***** Leanne yang sudah melangkah jauh dari restoran tadi memutuskan untuk pulang saja. Di tambah Damian yang entah pergi kemana. Saat tengah berjalan sambil melihat sekeliling Mall yang ramai oleh kedatangan pengunjung silih berganti. Tiba-tiba saja ada seseorang yang menabrak kakinya, dan ia lihat seorang anak perempuan yang ia perkirakan berusia 3 atau 4 tahun tengah menangis. "Kenapa kamu menangis cantik? Kemana orangtuamu?" Tanya Leanne yang terdengar lembut sambil mengusap kepala gadis kecil itu. Setelah mensejajarkan dirinya dengan anak perempuan itu. "Unda ilang ontii" Ucapan cadel dari gadis cantik dan imut itu membuat Leannè tersenyum kecil. "Kenapa bisa hilang? Coba ceritakan pada aunty kenapa kamu bisa sendiri? Oh iya cantik kamu mau ice cream? Mau rasa apa?" Tanya Leanne lembut, karena keberadaan mereka dekat dengan stand ice cream maka Leanne memesan sebuah ice cream untuk gadis kecil itu. Gadis keci
***** Damian yang tiba-tiba pergi meninggalkan Leanne di dalam Mall. Bukan tanpa alasan ia meninggalkan Leanne sana. Pemandangan yang tertangkap oleh netra matanya membuat Damian harus melihatnya dengan jarak yang dekat agar jelas. Supaya ia tidak salah mengira dengan apa yang saat ini ia lihat. Karena apa yang saat ini yang ia lihat bukanlah halusinasinya semata. Dan ternyata benar saja semuanya itu terbukti saat dirinya mengikuti serta mendekat lebih dekat lagi, namun masih hati-hati dengan jarak aman agar keberadaannya tidak di ketahui. Pemandangan yang sejak tadi ia ikuti adalah seseorang yang ia kenal dan kini amarah mulai menyelimuti hatinya begitu saja. Sehingga tanpa membuang waktu lagi Damian yang sudah berada di parkiran mobil pun segera bergegas masuk dan mengendarai mobilnya. Damian pun meninggalkan area Mall. Mobil Damian masih membuntuti seseorang itu yang kin
***** "Leanne." Panggilan suara bariton yang terdengar dingin membuat Leanne dan Sultan mengalihkan pandangannya pada Damian yang sejak tadi sudah menghentikan langkahnya. Damian berdiri tidak jauh dari mereka yang sejak awal sudah memperhatikan keakraban mereka berdua. Membuat dalam pikiran Damian bertanya tanya tentang kedekatan mereka. "Apa kamu terluka Leanne?" Tanya Damian yang sudah berdiri di hadapan Leanne dengan menelusuri kondisi Leanne. "Aku baik-baik saja. Apa urusan mu sudah selesai? " Pertanyaan Leanne membuat perasaan Damian menjadi merasa bersalah Karena sudah meninggalkan Leanne di mall seorang diri. "Maaf Leanne, aku meninggalkan mu terlalu lama." Ucap Damian meminta maaf. "Ekhem." Suara deheman Sultan menyent
***** Leanne sudah turun dari mobil Damian dan masuk ke dalam toko bunganya begitu mobil Damian sudah melaju pergi kembali. "Halo Bos, tendangan mu membuat para lelaki meringis." Ucap Justin ketika Leanne baru saja masuk dan saat ini toko sedang tidak ada pelanggan. Mendengar ucapan Justin tidak heran lagi jika mereka sudah tahu kejadian beberapa saat lalu. Tidak mengherankan dengan zaman sekarang alat komunikasi begitu cepat untuk menyebar luaskan suatu kejadian. Yang membuat Leanne tidak habis pikir di saat hal segenting itu ada saja para oknum yang sempat sempatnya merekam kejadian berbahaya itu. "Harusnya Kakak lebih keras lagi tendangnya. Bila perlu sampai pingsan itu lebih bagus." Sahut Kenny menggebu-gebu yang baru saja keluar dari belakang ruangan sambil membawa pot bunga kecil di tangannya. "Perkataan mu terlalu kejam. Asal kau tau 'itu' adalah kehidupan utama bagi se
***** Sebuah mobil baru saja memasuki halaman rumah Damian, yang di mana mobil itu adalah mobil Damian. Setelah memasukkan mobilnya ke garasi mobil-mobilnya. Damian keluar dari mobil setelah mematikan mesin mobilnya. Rapat yang mendadak di adakan hingga membuat Damian harus lembur. Apalagi pekerjaannya bertambah di karenakan ada sedikit permasalahan di perusahaan cabangnya membuat Damian jam 8 malam baru bisa pulang. Damian yang baru memasuki rumahnya merasa heran, karena keadaan rumahnya gelap dan sepi. Ia tahu jika para pekerjanya akan pulang saat jam 5 sore, tapi setelahnya akan ada Leanne yang berada di rumah. Tetapi ini, keadaan rumah seperti tidak ada seorang pun. Sedikit rasa penasarannya Damian muncul ia pun berjalan naik ke arah tangga, lalu melangkahkan kakinya di mana kamar Leanne berada. Tok! Tok! "Leanne, apa kamu di dalam?" Tok! Tok! "Leanne?" Karena tidak ada jawaban dari dalam, dengan memberanikan diri Damian mencoba membuka pintu kamar Leanne yang tidak
***** Damian yang tengah berkutat dengan ponselnya terhenti saat melihat Leanne yang keluar dari kamar mandi dengan kondisi tubuh yang sudah terlihat segar sehabis mandi. Untungnya sebelum masuk ke kamar mandi tadi Leanne sempat membawa pakaian gantinya. Di ruangan ini bukan hanya dia saja seorang tapi sedang ada Damian. "Kamu belum makan 'kan? Ini ku bawakan untuk mu." Ucap Damian mengeluarkan makanan yang tadi ia beli di restoran. "Hm, kebetulan aku sangat lapar." Ucap Leanne dengan tanpa ragu mengambil sekotak makanan dari tangan Damian. "Thank you." Ucap Leanne dan tanpa banyak kata lagi Leanne pun melahap makanannya. Sadar jika dirinya di perhatikan terus Leanne menghentikan suapannya. "Apa dengan melihat ku terus akan membuat mu kenyang, dan makanan mu apa tidak akan kamu makan?" Tanya Leanne sedikit sarkas sambil menunjuk ke arah kotak makan bagian Damian. "Mama menelpon ku menanyakan kabar mu tentang kejadian tadi siang, karena kamu tidak bisa di hubungi dan
MARKAS KODAM lll PUSAKA Udara pagi yang sejuk dari pohon-pohon serta bunga-bunga yang terawat menyegarkan lingkungan area sekitar Kodam lll Pusaka. Meski udara terasa sejuk nan tenang, akan tetapi berbeda halnya untuk satu orang anggota TNI yang saat ini tengah berjalan tergesa-gesa menuju kantornya. Suatu kejadian kecelakaan saat di perjalanan membuat jalan raya menjadi macet tak terkendali dan dirinya harus terlambat masuk ke kantor karena harus menertibkan keadaan sehingga dapat terkondisikan kembali. Padahal hari ini kantornya akan kedatangan tamu dari negara lain. "Mohon lapor Kapten, Danjen dan anggota lainnya sudah berada di ruang rapat." Seorang Lettu yang bername tag Lettu Sakha itu melapor membuat langkahnya terhenti sejenak, sebelum mereka berdua melangkah kembali ke ruang rapat. "Pasti saya sudah terlambat. Apakah tamunya sudah datang?" Tanya Kapten dengan mereka masih berjalan lurus menatap ke arah depan. "Rapat baru saja akan di mulai Kapten. Sudah, Kapte
***** "Agent Athena atau biasa ku panggil Lele?" Sejak kapan kamu menjadi seorang agent?" Mendengar panggilan Sultan yang di lencengkan membuat suasana yang tadi canggung kini terasa menjengkelkan bagi Leanne. "Sudah lama Bang, sejak a—" Ucapan Leanne terhenti saat tangan Sultan yang memberi tanda stop di hadapannya. "Tunggu dulu Le, sebelum kamu menjelaskan kamu yang tiba-tiba aku tahu seorang agent lebih baik kamu jawab pertanyaan Abang." Sela Sultan dan Leanne menepis tangan Sultan, karena di singkirkan membuat Sultan terkekeh malu. "Kenapa ponsel mu sampai sekarang tidak aktif setelah kejadian di mall waktu itu?" Tanya Sultan. "Ponsel ku rusak saat terjatuh di mall, dan yaa aku belum sempat beli." Jelas Leanne. "Ah begitu. Bagaimana jika sekarang kita beli ponsel mu biar Abang yang belikan. Sekalian kamu harus jelaskan pada Abang kenapa kamu bisa jadi seorang agent." Ucap Sultan dengan tiba-tiba saja ia merangkul Leanne dan mengajaknya berjalan keluar dari area mark