"Saya ingin menjenguk seseorang," ucap Della untuk menjawab pertanyaan Salsa.
"Oh, kebetulan ya, kamu malah dengar aku memanggil perawat dan akhirnya membantuku." Salsa tersenyum setelah mendengar jawaban Della, wanita itu mengelap tangannya dan kemudian hendak keluar.
"Sebenarnya, saya ke sini karena ingin menemui Anda. Anda adalah orang yang ingin saya jenguk," ucap Della memberanikan diri. Jantungnya berdegup dengan cepat ketika mengatakan itu.
Salsa awalnya terkejut ketika mendengar Della mengatakan itu, tapi hanya berpikir jika Della pasti mencemaskan dan ingin mengetahui kondisinya yang baru mengalami kecelakaan.
"Kamu baik sekali karena mau menjengukku," ucap Salsa, tapi sedetik kemudian Salsa memiliki pemikiran lain. "Apa kamu ke sini karena ingin membahas masalah kecelakaan itu, atau kamu mau meminta imbalan?" tanya Salsa dengan banyak dugaan di kepalanya.
Della menahan tawa ketika mendengar dugaan Salsa, hingga menggelengkan kepala pelan
Della mencoba bersikap tenang menghadapi Salsa, meski merasa sedikit takut ketika hanya ada dirinya dan Salsa saja di ruangan itu.Terdengar helaan napas kasar, Della langsung melirik Salsa yang ternyata sudah menatapnya. Ia merasa sedikit canggung karena Salsa sedari tadi mengamuk."Aku haus, ambilkan minum!" perintah Salsa dengan suara nada datar.Della mengangguk, lantas menuangkan air dari tumbler ke gelas, kemudian menyodorkan gelas berisi air itu pada Salsa.Salsa memperhatikan gerak-gerik Della, menilai sifat dari cara janda cantik itu menuang air dan menyuguhkan padanya. Ia menerima gelas dari Della, menenggak sedikit isi di dalam sebelum akhirnya kembali menatap Della."Duduklah!" perintah Salsa dengan nada suara pelan."Baik," kata Della yang kemudian duduk di kursi."Siapa namamu?" tanya Salsa."Della, Della Mahardika."Salsa menarik napas dalam-dalam, kemudian menghela perlahan berulangkali, seakan sedang men
"Kapan kami bisa bertemu dengan keluargamu?" tanya Salsa.Sudah dua hari semenjak Salsa dirawat, hari ini wanita itu sudah pulang dan kini ada di rumah bersama Dimas, Anggara, juga Della.Keempatnya sedang makan siang bersama, Della ada di sana karena permintaan Salsa, merasa perlu sebab baik Dimas maupun Della mengatakan jika ingin menjalin hubungan yang serius."Sebenarnya kedua orangtuaku sudah meninggal, aku hanya memiliki satu kakak tiri," jawab Della sedikit ragu, takut jika Salsa akan mempermasalahkan itu.Salsa terdiam dengan menatap Della. Dimas dan Anggara bertukar pandangan, merasa was-was kalau Salsa kembali tak setuju jika tahu tentang keluarga Della."Saudara tiri? Hmm ... kamu juga tidak bisa memilih antara kandung atau tiri, jadi aku tidak akan mempermasalahkan," ujar Salsa yang membuat ketiga orang lainnya menghela napas lega. "Asal saudaramu setuju menjadi wali, tentu kami akan mendatangi untuk membicarakan perihal lamaran," imbuh
Della dan Dimas tengah duduk menatap orang yang berhadapan dengan mereka. Keduanya ternyata pergi menemui Malik dan Susan, ingin meminta Malik menjadi wali keluarga Della.Susan melirik sang suami yang sedari tadi hanya diam, dirinya sendiri sedang memangku bayinya."Sayang, kamu mau diam sampai kapan?" tanya Susan karena sang suami hanya diam. Ia sampai menepuk lengan Malik.Malik mendesau, hingga kemudian menepuk kedua paha sebelum bicara."Kamu yakin sudah mau menikah lagi?" tanya Malik. Meskipun Della bukan adik kandungnya, tapi tetap saja Malik khawatir ketika mengingat bagaimana dulu Della disakiti oleh mantan suami."Ya, tentu saja. Kenapa kamu ragu?" tanya Della setelah menjawab pertanyaan Malik. Della memang tak ada sopannya ketika bicara dengan Malik."Tentu saja ragu karena kamu baru saja bercerai," jawab Malik dengan nada tegas.Della mencebik mendengar jawaban Malik, tapi tentu saja paham akan maksud sebenarnya dari kakak
Malam itu Dimas terlihat tidak bisa tidur. Dirinya tidur di kamar sendiri, sedangkan Della tidur bersama Mitha. Sedangkan Ahsan sendiri tampaknya belum pulang, karena seharusnya Dimas tidur dengan pria itu sebab rumah Mitha hanya ada 2 kamar.Dimas keluar dari kamar, melihat pintu kamar tempat Della tertutup rapat. Ia berjalan keluar rumah dan duduk di bangku yang berada di teras rumah. Dimas bisa merasakan terpaan angin malam yang terasa dingin, suara jangkrik dan kodok menemani sepinya keheningan.Tak lama berselang, mobil pickup Ahsan berhenti tepat di belakang mobil Dimas. Pria itu turun dan melihat Dimas yang duduk di teras. Karena sudah tahu jika Della datang, tentu saja Ahsan tak terkejut ada Dimas di sana."Kenapa tidak istirahat? Bukannya kamu baru saja melakukan perjalanan panjang?" tanya Ahsan dengan sopan. Ia berjalan mendekat ke arah Dimas duduk, satu tangan menenteng sebuah kantong plastik.Dimas terkejut mendengar Ahsan yang bicara begitu s
Di rumah Livia. Livia dan Susan sudah mempersiapkan segalanya untuk menyambut keluarga Dimas. Livia sampai meliburkan restorannya, meminta koki dan pelayannya untuk membantu di sana. Livia tidak ingin mengecewakan keluarga Dimas, dan menganggap kalau tidak ada yang peduli dengan Della.Della sendiri dirias dan mengenakan dress sederhana. Awalnya Della ingin berpenampilan biasa saja, karena menganggap kalau itu hanya kunjungan untuk membahas pernikahan mereka. Namun, Livia bersikukuh agar Della didandani dengan cantik, tak ingin membuat Della melewatkan momen indah seperti itu."Mamamu terlalu berlebih," keluh Della ketika Susan masuk ke kamar.Susan tersenyum, lantas menatap Della yang duduk di depan meja rias."Wah, kamu sangat berbeda dari biasanya," ujar Susan ketika melihat penampilan Della."Aneh, ya?" Della malah merasa khawatir kalau dandanannya aneh."Eh, siapa bilang? Kamu sangat cantik," puji Susan yang langsung membuat wajah Della
"Sayang, tenang dulu." Juan langsung merangkul kedua lengan istrinya."Lepasin, dia ini memang tidak berubah dari dulu!" geram Livia, menggerakkan kedua pundak agar tangan Juan terlepas tapi tidak berhasil."Memangnya kamu nggak, hah! Dasar pelit!" cibir Salsa.Anggara yang mendengar Salsa mencibir, lantas mendekat dan ikut memegangi lengan Salsa untuk menahan."Pelit apanya? Mana bisa berbagi pria!" Livia membela diri."Eh, itu masa muda. Lagian sekarang suamiku lebih tampan, anakku saja sangat tampan!" Salsa sepertinya tak mau kalah.Juan dan Anggara saling tatap, tak mengerti dengan apa yang sebenarnya sedang diperdebatkan dua wanita itu."Aku mau dia sekarang!" teriak Salsa."Nggak boleh!" kekeh Livia.Kedua wanita itu hampir adu remas kalau tidak ditahan suami mereka masing-masing."Berikan dia padaku!" bentak Salsa lagi."Nggak bisa, dia punyaku!" kekeh Livia lagi.Anggara dan Juan bingung deng
Tanggal pernikahan Dimas dan Della sudah ditetapkan. Kini keduanya tinggal menunggu hari itu tiba. Della sendiri baru kali ini merasa diperhatikan, itu karena semua yang mengurus persiapan pernikahannya adalah Livia. Della sampai merasa sungkan dengan wanita itu dan keluarganya, yang sudah sangat baik padanya.Sore itu Dimas menjemput Della di restoran seperti biasa, mereka akan menikah seminggu lagi, tapi Dimas masih terus mengantar jemput karena cemas jika Della pergi sendiri."Apa kamu sudah ambil cuti?" tanya Dimas ketika mereka berada di mobil untuk pulang."Sudah, sebenarnya mama Livi udah minta aku cuti, cuma malas aja di rumah," jawab Della."Mama Livi?" tanya Dimas ketika mendengar cara memanggil Della yang berubah pada wanita yang merawat Bagas."Ya, itu karena mama Salsa. Kata mama Livi, dia tak mau tersaingi oleh mama Salsa," jawab Della yang kemudian mengembuskan napas kasar.Sejak acara pertunangan Della dan Dimas, tampaknya Sa
Hari pernikahan Della dan Dimas pun tiba. Awalnya Livia ingin pesta diadakan di halaman rumahnya, tapi karena Salsa bersikukuh agar acara diadakan di gedung khusus sesuai arahan Wedding organizer, membuat Livia memilih mengalah. Gedung itu sudah dihias sedemikian rupa, bucket bunga tampak berjajar rapi di kanan dan kiri sepanjang pintu utama hingga altar pernikahan. Meja khusus untuk menyajikan hidangan sudah tertata rapi, siap diisi dengan aneka menu makanan yang sudah dimasak khusus oleh koki restoran Livia. Susan terlihat masuk ke salah satu ruangan khusus tempat pengantin dirias. Ia melihat Della memakai kebaya berwarna peace dengan manik yang menghias. "Cie, yang mau nikah lagi," goda Susan. Della yang baru saja dirias dan masih berdiri di depan cermin besar, lantas menoleh dan menatap Susan dengan mimik wajah memelas. "Dih, masa mau nikah mukanya gitu! Asem kek jeruk," ledek Susan ketika melihat wajah panik bercampur takut Della.