P u t r i k u H a m i l di U s i a 13 T a h u n Part10
Penulis: Nurliani Damanik"Buk lurah...!" Aku kaget dan berdiri melihat buk lurah yang pingsan.Lekas pak lurah langsung mengangkat tubuh istrinya, dan merebahkan nya di atas sofa.Aku mendekat ke arah nya."Mama, bangun maa," lirih Aurin putri buk lurah menggoyang tangan nya.Sementara yang lain tak tau harus berbuat apa.Wajah Doni kini berubah menjadi ketakutan."Pak lurah, ada minyak angin?" Tanya ku pada pak lurah, sambil memijit jari jempol kaki istrinya itu."Ada, ada, tunggu sebentar buk," ujar pak lurah panik kemudian bergegas beranjak."Doni, kamu jangan pergi! Disini dulu," Mas Bara membuka suara.Kulihat Doni hanya menunduk, mungkin tak tahu harus berbuat apa."Maa, bangun ma," ucap Aurin yang kini terlihat khawatir."Makanya kalau ngomong di saring dulu, untung mama mu tidak m4ti beP u t r i k u H a m i l di U s i a 13 T a h u n Part11Penulis: Nurliani Damanik"Saya memilihmu, Tika Camellia," ucap Doni dengan keras.Kami semua terdiam saat mendengar jawaban Doni."Tidak! Doni tetap milik ku," teriak Aurin dengan keras."Sudah lah, Aurin," bujuk pak lurah pada anak nya itu."Bagaimana, bang Doni?" tanya Tika lagi meminta kejelasan.Doni diam dan terlihat bingung."Berani kau menikahi nya Doni, aku akan bunuh diri," ancam Aurin pada lelaki itu."Astaghfirullahaladzim,"Aurin masih tetap tidak mengikhlaskan Doni bersama dengan anak ku, Tika."Baiklah kalau begitu, biar lah bang Doni tetap dengan perempuan ini. Saya sudah cukup trauma, percuma saya menikah dengan bang Doni tapi tetap di hantui rasa bersalah," ujar Tika panjang lebar."Maksud kamu apa, nak?" tanya mas Bara suami ku.Kami tak tahu isi pikiran Tik
P u t r i k u H a m i l di U s i a 13 T a h u n Part12Penulis: Nurliani DamanikSatu malam kami menginap lagi di rumah mbak Yuni, karna pikiran kami semua belum tenang.Aku masih membutuhkan mbak Yuni untuk menguatkan aku.Dan pulang keesokan paginya.*****"Kami izin pulang dulu ya, mbak," ucap ku pada mbak Yuni saat kami hendak pulang ke rumah."Ya, dik Aina. Sebelum kalian pindah ke kampung, ke mari dulu pamit ya," jawab mbak Yuni padaku."Baik ,mbak,"Aku menggendong Bian putra bungsu ku."Kami pulang dulu ya, mbak, mas Yusuf," ucap suami ku.Mas Yusuf dan mbak Aina mengangguk.****Jarak dari rumah kami dan mbak Yuni memang sangat dekat, jadi hanya jalan kaki saja.Kami berjalan beriringan.Saat hendak masuk ke gang, aku melihat salah seorang warga yang melempari Tika anak ku kemarin.Wanita itu hendak menyi
P u t r i k u H a m i l di U s i a 13 T a h u n Part13Penulis: Nurliani DamanikAku mencoba terbiasa dengan kehidupan kami di kampung.Bulan demi bulan telah terlewati.Usia kandungan Tika saat ini sudah 7 bulan. Dengan tubuh nya yang kecil, aku mencoba mengajari hal-hal yang pantang di lakukan saat hamil.Awal-awal kami di sini Tika hanya diam, karna aku tak membolehkan nya keluar rumah sampai ia melahirkan.Aku hanya khawatir warga kampung sini mengetahui kehamilan Tika yang masih berusia 13 tahun. Memang, rumah kami agak tersendiri. Seratus meter ke depan baru dapat pemukiman ramai.Warga sini seluruh nya ber-tani, sibuk dengan kerjaan setiap hari. Jadi memang tak ada kumpulan ibu-ibu tukang gosip. Aku tak perlu takut dan khawatir saat menyembunyikan kehamilan Tika, anak ku. Jadi aku membolehkan nya keluar rumah, walau hanya di halaman saja.Saat aku tengah memotong kentang untuk masak makan s
P u t r i k u H a m i l di U s i a 13 T a h u n Part14Penulis: Nurliani Damanik"Tuh, kan. Ibu marah," ucap Tika cemberut."Bu-bukan Tika, ibu hanya mikir, kok bisa Doni punya uang sebanyak itu sampe ngasih kamu duit buat di tabung," balas ku masih tidak percaya dengan ucapan Tika."Yahh, nama nya juga dulu bang Doni cinta mati sama Tika, buk," ucap Tika santai pada ku."Ih, ge'er kamu. Bukti nya di selingkuh in," ejek ku pada anak sulung ku itu."Yaa, nama nya juga manusia buk, tempat nya salah dan dosa," ucap nya sambil tertawa."Pacar an juga dosa, nak. Kamu masih terlalu polos untuk hal seperti itu." Aku melirik nya melotot."Iya, buk. Tika tau, habis nya bang Doni baik sama Tika," ucap nya lagi-lagi memuji lelaki itu.Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala saat mendengar Tika membanggakan sosok Doni itu.Sebelum nya Tika tidak mau seterbuka ini tentang Doni. Jangan k
P u t r i k u H a m i l di U s i a 13 T a h u n Part15Penulis: Nurliani Damanik"Makasih ya buk," ucap Tika pelan pada ku."Makasih buat apa nak?" tanya ku heran pada nya."Makasih, karna ibu udah mau maafin semua kesalahan Tika," ucap nya yang masih menyender kan kepala di lengan ku.Jujur dari hati yang paling dalam, sebenar nya aku masih sedih dan terpukul dengan kondisi Tika saat ini. Namun, aku sebagai ibu harus bisa jadi kekuatan bagi nya. Aku juga tak ingin ia kehilangan harapan untuk menjadi insan yang lebih baik. Rasa ku, memukul dan mem4ki nya pun tiada guna. Hanya menambah dosa saja."Iya nak," balas ku lagi sambil mengangguk."Tika sayaaaang banget sama ibu," ucap nya lagi."Ibu juga sayang sama kamu." Aku mengelus kepala nya dengan lembut.Sudah lama rasanya aku tidak sedekat ini dengan Tika, putri sulung ku.
P u t r i k u H a m i l di U s i a 13 T a h u n Part16Penulis: Nurliani Damanik"Sedikit lagi ya, dek! Ayo ngeden lagi ya, tarik nafas... Keluar kan ... Tarik nafas..... Keluarkan," ucap bidan Hilmi yang sedang memandu Tika, anak ku.Tika sudah berbaring di bed dengan posisi menga*ngkang, sementara bidan Hilmi berdiri di antara kedua kaki Tika.Mas Bara yang menggendong Bian, sedang menunggu di luar ruangan.Ku lihat Tika dengan sekuat tenaga berjuang melahirkan anak nya yang akan lahir.Aku berada di samping nya memberi semangat. Tika meremas tangan ku dengan sangat kuat. Ia telah banjir peluh dan keringat."Kamu kuat, nak! Kamu pasti bisa. Ayo nak, kamu semangat. Ada ibu di sini, nak !" Aku berucap menyemangati Tika.Tika mengerang kesakitan, sambil membuang dan menarik nafas dalam."A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri ma ajidu wa uhadzir..." Tika berdoa dengan kera
P u t r i k u H a m i l di U s i a 13 T a h u n Part17Penulis: Nurliani DamanikJam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Bidan Hilmi datang menghampiri ku yang sedang menyuapi bubur pada Tika."Buk Aina, maaf, saya tidak ada mobil untuk antar dek Tika yang baru lahiran pulang," ucap nya ragu pada ku.Aku berpikir, Tika tidak mungkin langsung naik sepeda motor pulang ke rumah."Kalau di sini saja tidak apa-apa buk Aina, beberapa hari dulu." Bidan Hilmi mencoba memberi saran pada ku."Gimana ya dek Hilmi, rasa nya saya tidak leluasa mengurus Tika dan bayi nya di sini. Terlebih, ini suasana lebaran. Dek Hilmi juga tadi banyak keluarga yang datang, saya segan dek Hilmi," ucap ku pada bidan Hilmi.Tadi saat kami hendak masuk ke ruang praktek bidan Hilmi, sudah banyak berjejeran sepeda motor di depan halaman rumah nya. Mungkin, keluarga bidan Hilmi yang hendak bersilaturahmi di momen idul Fitri ini.
P u t r i k u H a m i l di U s i a 13 T a h u n Part18Penulis: Nurliani Damanik"Kamu kok nanya gitu, nak?" tanya ku pada Tika."Gak apa-apa, buk. Rasa nya Tika tidak tega membohongi Humaira seumur hidup," ucap nya sambil menatap bayi di gendongan ku."Nak, kamu mikirin sekolah aja dulu. Kalau nanti nya kamu sudah merasa mampu, perlahan bayi ini kita ajari dan jelaskan, sesuatu yang sudah terjadi padamu saat ini," ucap ku memberi penjelasan.Tika mengangguk pelan."Jadi, Tika tak perlu memberi nya ASI?" tanya Tika ragu pada ku.Aku menghela nafas."Rasa ibu sih, tidak usah. Karna itu akan membuat kamu dan Humaira semakin terikat. Bisa-bisa nanti kamu tidak berniat lagi melanjutkan pendidikan," jawab ku pada Tika."Ya, nak. Apa yang di bilang ibu itu benar. Kamu ini sudah berbulan-bulan ketinggalan pelajaran. Jadi, nanti setelah selesai liburan idul Fitri ini, ayah