***** "Wah! Siapa wanita cantik yang sedang makan sendirian ini " Sebuah suara membuat Leanne mengalihkan pandangannya dari Eiffel Tower pada orang yang berdiri di sampingnya. "Mr. Wingston." Sapa Leanne pada Raymond yang tengah menatapnya. "Malam Leanne. Saya kira wanita cantik yang memandang Eiffel Tower bukan anda, ternyata setelah saya dekati memang andalah orangnya." Ucap Raymond. "Malam Mr—" "Ray. Panggil saya Ray, Leanne." Sela Raymond membuat Leanne mengangguk kecil. "Jika kamu tidak keberatan ijinkan saya makan dessert saya di sini, sambil menemani anda. " Ucap Raymond sambil menunjuk dessert- nya yang belum tersentuh. "Silahkan." Ucap Leanne, meski dirinya sedikit risih dengan keberadaan orang lain di saat dirinya tengah ingin sendiri. Namun dengan ijin sopan Raymond, ia tidak bisa m
**** "Saya kira kamu tidak akan menerima ajakan saya Leann." Ucap Raymond. Raymond dia tidak menyangka ternyata Leanne menerima ajakannya untuk tour bersama selama ia masih tinggal di Paris untuk beberapa hari ke depan. Ketika ia selesai breakfast, ia melihat Leanne yang telah selesai breakfast juga, dan tidak di sangka Leanne menerima tawarannya kemarin. "Dan kemana suamimu apa dia tidak akan pergi bersama kita?" Lanjut Raymond yang kini bertanya tentang ketidak beradaan Damian. Ia sudah penasaran sejak mereka masih di area hotel. "Suamiku dia memiliki sedikit pekerjaan." Ucap Leanne yang saat ini mereka sudah di luar area hotel. "Di honeymoon kalian, dan suamimu masih mengurusi pekerjaannya?!" Tanya Raymond sedikit terkejut.
***** Niat tinggal 'lah niat, karena semenjak Damian membuka matanya di pagi hari. Niatnya ia akan bertanya pada Leanne pupus sudah, karena dirinya tidak menemukan keberadaan Leanne di ruangan ini lagi. Dan itu membuat Damian kesal serta marah juga di karenakan hari ini Leanne tidak meninggalkan notice di manapun. Menelepon Leanne pun tidak pernah di angkat sama sekali, membuatnya semakin marah. "Apa gunanya ponsel kau bawa terus kemana-mana Leanne!" Ucap Damian marah setelah mematikan panggilannya yang sia - sia. Damian melemparkan ponsel ke arah kasur king size-nya, dan ia pun pergi ke arah kamar mandi membersihkan diri. Sepertinya ia harus mencari kemana istri nakalnya itu pergi, serta memberikan hukuman ketika ia menemukannya. Seringai kecil muncul di bibir tipis Damian.
***** •Montparnasse Tower Montparnasse Tower atau biasa juga dinamai Tour Montparnasse, adalah gedung pencakar langit kantor sepanjang 210 meter (689 kaki) yang terletak di daerah Montparnasse di Paris , Prancis . Dibangun dari 1969 hingga 1973, itu adalah gedung pencakar langit tertinggi di Prancis hingga 2011, ketika dilampaui oleh Tour First setinggi 231 meter (758 kaki) . Ini tetap menjadi gedung tertinggi di Paris di luar kawasan bisnis La Défense . Pada Februari 2020 , ini adalah gedung tertinggi ke - 14 di Uni Eropa. Menara ini dirancang oleh arsitek Eugène Beaudouin, Urbain Cassan, dan Louis Hoym de Marien dan dibangun oleh Campenon Bernard . Pada tanggal 21 September 2017, Nouvelle AOM memenangkan kompetisi untuk mendesain ulang fasad bangunan. Montparnasse Tower banyak sekali di kunjungi banyak orang. Tidak hanya penduduk di sana, tourist dari berbagai negara pun se
***** Setelah Leanne menyelesaikan perkataannya, seorang waiters datang dengan membawa pesanan makanan mereka. Hingga Leanne yang pertama kali memutuskan kontak mata mereka. Makan malam di puncak Montparnesse Tower dengan makanan yang dapat di bilang kata mewah, serta view yang tidak di ragukan lagi dapat melihat Eiffel Tower di malam hari dengan mata telanjang sangat terkesan romantis. Namun, berbeda dengan Leanne dan Damian yang jauh dari kata romantis. Sepanjang mereka menikmati hidangan masing - masing, tidak ada satu kata patah pun lagi yang keluar dari bibir mereka. Mau itu Leanne atau pun Damian mereka berdua seolah olah makan seorang diri. Hingga usai makan pun dan setelah itu mereka pergi meninggalkan romantisnya Montparnesse Tower di malam hari. Tetap saja di dalam perjalanan mobil pun masih di isi dengan keheningan sampai mereka tiba di hotel tempat mereka inap. Setela
***** Paris-Charles de Gaulle Airport Keesokan paginya Leanne sudah berada di airport, setelah kejadian malam di mana Leanne pergi dari kamarnya dengan Damian. Leanne check up kamar lainnya yang berbeda lantai dengan Damian, dan pagi pagi sekali Leanne memutuskan segera check out. Sebelum waktu keberangkatan pesawat yang akan Leanne tumpangi kurang lebih 20 menit lagi akan take off dirinya menyempatkan diri untuk breakfast di Caffe area airport. Setelah usai dengan sarapannya Leanne hendak kembali ke boarding room, namun di pertengahan jalan langkahnya terhenti di karenakan seseorang mencekal tangan kanannya. Melihat ke belakang siapa yang berani menyentuhnya ternyata adalah Damian. "Ikut aku!!" Ucap Damian dengan raut wajahnya yang dingin dan tajam yang tidak ingin di bantah. "Kemana? Lepaskan aku Damian!!" Tanya Leanne dengan berontakkannya, karena Damian terus menarik dirinya dengan langkah cepat masuk pada sebuah ruangan hingga ia berjalan di sebuah lorong yang panjang d
***** Mereka makan dalam diam, baik Leanne maupun Damian. Namun Damian sesekali mencuri pandang pada Leanne. Beberapa menit kemudian mereka pun telah selesai makan. Leanne bangkit dari sofa itu lalu berjalan ke arah kursinya tadi. Sejak tadi Damian terus memperhatikan Leanne. Sadar Damian memperhatikannya terus Leanne pun menatap ke arahnya. "Ada yang ingin kamu katakan Damian?" Tanya Leanne dengan raut datarnya. "Ya." Sahut Damian. Damian beranjak dari sofa lalu ia menghampiri Leanne dan duduk di kursi samping Leanne yang kosong. Leanne mengalihkan pandangannya ke arah jendela. "Leanne, maaf untuk perbuatan ku yang kemarin sehingga kamu harus pindah kamar." Ujar Damian. "Aku harap kamu mau memaafkan ku Leanne, dan aku tidak akan mengulangi tindakan ku seperti yang semalam lagi." Meski aku tidak yakin, Lanjut Damian dalam hatinya. S
***** Damian baru saja tiba di rumahnya, dan masuk ke dalam kamar Leanne untuk menyimpan kopernya. Namun sebelum keluar kembali Damian mendudukkan dirinya di atas kasur Leanne, menatap sekeliling ruangan. Dan pandangannya terjatuh pada sebuah pigura di atas nakas, di mana foto Leanne yang di apit oleh kedua orangtua paruh baya yang ia perkirakan itu adalah kakek, dan neneknya Leanne. Damian memasang ekspresi heran, karena selain pigura itu tidak ada pigura lagi di dalam ruangan. Seperti foto kebersamaan Leanne dengan kedua orangtuanya tidak ada. Apa yang sudah ia ketahui, jika Leanne tidak dekat dengan orangtuanya yang ternyata benar-benar tidak sedekat yang ia tahu. Hingga foto kedua orangtuanya pun tidak ada. Tanpa sadar Damian merebahkan diri di atas kasur Leanne dengan pikiran-pikirannya. Damian mengakui jika dirinya belum benar-benar me