Share

Bab 76

Penulis: Goresan Pena93
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setiap langkah yang dinikmati berdua semakin indah kala semua mata memandang mereka. Tangan yang berkelindan erat menunjukkan betapa bahagianya mereka berdua. Kepercayaan yang dibangun di atas keikhlasan menumbuhkan istana cinta dari dalam hati si cantik jelita.

"Hai, Dave? Oh, kalian so sweet. Kami menunggu sejak tadi." Pelukan hangat menyentuh diri sang putra. Laila tampak terharu karena kini, putranya sudah sangat membuatnya mengembang seperti balon. Menantu yang diidamkan sejak lama akhirnya dibawanya datang.

"Yes, Mom. Sekarang Dave sudah mengabulkan keinginan dan harapan Mama, Papa. Dave membawanya datang." Dave mengusap wajah keriput orangtuanya yang terlapisi dengan air mata bahagia.

George membentangkan tangannya siap menerima pelukan pria gagah nan berwibawa itu. Ada tawa puas dan kebahagiaan yang tak bisa diukur. Lain di Indri, ia tampak gugup hingga kedua tangannya berubah dingin dan berkeringat saat menyalami dua manusia sepuh itu.

"Mari duduk, Sayang!" Laila mengajak In
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perginya Istriku    Bab 77

    "Menurutku?" Satu lemparan tawa mengejek terlukis penuh misteri. "Seharusnya kamu tak perlu bertanya. Kamu pasti paham dan tahu sendiri ukuran dirimu." Meisya berdiri. Ia meninggalkan Indri setelah ungkapan itu tersampaikan. Indri kembali ke dalam lagi. Melepas udara yang tiba-tiba membuat dadanya sesak bersama langkah yang tak begitu diperhatikan. Menuju ke dapur, wanita muda dengan setelah kalem itu melihat sang mertua tengah mengaduk minuman panas. "Hai, Sayang? Kamu mau teh juga? Papamu tadi minta, ada di kamar sama Dave. Apa kamu mencarinya?" Laila tak pernah menunjukkan sikap tak enak. Wanita dengan sejuta kasih sayang itu membuat Indri nyaman."Tidak, Ma. Biarkan saja dia di sana. Saya izin pulang duluan, nanti sampaikan padanya. Ada urusan mendadak." Laila bisa melihat genangan melingkari bola mata menantunya. Namun, ia tak ingin terlalu jauh ikut campur. Bukan maksud hati tak peduli, tetapi ia paham setiap manusia memiliki privasi masing-masing. "Mama panggilkan Dave, ya?

  • Perginya Istriku    Bab 78

    "Kenapa? Marah?" Sekilas pria itu menoleh lalu kembali ke posisi semula. "Menggoda, karena kamu itu natural. Bukan disengaja atau tanpa adab tetapi kamu memiliki daya tarik tersendiri. Masih belum paham?" Dave tersenyum tipis. Kedua alisnya terangkat menekan sebuah pertanyaan.Indri masih diam. Ia sengaja mogok bicara karena sudah kecewa. Dikiranya, Dave adalah pria yang romantis, tetapi kenyataannya malah membuat moodnya hilang."Saya enggak pernah menggoda Bapak." Jawaban keluar terdengar ketus. Bibir mengerucut dua senti, Indri tetap memasang wajah ditekuk. Tangannya pun meremas guling, menahan marah."Memang enggak. Tapi, sikapmu yang istimewa itu dan kepribadian yang kamu punya itu telah membuatku tak bisa tidur semalaman.""Jadi, Bapak menikahi saya bukan karena balas jasa? Apa ini sudah bagian dari rencana Bapak?" Isi kepala semakin ngelantur, Indri mulai berubah seperti detektif. Jika satu kali lagi ucapan Dave membuatnya terkejut, maka dia tidak akan tinggal diam. "Kamu kena

  • Perginya Istriku    Bab 79

    Setelah sampai, dokter digiring ke kamar atas. Pintu kamar ia buka dan mendapati istrinya meringkuk dengan kain kompres di kening. Dave menutupi tubuh istrinya dengan selimut kala dokter wanita berusia paruh baya itu datang.Stetoskop melekat pada dada, Indri tersentak dan kaget. "Ada apa ini?" Ia bingung."Sudah, tenang, ya, Bu. Anda akan diperiksa sebentar saja," ucap dokter keluarga itu. Ia menekan denyut nadi di tangan Indri dan merasakan sesuatu. Senyum manisnya timbul hingga mengundang tanya pada suami istri yang masih terpaku."Bagaimana, Dok?" Dave sudah tak sabar. Ia duduk di sebelah Indri dan membantunya menyandar dipan."Alhamdulillah, istri Anda tengah mengandung sekitar tujuh Minggu. Saya akan kasih resep vitamin untuk ditebus." Dokter tadi menulis di atas satu lembar kertas. Lalu, menyerahkannya pada Dave."Saya permisi dulu," lanjut dokter tadi. "Terima kasih, Dok," balas Dave seraya meletakkan kertas tadi di atas tempat tidur.Indri tergugu dalam diamnya. Masih pada p

  • Perginya Istriku    Bab 80

    "Nak, tidurlah di kamar Ali! Biar besok pagi, Ibu yang akan membujuk Indri." Rumi berdiri di dekat pria itu. Membawakan selimut yang baru saja diambil dari lemari. Lalu, menyerahkan pada Dave yang masih menatap kosong di lantai."Benar, Tuan. Kamar saya di sebelah." Ali menunjuk dengan ibu jarinya. Menunjuk sebuah kamar dengan pintu terbuka. "Kamarnya tidak terlalu besar, Tuan. Tapi, setidaknya Anda bisa memakainya malam ini. Sambil menunggu Indri lebih baik lagi."Dave mengangguk. Ia mulai berdiri dan menarik udara dalam-dalam lalu mengembusnya pelan, setelah itu menerima selimut yang diberikan oleh Rumi. "Terima kasih, Bu. Maaf, saya merepotkan." Ada wajah sendu di sana, membuat Rumi tak mampu menjawab lagi. Hanya balasan anggukan saja yang tersirat.Malam manis berubah kelam hanya dengan satu kabar mengejutkan. Sikap manis dan semu kemerah jambuan berubah muram dan tangis tak terbendung. Dave menyimpan hatinya baik-baik, tak akan pernah melepaskan. Jika ada sosok yang mendiami rahi

  • Perginya Istriku    Bab81

    Cinta memang luar biasa.Mengubah segala derita menjadi pelangi senjaMengubah kerasnya hati menjadi butiran relaMemaafkan ketika dosa telah terlanjur menoreh luka"Jangan banyak pikiran, kau harus lebih bahagia dari ini. Aku janji, semampu diri akan terus di sampingmu." Ditatapnya lagi wajah sang istri. "Em, kita namain siapa nanti calon anak kita?"Indri mulai tersenyum. Ia juga lelah terus menerus mendiamkan pria itu. Ia tahu, hari ini Dave ada meeting penting tetapi hanya demi membujuknya, rela meninggalkan semua itu. Indri juga menyadari, perjuangan Dave meluluhkan hatinya berbeda dari yang lain."Pak ...." Indri mendongak."Hmm." Jarak hanya satu jengkal saja antara wajah dengan wajah. "Katakan! Apa yang ingin kau katakan." "Saya minta maaf. Saya sudah pergi dari rumah tanpa izin. Jujur, kata-kata Ibu telah menyihir pikiran saya. Saya takut mendapat laknat malaikat. Tapi, saya tidak tahan dengan sebuah kebohongan. Saya tidak mau merasakannya lagi."Dave menghela napas. Ia pan

  • Perginya Istriku    Bab 82

    "Apa ini?" tanya Dave. Sore itu, selepas salat Ashar, Dave melihat kertas bertuliskan rangkaian indah di atas tempat tidur. Indri yang baru saja selesai mandi pun menjawab, "Itu, undangan dari Mas Fabian. Dia mau nikah." Wanita berbadan dua itu menggosok rambutnya yang basah. Lalu beralih menata sajadah dan hendak salat juga.Mereka janjian akan berbelanja di sebuah supermarket. Membeli buah-buahan dan bahan pokok selama satu bulan. Mobil pun melaju membelah jalanan yang tidak terlalu ramai. Senyum keduanya terus terlukis. Dengan sebelah tangan memutar kemudi dan yang satunya lagi menggenggam tangan sang istri. Sungguh romantis, dunia serasa milik berdua saja."Sayang, aku mau cari alat cukur bulu dulu. Kamu lanjut ke depan sana tempat buah, nanti aku susul," kata Dave sambil menunjuk."Oke. Jangan lama-lama, yah?!" Nada manja itu seperti tak tahan jika lama-lama berjauhan. Seperti pengantin baru sungguhan.Indri mulai melangkah, dan mereka berpisah. Satu persatu kebutuhan dapur terp

  • Perginya Istriku    Bab 83

    Jantung terasa lepas dari tempatnya. Indri masih terpaku tak menoleh karena ia takut. Ia tak mau mendengar berita buruk. Ia tak ingin kemanisan yang baru saja ia teguk bersama Dave, hilang detik ini juga. Suara keras itu masih terus menggema dan orang-orang berhamburan keluar gedung. Hanya dia yang berdiri di sana. Saat Fabian datang padanya dan menyentuh pundak, Indri semakin terisak. Belum jelas siapa yang mengalami insiden tersebut, tetapi dada sudah seperti genderang bertabuh.Indri membalik tubuh dan mengangkat gaunnya yang menjuntai itu. Ia berlari tanpa bertanya siapa yang telah tak bernyawa di tengah jalan. Tangis histeris membuat langkahnya bergetar. Semua sudah jalannya, pesan-pesan dari Dave kembali berputar dalam ruang kepalanya.Sampai di tempat tujuan, kepala pria tampan dengan jambang merambat itu sudah dipenuhi dengan aliran darah segar. Tubuh Indri lemas. Ia sudah tak mampu lagi berkata-kata, hampir pingsan tetapi kedua tangannya meraih kepala sang suami dan meletakk

  • Perginya Istriku    Bab 84

    PERGINYA ISTRIKUSejak kepergian Dave yang kabarnya menyebar ke segala penjuru itu, Indri lebih sering menyendiri di kamar. Sesekali ke perusahaan untuk melihat kondisi di sana sekaligus mengenang sang suami. Wanita muda yang kini baru saja masuk ke dalam ruangan itu berjalan menyentuh kursi yang biasanya diduduki oleh Dave. Setiap kenangan dan tawa mereka terlintas lagi dalam ruang kepala. Sesekali mengelus perutnya yang masih rata itu. Lagi kenangan mereka pun ia putar dalam ruangan itu. "Seandainya saja kamu masih ada di sini, pasti aku tidak akan sehancur ini. Kau tinggalkan aku dengan benih ini?" Indri kembali menitikkan air matanya. Ia terduduk di kursi itu. Menatap foto mereka berdua di atas meja. Tiba-tiba sebuah ketukan pada pintu terdengar, membuat Indri segera mengusap wajahnya. "Masuk."Fabian muncul dari sana. Ia membawakan sebuah kotak makan dan tersenyum pada Indri. "Ini, buat bumil. Dihabiskan, ya?" Indri menggeleng kepalanya. "Aku sudah makan tadi, Mas. Buat kamu

Bab terbaru

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 205

    "Tapi nggak siang bolong begini juga Mas, nggak enak dengan tamu undangan juga keluarga yang lain. Pak penghulu aja belum pulang lo," elak Anggi beralasan yang sebenarnya dirinya masih grogi dan malu harus sekamar kembali dengan Reno."Berarti kalau sudah nggak siang boleh dong," goda Reno sambil menaik turunkan kedua alisnya."Ish ... Apaan sih, minggir mau keluar." Anggi menggeser tubuh tegap suaminya."Cium dulu," pinta Reno sambil mendekatkan bibirnya yang sengaja dimonyongkan."Mas ... Jangan ngadi-ngadi deh, minggir mau keluar dulu." Anggi kembali mendorong dada sang suami yang semakin mendekat pada dirinya."Cium dulu sekali ajaz habis itu kita keluar bareng, biar enak kalau keluarnya bareng," jawab Reno sambil tersenyum manis."Mesum ....""Eh, siapa ya mesum, kamu kali yang pikirannya udah traveling ke mana-mana. Maksudku kalau kita keluar kamar bareng kan enak dilihatnya. Masak pengantin baru keluar kamar sendiri-sendiri, apa kata mereka coba?" Reno menyentil ujung hi

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 204

    "Terima kasih sudah mau menerimaku kembali, juga sudah memberikan Rea, hingga hidupku kembali berwarna." Ungkapan tulus Reno begitu tangannya menyambut tangan Anggi untuk diajak duduk di bangku sebelahnya.Rea yang tak mau lepas dari papanya malah memeluk leher Reno dengan posesif. Mau tidak mau, acara penyematan cincin nikah yang dilanjutkan penandatanganan buku nikah, dilakukan dengan Rea tetap di gendongan sang papa. Tamu undangan, keluarga juga semua yang menyaksikan merasa terharu juga geli, baru kali ini menyaksikan acara ijab qobul dengan membawa anak mereka. Apapun keadaan mempelai, yang pasti doa restu terucap tulus dari setiap hati yang hadir dan menyaksikan bersatunya kembali orang tua Rea tersebut.Cincin berlian berwarna pink sengaja dipesan khusus oleh Reno untuk Anggi. Eternal pink, berlian langka dan termahal di dunia, menjadi simbol bersatunya kembali rumah tangga Reno dan Anggi. Cincin dengan harga lebih dari lima puluh milyar itu tersemat dengan cantik di jari Mas

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 203

    "Iya Mbak, tanpa pakai make up berlebih, wajah Mbak Anggi sudah tampak cantik dan mangglingi ," jawab perias yang masih menyapukan kuas di wajah Anggi.Rea menatap mamanya dari balik pintu. Gadis kecil yang baru sempurna berjalan sendiri itu menatap takjub pada wanita yang melahirkannya, entah apa yang dipikirkan anak anak sekecil itu. Kepalanya beberapa kali juga menoleh, memperhatikan lalu lalang orang yang mempersiapkan acara akad nikah kedua orang tuanya. Rumah yang biasanya sepi, kini terasa ramai. Anggi yang sempat melirik bayangan putri kecilnya langsung meminta perias menghentikan aktivitasnya, lalu dirinya beranjak menghampiri malaikat kecil yang garis wajahnya seperti pinang dibelah dua dengan Reno."Sayang, kenapa di sini? Nenek mana?" Anggi mengangkat tubuh Rea dalam gendongannya lalu membawanya masuk ke dalam kamar."Mbak, maaf sambil pangku anak saya nggak pa-pa kan?" Anggi meminta izin pada perias yang akan melanjutkan pekerjaannya."Nggak pa-pa Mbak, yang penting a

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 202

    Anggi yang biasanya cuek, jutek, wajahnya menghangat dan terlihat memerah. Dia tahu kalau ayah dari anaknya itu memang lelaki romantis tapi, tidak pernah menyangkan kalau akan diperlakukan seromantis ini, ya walau hanya dalam butik, bukan di suasanya makan malam yang sangat romantis tapi, cukuplan untuk bisa membuat hati Anggi semakin berbunga-bunga.Pemilik juga karyawan butik sampai menutup mulut mereka, takjub dengan keromantisan calon pengantin pria. Baru kali ini mendapatkan klien yang unik dan cukup menarik. Seorang pegawai butik, mungkin bagian marketing langsung merekam agedan tanpa rencana itu. "Jangan sembarangan rekam, nanti kalau mereka tahu bisa runyam urusannya," tergur pemilik butik sambil berbisik."Yang penting rekam dulu Bu, nanti baru minta izin pada mereka. Kalau diizinkan lumayan buat konten marketing butik. Kalau nggak diizinkan ya simpan saja dulu. Siapa tahu lain waktu mereka berubah pikiran," balas si pegawai sambil terus melanjutkan aksinya."Semoga saja

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 201

    "Sayang, aku sudah di jalan. Kamu berangkat sendiri atau sekalian aku jemput?" Reno menghubungi Anggi begitu selesai meting dengan klien. Hari ini keduanya ada janji untuk fithing baju pengantin."Aku sudah di butik, baru saja sampai," balas Anggi dengan senyum menghias wajahn cantiknya.Semenjak Anggi jujur pada Reno kalau Rea adalah darah daging mantan suaminya. Akhirnya mereka memutuskan untuk rujuk kembali, mungkin sebuah alasan klise demi anak tapi, jika ditelisik lebih dalam lagi. Orang tua Rea sebenarnya masih saling menyimpan rasa, hanya mereka masih mengedepankan ego tanpa mempertimbangkan perasaan juga kebutuhan kasih sayang putri kecil mereka.Dan di sinilah mereka, berada di butik yang dulu juga pernah membuatkan baju pengantin untuk Reno da Anggi di pernikahan sebelumnya. Pemilik butik juga pegawai butik hanya mengulum senyum ketika Anggi menceritakan secara singkat perjalan pernikahannya dengan sang mantan suami."Mbak Anggi mau pakai baju dengan model yang bagaimana

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 200

    Saat Anggi muncul dari toilet, ia melihat Mamanya sudah duduk bersama putri dan mantan suaminya. Meski sudah dua tahun lamanya, Anggi masih ingat jelas wajah itu. Wajah yang masih sangat melekat di hatinya. "Rea, ayo ikut Mama." Anggi tiba-tiba menyerobot meraih putrinya dari pangkuan Reno. "Tunggu, Anggi." Reno berdiri menyamai wanita cantik itu. Anggi terlihat tampak lebih segar dari yang dahulu. Tampak lebih bersinar setelah bercerai dengan suaminya."Aku tidak bisa lama-lama di sini. Putriku harus tidur. Juga besok aku harus kerja." Anggi masang wajah ketus. "Nak, jangan bilang begitu. Jujurlah pada Reno. Siapa Rea sebenarnya." Mama Anggi ikut berdiri. Namun, ia tak ingin mencampuri urusan mereka. "Mama ke sana dulu. Kalian bicaralah berdua. Jangan ada yang mengedepankan ego. Belajarlah kalian untuk bersikap dewasa dan tidak mengikuti hawa nafsu sendiri." Wanita tua itu lantas pergi. Meninggalkan mereka bertiga saja. Karena tak bisa mencegah lelaki itu melarangnya, maka Anggi

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 199

    "Hai, Bro!" Seorang lelaki tampan datang dari balik pintu. Ia mengulas senyuman pada Reno yang terkejut akan kehadirannya. "Wah, elu." Mereka berpelukan karena sudah lama tak bertemu. Reno menepuk punggung lelaki itu berkali-kali. Lalu, menyuruhnya untuk duduk. "Wah, udah sukses nih ceritanya." Dian tertawa. "Sukses apaan? Ya, gini-gini aja dari dulu." Reno menghela napas panjang. Mereka lantas duduk di sofa dalam ruangan itu. "Udah move on belum? Masa iya masih aja menghukum diri sendiri?" Lelaki sahabat Reno sejak masa kuliah itu memang senang sekali menyindir. Ia akan membuat lelaki di sebelahnya itu mengakhiri masa lajangnya. "Gue udah mati rasa. Cuman Anggi yang masih di dalam hati gua. Lu mau nyomblangin sama siapa aja, kagak bakal mempan." Reno tertawa. "Mending lu ikut gue. Nanti malam ada acara peresmian di gedung sebelah. Bukan sebelah elu. Sebelah kantor gue. Di sana, lu bisa pilih siapa pun yang lu mau." Dian tertawa. "Tapi, jangan harap ada Anggi di sana."Dari san

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 198

    Tak lama polisi datang beserta ambulan. Zia langsung dinyatakan meninggal dunia di tempat itu juga. Sempat warga melihat gadis itu keluar dari rumah Reno. Namun, Reno tak menanggapi apa pun. Pria itu diam saja selain mengakuo bahwa Zia hanya tetangga saja. Reno sudah tak ingin tahu lagi urusan mengenai Zia. Kematian yang tragis akibat menggoda suami orang, membuatnya binasa dengan cara menyedihkan. Reno menutup rapat semua kejadian pagi itu. Ia tahu semua itu salah dia juga, tetapi karena sudah lelah, maka pria itu hanya bisa menyesali semuanya. Pagi itu, penampilan Reno tampak rapi. Bukan ingin ke kantor, melainkan ingin pergi menemui Anggi di rumah kedua orang tuanya. Orang tua Anggi tak ingin ikut campur dalam rumah tangga anaknya. Mama Anggi menyuruh Reno masuk ke dalam. Reno duduk di sofa dengan satu gelas cangkir teh hangat yang baru saja dihidangkan oleh pembantu rumah orang tua Anggi. "Ang, temui dia. Dia masih suami kamu." Anggi dibujuk oleh Mamanya. Namun, dia tetap tak

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 197

    Tak lama, saat mereka masih berdebar, tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari balik dinding. "Hallo, Mas. Kamu udah datang?" Anggi tiba-tiba muncul saat dua orang itu tengah berdebat.Kedua mata Reno pun terbelalak. "Ang, kenapa dia ada di sini?" tanya Reno penuh rasa penasaran. "Kenapa memangnya? Bukannya kalian sering ketemuan di belakang aku?" Bagai tersambar petir, tubuh Reno gemetaran. Kepalanya mendadak berdenyut nyeri dan sudah dipastikan akan terjadi perang di ruang itu. "Ang, aku bisa jelasin. Kamu pasti salah paham." Reno mencoba menjelaskan. "Ini enggak seperti yang kamu kira.""Maaf, Mas. Aku udah tau semuanya. Aku kecewa sama kamu. Dia sendiri yang mengaku dan menunjukkan bukti padaku. Kalian memang benar-benar pasangan yang enggak punya malu." Anggi menggeleng kepalanya. Reno melangkah mendekati sang istri. Ia segera mendekap tubuh ramping Anggi tak ingin melepasnya. "Lepaskan aku, Mas. Kalian sudah berhasil membuatku mati rasa. Hatiku sudah hancur. Untuk yang k

DMCA.com Protection Status