Share

Bab 49

Author: Goresan Pena93
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Di dalam pesawat, mereka tidak seperti biasanya. Indri lebih menjaga diamnya. Ia tak ingin terjadi fitnah lagi. Yang lalu, sudah menjadi pelajaran untuknya. Ia sadar diri untuk tidak terlalu dekat dengan Dave.

Sampai di Jakarta lagi, Indri mengulas senyum dan menikmati udara berdebu itu. Dave menarik tangan wanita cantik di depannya yang berjalan lebih dulu. Sontak Indri berhenti dan berbalik. Dave memberinya masker.

"Oh, makasih, Pak."

Dave diam. Wajahnya tetap datar seperti biasanya. Namun, ada yang lain saat dia sudah berada di depan mobil jemputan. Pria bermantel hitam itu melepas kacamata hitamnya, menghela napas berat. Ia teringat Risa yang tertinggal di Tokyo.

"Pak, saya naik taksi aja, ya?" Indri mulai menuruni tangga ringan pada lobi bandara.

"Saya akan antar kamu."

Mendengar ucapan Dave, pundak Indri luruh seketika. Ia ingin lepas dari lelaki itu tetapi, tak bisa. Dave menuruni anak tangga tetapi seorang wanita dengan terburu-buru dan menangis melewatinya.

"Risa," teria
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Perginya Istriku    Bab 50

    "Aku ... maaf, Ndri. Aku ingin mengajakmu rujuk." Rasya menundukkan kepalanya.Indri sendiri malah menggeleng kepalanya. "Tidak mungkin itu, Mas. Mustahil. Aku tidak mau dan tidak akan kembali sama kamu. Kita sudah memilih jalan yang benar yaitu berpisah. Kamu juga sudah mendapatkan kebahagiaan lewat wanita yang baru kamu nikahi. Sekarang, pulanglah. Ini juga sudah larut.""Ndri, kumohon. Aku tidak ingin terjebak dengan keadaan. Aku dihina di keluarga Laura. Aku dibilang miskin karena hanya menjadi karyawan biasa. Gara-gara diturunkan jabatanku." Rasya terus mengiba. Dia tidak pantang menyerah."Mas, aku tidak bisa lama-lama menemanimu. Aku harus masuk. Ini tengah malam, Mas. Silakan pulang dulu. Jangan biarkan tetangga juga berpikiran buruk tentang kita. Nanti akan ada gosip yang tak baik jika ini berlanjut. Maaf," balas Indri untuk terakhir kali. Ia menutup pintu lagi dan menguncinya. Rumi yang sempat menguping pembicaraan, langsung menyentuh lengan putrinya."Sudah, masuk aja," lir

  • Perginya Istriku    Bab 51

    "Mas ...." Indri masih terpaku. "Ayo!" Pria itu mengajak Indri lagi. "Mas, kenapa kamu ada di sini?" Seolah tak mendengar ajakan pria itu, Indri belum juga beranjak dari tempatnya berdiri."Sudahlah, ceritanya nanti saja." Fabian mengusap air mata di pipi wanita cantik itu. "Coba tunjukkan jalannya!" Fabian mengulum senyuman.Indri yang masih mendongak, beralih pandangan jauh di ujung jalan. Setelah itu, dia mengangguk. Mereka bergandengan, ada rasa yang menggetarkan hati. Indri sadar, tak seharusnya dia membiarkan lelaki itu terus menggenggam tangannya. Mereka bukan suami istri. Sampai di depan dua makan kecil dengan batu bertuliskan nama, Indri berjongkok mengelus pusara hitam di sana. Fabian ikut berjongkok dan membersihkan makam yang terdapat dedaunan kering. "Ini putra-putramu, Ndri? Pasti mereka sudah bahagia di sana. Jangan bersedih, kelak kalian pasti bisa bertemu lagi. Meski sudah berbeda cerita." "Iya, Mas. Aku tahu, aku tidak boleh berhenti di tengah jalan. Aku harus m

  • Perginya Istriku    Bab 52

    Angin bertiup membawa debu yang memenuhi jalan, dua mobil saling beriringan dengan laju yang tak tentu. Dua bersaudara saling beradu. Hingga sebuah suara yang memekik telinga membuat penumpangnya terasa seperti tengah mengadu nyawa. Indri mengatur napasnya bersama mobil yang telah berhasil ditekan remnya."Mas, aku mau turun saja. Aku tidak sanggup naik mobil begini. Perutku mual." Indri mendadak berkeringat dingin. Tenaganya seolah terhempas bersama dengan udara yang memuai. "Maafkan aku, Ndri. Aku kesal dengan Rasya yang masih saja berusaha inginkan dirimu." Fabian jujur. Ia tak bisa menahannya terlalu lama. "Aku mencintaimu." Mereka masih di dalam sana. Begitu Indri mengatakan keadaannya, Fabian membuka kaca mobil tanpa diminta.Indri membuka pintu, ia keluar dengan napas memburu. Duduk di pinggir jalan dan hampir saja lengah. Satu tangan Rasya terulur dan separuh tubuh wanita itu berhasil melekat kembali pada dada bidang."Ndri, kamu baik-baik saja? Rasya tersenyum bahagia dalam

  • Perginya Istriku    Bab 53

    Keadaan tenang itu dikejutkan dengan sebuah klakson yang berbunyi nyaring. Mobil mewah berwarna putih berhenti di bawah pohon mangga milik keluarga Indri. Dari balik jendela, Indri bisa melihat sosok gagah dengan outfitnya yang berkelas turun setelah mesin mati."Nah, kan. Dia datang." Tiba-tiba saja tengkuk terasa gatal, ingin rasanya langsung tidur."Udah, temuin saja! Siapa tahu, kamu dapat job yang lumayan. Bukan hanya perihal asmara." Ali terkekeh geli."Bener apa kata Mas-mu, Ndri. Coba temuin dulu!" tambah Rumi. Ia bersiap menuangkan minuman setelah pergi dari kamar Indri.Langkah yang terlihat malas itu mencoba membuka pintu sebelum si tamu mengetuknya. Mereka bertatapan lalu, terlihat kaku karena sama-sama gugup."Masuk, Pak!" Indri membuka lebar-lebar pintu dengan ukiran kayu tersebut."Iya," balas Dave singkat. Dave duduk setelah meletakkan kunci mobilnya di meja. Ia melihat keadaan sekitar yang terlihat sepi. Padahal, Ali dan Rumi tengah menguping dari kamar masing-masing

  • Perginya Istriku    Bab 54

    "Kamu beneran berangkat sama dia, Ndri?" Ali yang tengah berdiri di depan cermin lemarinya, memastikan sang adik duduk di kursi ruang tengah. "Au ah. Dia maksa banget, Mas. Masa iya aku nolak, aku sudah terikat kontrak kerja juga dengan dia. Aku belum siap kehilangan pekerjaan ini. Cuman nemenin emaknya doang, kok." Indri terlihat malas meski sudah siap dengan penampilan rapi. Gaun hitam dengan beberapa manik yang berkilau, dipadu dengan jilbab berwarna nude. Indri menyandarkan kepalanya pada kursi. Menemani Ibunya yang tengah menonton televisi.Waktu baru menunjukkan pukul tujuh, lepas salat Isya' Indri sudah siap. Menunggu pria yang katanya ingin menjemput. Tangannya mengotak-atik ponsel sejak tadi."Aku duluan, yah?" Ali keluar kamar. Menutup pintu agak renggang. Pria dewasa seusia Fabian itu terlihat sangat sempurna. Jambangnya yang mulai merambat tipis, mempertegas dirinya sudah benar-benar matang untuk segera berumah tangga."Duluan, deh. Kalau si es batu enggak datang, aku bis

  • Perginya Istriku    Bab 55

    "Terima kasih, Miss. Kami pergi dulu." Dave menyelesaikan pembayaran dan membuka pintu mobil untuk Indri. Mereka kembali ke jalanan yang padat. Kebetulan malam Minggu, banyak pengguna jalan yang sengaja keluar malam untuk menikmati suasana kota Jakarta.Sampai di tempat tujuan, mereka turun. Namun, saat berjalan Indri kesusahan. High heels yang ia pakai terlalu tinggi. Memang sepadan dengan tinggi badan Dave, agar mereka terlihat serasi. Berbeda menurut Indri, ini akan sangat mengganggunya."Pegang!" Dave mengulurkan tangannya. "Tapi, Pak. Kita bukan pasangan, apalagi suami istri. Saya tidak bisa berpegangan dengan anda." Dave berdecak. "Kalau kamu jatuh, siapa yang malu?" "Ya, saya sendiri. Memangnya siapa?" Indri menyincing gaunnya dan mulai masuk. "Dita!" teriak Dave. Pria itu mengejarnya. Yang dikhawatirkan Dave benar terjadi, hampir saja Indri terjungkang. Dengan sigap, tangan kekar itu menangkap pinggang ramping lalu menariknya. Mereka menjadi pusat perhatian. Sejenak bumi

  • Perginya Istriku    Bab 56

    Indri berlari dan memutar badannya, menghalangi pria dewasa itu dengan berpegangan pada pinggang Dave. Seseorang yang memegang gagang pisau telah menusukkan benda tajam itu hinggap mengalirkan cairan merah. Serupa dengan gaun yang baru saja melekat pada tubuh Indri."Dita," pekik Dave. Tangannya menahan tubuh Indri yang sudah tak berdaya. Pria bertopi hitam dengan jaket kulit tadi berlari dengan sangat cepat. Beberapa pengawal dan sekuriti langsung mengejar sosok misterius tadi. Orang-orang di dalam gedung mulai berhamburan melihat Indri dalam dekapan Dave. "Tolong!" Dave berteriak."Indri!" Fabian tak mau kalah. Ia membantu Dave mengangkat wanita itu dan membawanya ke dalam mobil. Ali pun yang paling panik diantara pria-pria itu segera mengejar adiknya yang sudah dibawa ke rumah sakit.Mobil-mobil hitam beriringan, melaju menerpa hujan lebat. Sang bidadari banyak kehilangan darah. Indri sudah tak berdaya lagi meski sekadar membuka mata. Bibirnya berubah putih memucat. Dave yang dud

  • Perginya Istriku    Bab 57

    "Maksud, Tuan?" Ali tak paham. Ia ingin mempertegas ucapan Dave. "Saya bingung, apa yang akan saya katakan nanti pada Ibu kalau tau kondisi Indri begini." Ali menunduk."Ya, jika dia memang akan kehilangan rahimnya, maka saya yang akan menerima dia apa adanya. Dia akan saya nikahi." Dengan mantap, Dave mengutarakan niatnya. Semua orang di sana terkejut. ***"Al, jangan bercanda kamu, benarkah Indri akan dioperasi? Indri sekarang gimana?" Rumi yang baru dijemput lagi itu, sudah tak kuasa menahan tangis. Mereka berjalan dengan langkah yang sangat terburu. Melewati pasien-pasien yang didorong di atas ranjang dan para dokter yang sibuk dengan urusan masing-masing."Tenang, Bu. Kalau Ibu panik, yang ada Ali juga ikut panik. Mana bisa Ali menikah sedangkan Indri dirawat begini?" Pria itu seperti tengah memakan buah simalakama. "Ada Nak Fabian dan Tuan Dave, di sana?" Rumi kembali bertanya. Sungguh, apa yang ada di dalam hatinya tak bisa lagi untuk terus ditahan.Ali mengajak Ibunya masu

Latest chapter

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 205

    "Tapi nggak siang bolong begini juga Mas, nggak enak dengan tamu undangan juga keluarga yang lain. Pak penghulu aja belum pulang lo," elak Anggi beralasan yang sebenarnya dirinya masih grogi dan malu harus sekamar kembali dengan Reno."Berarti kalau sudah nggak siang boleh dong," goda Reno sambil menaik turunkan kedua alisnya."Ish ... Apaan sih, minggir mau keluar." Anggi menggeser tubuh tegap suaminya."Cium dulu," pinta Reno sambil mendekatkan bibirnya yang sengaja dimonyongkan."Mas ... Jangan ngadi-ngadi deh, minggir mau keluar dulu." Anggi kembali mendorong dada sang suami yang semakin mendekat pada dirinya."Cium dulu sekali ajaz habis itu kita keluar bareng, biar enak kalau keluarnya bareng," jawab Reno sambil tersenyum manis."Mesum ....""Eh, siapa ya mesum, kamu kali yang pikirannya udah traveling ke mana-mana. Maksudku kalau kita keluar kamar bareng kan enak dilihatnya. Masak pengantin baru keluar kamar sendiri-sendiri, apa kata mereka coba?" Reno menyentil ujung hi

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 204

    "Terima kasih sudah mau menerimaku kembali, juga sudah memberikan Rea, hingga hidupku kembali berwarna." Ungkapan tulus Reno begitu tangannya menyambut tangan Anggi untuk diajak duduk di bangku sebelahnya.Rea yang tak mau lepas dari papanya malah memeluk leher Reno dengan posesif. Mau tidak mau, acara penyematan cincin nikah yang dilanjutkan penandatanganan buku nikah, dilakukan dengan Rea tetap di gendongan sang papa. Tamu undangan, keluarga juga semua yang menyaksikan merasa terharu juga geli, baru kali ini menyaksikan acara ijab qobul dengan membawa anak mereka. Apapun keadaan mempelai, yang pasti doa restu terucap tulus dari setiap hati yang hadir dan menyaksikan bersatunya kembali orang tua Rea tersebut.Cincin berlian berwarna pink sengaja dipesan khusus oleh Reno untuk Anggi. Eternal pink, berlian langka dan termahal di dunia, menjadi simbol bersatunya kembali rumah tangga Reno dan Anggi. Cincin dengan harga lebih dari lima puluh milyar itu tersemat dengan cantik di jari Mas

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 203

    "Iya Mbak, tanpa pakai make up berlebih, wajah Mbak Anggi sudah tampak cantik dan mangglingi ," jawab perias yang masih menyapukan kuas di wajah Anggi.Rea menatap mamanya dari balik pintu. Gadis kecil yang baru sempurna berjalan sendiri itu menatap takjub pada wanita yang melahirkannya, entah apa yang dipikirkan anak anak sekecil itu. Kepalanya beberapa kali juga menoleh, memperhatikan lalu lalang orang yang mempersiapkan acara akad nikah kedua orang tuanya. Rumah yang biasanya sepi, kini terasa ramai. Anggi yang sempat melirik bayangan putri kecilnya langsung meminta perias menghentikan aktivitasnya, lalu dirinya beranjak menghampiri malaikat kecil yang garis wajahnya seperti pinang dibelah dua dengan Reno."Sayang, kenapa di sini? Nenek mana?" Anggi mengangkat tubuh Rea dalam gendongannya lalu membawanya masuk ke dalam kamar."Mbak, maaf sambil pangku anak saya nggak pa-pa kan?" Anggi meminta izin pada perias yang akan melanjutkan pekerjaannya."Nggak pa-pa Mbak, yang penting a

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 202

    Anggi yang biasanya cuek, jutek, wajahnya menghangat dan terlihat memerah. Dia tahu kalau ayah dari anaknya itu memang lelaki romantis tapi, tidak pernah menyangkan kalau akan diperlakukan seromantis ini, ya walau hanya dalam butik, bukan di suasanya makan malam yang sangat romantis tapi, cukuplan untuk bisa membuat hati Anggi semakin berbunga-bunga.Pemilik juga karyawan butik sampai menutup mulut mereka, takjub dengan keromantisan calon pengantin pria. Baru kali ini mendapatkan klien yang unik dan cukup menarik. Seorang pegawai butik, mungkin bagian marketing langsung merekam agedan tanpa rencana itu. "Jangan sembarangan rekam, nanti kalau mereka tahu bisa runyam urusannya," tergur pemilik butik sambil berbisik."Yang penting rekam dulu Bu, nanti baru minta izin pada mereka. Kalau diizinkan lumayan buat konten marketing butik. Kalau nggak diizinkan ya simpan saja dulu. Siapa tahu lain waktu mereka berubah pikiran," balas si pegawai sambil terus melanjutkan aksinya."Semoga saja

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 201

    "Sayang, aku sudah di jalan. Kamu berangkat sendiri atau sekalian aku jemput?" Reno menghubungi Anggi begitu selesai meting dengan klien. Hari ini keduanya ada janji untuk fithing baju pengantin."Aku sudah di butik, baru saja sampai," balas Anggi dengan senyum menghias wajahn cantiknya.Semenjak Anggi jujur pada Reno kalau Rea adalah darah daging mantan suaminya. Akhirnya mereka memutuskan untuk rujuk kembali, mungkin sebuah alasan klise demi anak tapi, jika ditelisik lebih dalam lagi. Orang tua Rea sebenarnya masih saling menyimpan rasa, hanya mereka masih mengedepankan ego tanpa mempertimbangkan perasaan juga kebutuhan kasih sayang putri kecil mereka.Dan di sinilah mereka, berada di butik yang dulu juga pernah membuatkan baju pengantin untuk Reno da Anggi di pernikahan sebelumnya. Pemilik butik juga pegawai butik hanya mengulum senyum ketika Anggi menceritakan secara singkat perjalan pernikahannya dengan sang mantan suami."Mbak Anggi mau pakai baju dengan model yang bagaimana

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 200

    Saat Anggi muncul dari toilet, ia melihat Mamanya sudah duduk bersama putri dan mantan suaminya. Meski sudah dua tahun lamanya, Anggi masih ingat jelas wajah itu. Wajah yang masih sangat melekat di hatinya. "Rea, ayo ikut Mama." Anggi tiba-tiba menyerobot meraih putrinya dari pangkuan Reno. "Tunggu, Anggi." Reno berdiri menyamai wanita cantik itu. Anggi terlihat tampak lebih segar dari yang dahulu. Tampak lebih bersinar setelah bercerai dengan suaminya."Aku tidak bisa lama-lama di sini. Putriku harus tidur. Juga besok aku harus kerja." Anggi masang wajah ketus. "Nak, jangan bilang begitu. Jujurlah pada Reno. Siapa Rea sebenarnya." Mama Anggi ikut berdiri. Namun, ia tak ingin mencampuri urusan mereka. "Mama ke sana dulu. Kalian bicaralah berdua. Jangan ada yang mengedepankan ego. Belajarlah kalian untuk bersikap dewasa dan tidak mengikuti hawa nafsu sendiri." Wanita tua itu lantas pergi. Meninggalkan mereka bertiga saja. Karena tak bisa mencegah lelaki itu melarangnya, maka Anggi

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 199

    "Hai, Bro!" Seorang lelaki tampan datang dari balik pintu. Ia mengulas senyuman pada Reno yang terkejut akan kehadirannya. "Wah, elu." Mereka berpelukan karena sudah lama tak bertemu. Reno menepuk punggung lelaki itu berkali-kali. Lalu, menyuruhnya untuk duduk. "Wah, udah sukses nih ceritanya." Dian tertawa. "Sukses apaan? Ya, gini-gini aja dari dulu." Reno menghela napas panjang. Mereka lantas duduk di sofa dalam ruangan itu. "Udah move on belum? Masa iya masih aja menghukum diri sendiri?" Lelaki sahabat Reno sejak masa kuliah itu memang senang sekali menyindir. Ia akan membuat lelaki di sebelahnya itu mengakhiri masa lajangnya. "Gue udah mati rasa. Cuman Anggi yang masih di dalam hati gua. Lu mau nyomblangin sama siapa aja, kagak bakal mempan." Reno tertawa. "Mending lu ikut gue. Nanti malam ada acara peresmian di gedung sebelah. Bukan sebelah elu. Sebelah kantor gue. Di sana, lu bisa pilih siapa pun yang lu mau." Dian tertawa. "Tapi, jangan harap ada Anggi di sana."Dari san

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 198

    Tak lama polisi datang beserta ambulan. Zia langsung dinyatakan meninggal dunia di tempat itu juga. Sempat warga melihat gadis itu keluar dari rumah Reno. Namun, Reno tak menanggapi apa pun. Pria itu diam saja selain mengakuo bahwa Zia hanya tetangga saja. Reno sudah tak ingin tahu lagi urusan mengenai Zia. Kematian yang tragis akibat menggoda suami orang, membuatnya binasa dengan cara menyedihkan. Reno menutup rapat semua kejadian pagi itu. Ia tahu semua itu salah dia juga, tetapi karena sudah lelah, maka pria itu hanya bisa menyesali semuanya. Pagi itu, penampilan Reno tampak rapi. Bukan ingin ke kantor, melainkan ingin pergi menemui Anggi di rumah kedua orang tuanya. Orang tua Anggi tak ingin ikut campur dalam rumah tangga anaknya. Mama Anggi menyuruh Reno masuk ke dalam. Reno duduk di sofa dengan satu gelas cangkir teh hangat yang baru saja dihidangkan oleh pembantu rumah orang tua Anggi. "Ang, temui dia. Dia masih suami kamu." Anggi dibujuk oleh Mamanya. Namun, dia tetap tak

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 197

    Tak lama, saat mereka masih berdebar, tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari balik dinding. "Hallo, Mas. Kamu udah datang?" Anggi tiba-tiba muncul saat dua orang itu tengah berdebat.Kedua mata Reno pun terbelalak. "Ang, kenapa dia ada di sini?" tanya Reno penuh rasa penasaran. "Kenapa memangnya? Bukannya kalian sering ketemuan di belakang aku?" Bagai tersambar petir, tubuh Reno gemetaran. Kepalanya mendadak berdenyut nyeri dan sudah dipastikan akan terjadi perang di ruang itu. "Ang, aku bisa jelasin. Kamu pasti salah paham." Reno mencoba menjelaskan. "Ini enggak seperti yang kamu kira.""Maaf, Mas. Aku udah tau semuanya. Aku kecewa sama kamu. Dia sendiri yang mengaku dan menunjukkan bukti padaku. Kalian memang benar-benar pasangan yang enggak punya malu." Anggi menggeleng kepalanya. Reno melangkah mendekati sang istri. Ia segera mendekap tubuh ramping Anggi tak ingin melepasnya. "Lepaskan aku, Mas. Kalian sudah berhasil membuatku mati rasa. Hatiku sudah hancur. Untuk yang k

DMCA.com Protection Status