetapi hanya tertawa dan berjalan
Tujuanku ke sini adalah untuk bertemu dengan klien dan liburan namun klien yang aku temui adalah Devin, dimana dia yang sudah merencanakan ini semuanya dan aku memang tak tahu akan hal ini. Ya, sudahlah di sinilah hubunganku dengan Devin kembali lagi dan bahkan kita juga sudah merencanakan pernikahankita berdua, dan di sinilah aku sudah memikirkan semuanya jika ini sudah menjadi pilihanku. Saat tadi pagi aku dan Devin kembali ke villa dimana Kaendra dan Alice di sini, saat ini aku sedang berduduk santai sambil menikmati acara tv sedangkan yang lainnya pergi entah kemana bersama dengan Evan, namun yang aku benci di sini Devin tak ikut bersama dengan mereka bahkan dia malah dekat-dekat denganku.“Hah! Devin bisa enggak kamu enggak terlalu dekat seperti ini, di samping kamu masih luas,” ucapku.Namun sepertinya Devin tak mendengarkannya dan asik dengan ipad dan pekerjaannya, aku hanya bisa menghela nafas panjang dan menatap Devin ingin sekali aku menjedotkan kepalanya ke tembok tapi baga
Kini aku, Kaendra, dan Alice benar-benar kembali ke Seoul dengan mobilku sendiri namun aku menggunakan sopir. Aku sebenarnya masih ingin di sana menikmati liburanku bersama dengan Kaendra akan tetapi Devin memaksaku untuk ikut kembali ke Seoul dan kami juga akan menyiapkan pesta pernikahan kami. Hah! Ini benar-benar membuatku muak karena Devin tak sedikitpun membuatku merasa tenang.“Nona Alena kenapa?” tanya Alice.Aku menoleh ke Alice dan tersenyum padanya. “Aku enggak apa-apa Alice,” ucapku, kami masih dalam perjalanan dan waktu tempuh masih lama, aku juga menyuruh Kaendra untuk tidur saja dari pada dia bosan memainkan game di ipadnya. Sampai akhirnya aku juga memutuskan untuk tidur saja dari pada aku memikirkan Devin yang ada nanti jika dia tahu akan besar kepalanya. Memang aku dan Devin tak satu mobil memang karena keinginanku, aku mau Devin menggunakan mobilnya sendiri begitu juga denganku.Kami berangkat dari villa sekitar pukul 08.00kst dan ini juga yang memutuskan Devin setel
Aku membiarkan Devin berbuat sesuka hatinya sedangkan aku kembali memejamkan mataku dan aku pun kembali tertidur begitu juga dengan Devin yang ikut tidur dengan memelukku dari belakang. Hingga aku kembali terbangun dan waktu sudah menunjukkan pukul 05.30kst sore, aku menoleh ke samping dan Devin masih tertidur dengan pulas, aku tersenyum kecil lalu dengan pelan-pelan aku melepaskan pelukan Devin. Aku beranjak dari ranjang dan menuju kamar mandi untuk membersihkan badanku, setelah selesai aku juga menuju kamar Kaendra untuk melihatnya dia sudah bangun atau masih tertidur dan ternyata dia baru saja di habis mandi dengan di bantu oleh Alice.“Anak mama baru selesai mandi ya?” tanyaku, sambil berjalan pelan mendekati Kaendra dan Alice yang memakaikan baju Kaendra.“Nona, juga baru selesai mandi?” tanya Alice sedangkan aku hanya mengangguk dan setelah itu aku mengambil alih Kaendra.Aku membawa Kaendra ke kamarku dan bahkan dia juga sangat terlihat senang saat tahu papanya berada di sini n
Hari terus berganti dan pagi ini dimana pernikahanku dengan Devin akan dilaksanakan, aku menunggu appa menjemputku dan membawaku ke atas altar. Aku bahagia dimana saatnya aku menikah bersama dengan Devin dan aku juga enggak perlu repot-repot bermain petak umpet seperti dulu untuk menghindari Devin agar aku tak bertemu dengannya namun sekarang justru aku akan menikah dengannya dan hidup bahagia dengan keluarga kecilku nanti.“Nona kamu sangat terlihat cantik,” ucap Alice yang baru saja masuk bersama dengan Kaendra.Aku menoleh ke arah Alice dan Kaendra, aku tersenyum kecil pada mereka. “Terima kasih Alice pujiannya, kamu bisa saja,” ucapku.“Iya, benar. Mama hari ini sangat cantik dan papa juga sangat tampan tadi Kaendra melihatnya,” ucap Kaendra anakku yang tampan dan pintar. Ya, semuanya mirip Devin mulai wajah dan kepintaran anakku.Tak lama kemudian appa masuk ke dalam kamarku untuk menjemputku, sengan di gandeng appa ke atas altar bertemu dengan Devin yang sudah menungguku sedari