*****
A02, C15, dan E18 saat ini mereka bertiga tengah mengintai sebuah rumah mewah yang berlantai tiga. Keadaan yang gelap membuat rumah megah itu seperti tidak ada penghuninya. "C18 kamu yakin tidak ada siapapun di dalam sana?" Tanya C15 lewat earpiece kecil pada C18 yang berada di dalam mobil tengah sibuk dengan laptopnya, dan ia dengan A02 tengah menyembunyikan diri di balik pohon besar yang lebat. "Ya, tidak ada siapupun. Sudah aku hack CCTV semuanya di dalam rumah itu." Balas C18. "Aku yang akan masuk ke dalam terlebih dahulu, dan C15 berjaga - jagalah aku yakin ini pasti jebakan mereka yang sudah datang." Ucap A02 menatap datar pada rumah megah di hadapannya. "Apa maksudmu?" Sebelum pertanyaan C15 di jawab A02 telah pergi dari hadapannya. Melompati dari pohon ke pohon dengan lincahnya tanpa takut terjatuh, dan mendarat di b***** ▪︎ United States Central Intelligence Agency ▪︎ "Selamat datang kembali, karena kalian tidak jadi barbeque. " Mereka yang baru saja tiba di salah satu ruangan di mana tempat bagi mereka jika di adakannya rapat, langsung di sambut perkataan Adam yang menjengkelkan. Mereka yang sudah terbiasa dengan kata sambutan itu hanya bisa abai saja. Segera duduk di kursi masing - masing. Dengan mendengarnya perkataan seperti itu masih menandakan jika mereka masih utuh. A02 mengeluarkan sebuah berkas serta kotak di dalam tas gendong kecilnya. Menyodorkannya ke arah Adam. "Pemikiran mu membawa 'matanya' untuk retina scan memang berguna, sangat tepat." Ucap Adam sambil mengambil berkas itu dan meneliti tiap lembarnya. "Mereka membuat anak tersangka mati." Ucap A02 datar. "Sudah aku sangka. Mereka tidak akan mening
WARNING!! 18+ ***** Damian yang harus kerja lembur, ia baru saja sampai rumah jam 9 malam. Akan tetapi ruang utama selalu gelap setiap ia pulang malam ke rumah. Entah ini hanya perasaannya saja atau memang istrinya itu tidak ada di rumah. Terakhir kali ia bertemu dengan Leanne lima hari yang lalu sejak kejadian di mana ia membawa Sarah ke rumahnya, dan ia dengan Leanne mengalami pertengkaran kecil. Ia selalu berpikir mungkin istrinya itu memang sedang menghindarinya, karena setiap pagi dirinya akan berangkat kerja Leanne tidak pernah absen untuk menyuruhnya sarapan pagi yang selalu ia abaikan. Namun belakangan ini ia tidak mendengar panggilan Leanne ke padanya setiap pagi. Mungkin juga ia tidak bertemu dengan Leanne karena tiga hari belakangan ini ia memang selalu lembur, itu juga yang ia pikirkan. Namun jika benar Leanne tidak ada di rumah ia harus memastikannya. Damian pun berjalan
***** Hari sudah gelap dimana Damian baru saja tiba di rumah pukul jam 8 malam. Setelah menyimpan mobilnya ke garasi, ia berjalan masuk ke dalam rumahnya dengan ruangan yang sudah terang. Heran dengan keadaan rumahnya yang terang serta sebuah suara dari arah dapur membuatnya berjalan ke sana. Hingga ia sampai di sana terlihat seseorang yang sudah ia kenali sedang membelakanginya. "Regan?!" Ucap Leanne terkejut melihat keberadaan Damian di belakangnya. "Kamu baru saja pulang? Aku sedang menyiapkan makan malam. Apa kamu akan makan?" Tanya Leanne sambil menyajikan olahan masakannya ke piring lebar yang tidak lepas dari tatapan Damian. "Ya. Aku akan mandi terlebih dahulu." Ucap Damian dan berlalu pergi ke kamarnya. Melihat suaminya yang sudah pergi, Leanne menyajikan masakannya kembali. Beberapa menit berlalu, Damian yang sudah seles
***** FĹÒWÈŔ'Ş HÖŲŞĒ Sepuluh menit yang lalu di mana toko sedang ramai akan para pelanggan yang berdatangan, dan kini hanya ada satu pembeli terakhir yang sedang melakukan pembayaran di kasir. "Hahh....... akhirnya, aku bisa bernafas kembali." Ucap Justin menghela napas sambil merenggangkan otot pinggangnya yang merasa pegal. "Aku kira sejak tadi kamu sudah mati." Sahut Kenny sarkas setelah ia melakukan transaksi dengan pelanggan terakhir. "Lebih baik kamu diam saja, mendengar suaramu membuat telingaku sakit." Ucap Justin sinis. "Hanya telingamu saja yang bermasalah. Asal kamu tahu saja, aku ini pernah juara paduan suara saat masa sekolah ku dulu." Ucap Kenny bangga. "Aku yakin pendengaran mereka langsung rusak setelah kamu selesai bernyanyi." Ucap Justin. "KAU!!" Tunjuk Kenny kesal mempelototi Justin. Mereka yang hendak bertengkar pun di hentikan ol
***** Sambil menunggu Leanne yang berada di dalam kamar mandi, Damian menatap sekitaran ruangan yang menurutnya kecil tapi nyaman. Di dekat jendela di letakkan beberapa pot kecil dengan beberapa bunga yang menarik untuk di pandangan. Meski di luar terasa panas namun di sini tetap sejuk. Pantas saja itu membuat Leanne merasa nyaman di tokonya. Tatapan Damian pada sekitar terhentikan saat pintu kamar mandi terbuka, dan Leanne keluar dari sana. Seperti biasa Leanne selalu memakai pakaian casual nya. Damian di buat heran, apakah istrinya itu tidak memiliki dress, selain dress yang Leanne pakai saat menemani dirinya pada pesta rekan bisnisnya waktu itu. Atau mungkin saja, memang gaya Leanne dalam fashion memang seperti itu, pikir Damian Damian akui jika Leanne mempunyai wajah yang cantik malahan sangat cantik, karena tanpa make-up pun Leanne sudah terlihat sangat cantik. "Ayo, Damian." Ucap
***** Makan malam yang lancar di sertai obrolan ringan mereka untuk mengusir keheningan ruangan. "Bagaimana ayam saus tiramnya Damian? istrimu yang memasaknya untukmu." Tanya Rose membuat Damian yang tengah memakan makanan favoritnya terhenti sejenak. "Masakannya enak. Terima kasih Sayang sudah memasakannya untukku." Ucap Damian menatap serta memegang tangan Leanne dengan lembut membuat Rose serta Daniel bahagia melihatnya. "Sama - sama Sayang." Sahut Leanne tersenyum lembut yang membuat Damian tertegun sejenak. Jika bukan di hadapan orang tuanya, mungkin ia tidak akan melihat senyum Leanne, batinnya. "Ekhemm. Kalian ini, membuat Mama ingin segera memiliki seorang cucu saja." Celetuk Rose membuat kedua pasangan yang tengah berakting romantis itu tertegun. "Apa sudah ada tand
***** Hotel de Glorie di mana Leanne dan Damian mereka sudah tiba di Paris, dan mereka memutuskan untuk check in di salah satu hotel yang sudah ternama di negara itu. Setelah tiga hari berlalu dan mereka memutuskan untuk pergi ke Paris. "Nanti malam biar aku saja yang tidur di sofa." Ucapan Damian yang pertama saat mereka sudah masuk ke dalam kamar hotel. "Maksudmu?" Tanya Leanne heran, ia menghentikan aktivitasnya yang hendak memasukkan perlengkapan dirinya untuk beberapa hari kedepan ke dalam lemari.Leanne menatap Damian. "Mungkin kamu tidak nyaman jika kita tidur berdua di atas ranjang." Jawab Damian yang tengah mengganti pakaiannya. "Jika aku merasa tidak nyaman mungkin saat kita bermalam di rumah Mama aku tidak akan seranjang denganmu," Sahut Leanne. "Lagian hanya tidur saja 'kan? Toh, kita tidak akan melakukan apapun meski kita berada di sini dalam rangka bulan madu. Tapi jika kamu yang memang tidak nyaman tidur seranjang denganku, tidak apa - apa jika akan tidur di
***** "Wah! Siapa wanita cantik yang sedang makan sendirian ini " Sebuah suara membuat Leanne mengalihkan pandangannya dari Eiffel Tower pada orang yang berdiri di sampingnya. "Mr. Wingston." Sapa Leanne pada Raymond yang tengah menatapnya. "Malam Leanne. Saya kira wanita cantik yang memandang Eiffel Tower bukan anda, ternyata setelah saya dekati memang andalah orangnya." Ucap Raymond. "Malam Mr—" "Ray. Panggil saya Ray, Leanne." Sela Raymond membuat Leanne mengangguk kecil. "Jika kamu tidak keberatan ijinkan saya makan dessert saya di sini, sambil menemani anda. " Ucap Raymond sambil menunjuk dessert- nya yang belum tersentuh. "Silahkan." Ucap Leanne, meski dirinya sedikit risih dengan keberadaan orang lain di saat dirinya tengah ingin sendiri. Namun dengan ijin sopan Raymond, ia tidak bisa m