"Tuan Rael, saya meminta maaf karena kelancangan saya." Maevea tertekan dengan intimidasi Rael. Saat ini keduanya berada dalam sebuah ruangan yang ditebak Maevea sebagai ruang kerja Rael.
Rael duduk di sofa, pria itu tertawa pelan, menatap Maevea dengan tenang. "Apakah Nona Maevea menyesal sekarang?"
"Tidak, saya tidak menyesali tindakan saya." Maevea menjawab pelan.
"Bagus kalau begitu, karena aku tidak mengizinkanmu menyesalinya."
Maevea tidak mengerti apa maksud kata-kata Rael, dia sulit berpikir dalam keadaan seperti ini. Tidak salah jika pria di depannya disegani oleh orang-orang berkuasa lainnya, auranya benar-benar mengerikan.
"Jadi, Nona Maevea kapan kita akan menikah?"
"Hah?" Maevea bersuara linglung.
"Bukankah Nona Maevea tadi melamarku. Lalu, kapan Nona Maevea ingin kita menikah?"
"Tuan Rael, apakah Anda serius menerima lamaran dari saya?" Maevea berpikir bahwa Rael mungkin hanya berkata asal. Dia tahu konflik antara Rael dan Lara serta Liam, dia pikir Rael hanya ingin membuat dua orang itu kesal.
"Tentu saja aku serius."
"Kenapa?"
"Bukankah seharusnya aku yang bertanya padamu, Nona Maevea. Kenapa kau melamarku?"
"Karena di ibu kota ini tidak ada yang lebih baik dari Anda." Maevea mengatakan yang sebenarnya. Dia sudah cukup diinjak-injak oleh Liam, jika dia mendapatkan pelamar yang lebih rendah dari Liam maka pria itu pasti akan menekannya dengan segala cara. Dan jika dia mendapatkan pria yang setara dengan Liam maka pasti akan terjadi konflik yang berkepanjangan mengingat bagaimana sifat Liam yang tidak bisa dipermalukan.
Rael memang pilihan terbaik untuknya karena selain Rael adalah pria paling berkuasa di ibu kota, dia juga adalah paman Liam. Jika ia menikah dengan Rael maka Liam akan menjadi keponakannya. Bayangkan bagaimana pria itu akan sangat jengkel harus memanggilnya bibi dan menghormatinya.
Liam jelas tidak akan berani bertindak kurang ajar padanya secara langsung di depan Rael. Pria itu masih takut pada penerus sah keluarga Gilloti.
"Nah, jika alasanmu seperti itu maka aku juga menggunakan alasan yang sama. Aku menerima lamaranmu karena kau adalah wanita tercantik di kalangan atas." Rael tersenyum kecil.
Maevea tidak tahu harus bereaksi bagaimana, apakah pria di depannya ini serius?
"Sangat melelahkan terus berdiri Nona Maevea, duduklah di sebelahku."
Untuk beberapa saat Maevea masih berdiri, sampai akhirnya dia memberanikan dirinya untuk duduk di sebelah Rael.
Dia sudah bertemu dengan Rael beberapa kali, tapi mereka tidak pernah bertukar kata sedikit pun. Dia menyapa Rael di setiap kali mereka bertemu, tapi reaksi Rael hanya sebatas anggukan kecil. Pria itu benar-benar sulit untuk diajak bicara.
"Jadi, Nona Maevea kapan kita akan menikah?" Rael bertanya lagi.
"Lebih cepat lebih baik." Maevea tidak membutuhkan waktu untuk saling mengena terlebih dahulu, karena takdirnya adalah menikahi orang asing yang tidak dikenalnya. Jika dia tidak menikah dengan Rael, orangtuanya mungkin masih akan memaksanya bersama Liam atau mencari pria lain yang juga asing baginya.
"Kalau begitu mari menikah minggu depan."
Maevea menghadapi kejutan berkali-kali hari ini. Dia memang mengatakan lebih cepat lebih baik, tapi dia tidak menyangka jika itu akan menjadi minggu depan.
"Ada apa, Nona Maevea? Apakah Anda keberatan?"
"Tidak, tidak sama sekali." Maevea tidak memiliki hak untuk keberatan. Ide paling gila dalam hidupnya menghasilkan sesuatu yang baik, jadi meski itu besok sekali pun dia tidak akan pernah keberatan.
"Baiklah, kalau begitu tidak ada masalah," seru Rael. "Besok aku akan bicara dengan orangtuamu."
"Ya, Tuan Rael."
"Kita akan menikah satu minggu lagi, jadi jangan memanggilku terlalu formal seperti itu. Kau bisa memanggilku Rael."
"Baik,,, Rael." Maevea merasa lidahnya terlalu lancang. Tidak pernah ada dalam pikiran terliarnya bahwa dia akan menikah dengan seorang Rael Gilloti. Dia pasti akan menjadi musuh ribuan wanita. Dia pasti akan dikutuk dan disumpah karena merebut idaman mereka. Sial! Dia benar-benar mendapatkan tangkapan yang sangat besar.
Rael tersenyum kecil. Dia akan menyukai cara Maevea memanggilnya setelah ini. "Jadi, Eve, katakan padaku sejauh mana hubunganmu dengan Liam."
Pertanyan Rael merupakan sebuah pertanyaan yang membuat Maevea merasa sedikit canggung. Namun, tidak ada pilihan lain. Dia harus memberitahu Rael. "Seperti yang kau tahu, hubunganku dengan Liam tidak terlalu baik. Selama dua tahun kami tidak terlibat dalam hubungan romantis. Liam sibuk dengan para wanitanya dan aku tidak tertarik untuk merayunya. Sentuhan yang pernah kami lakukan tidak pernah lebih dari ciuman."
"Ah, rupanya Liam pernah menciummu."
"Hanya satu kali, dan karena paksaan Liam." Maevea tidak melebih-lebihkan, Rael juga mengetahui hal itu karena dia telah mendapatkan laporan dari asisten pribadinya sebelumnya.
Rael bergerak cepat, saat ini wajahnya hanya berjarak kurang dari tiga puluh senti dari wajah Maevea. Senyum licik tampak di wajah pria itu. Tanpa memberi waktu bagi Maevea untuk bereaksi, pria itu menjarah bibir kelinci liar di depannya.
Tubuh Maevea membeku. Otaknya menjadi kosong untuk beberapa saat. Namun, anehnya dia tidak merasakan jijik seperti yang dia rasakan ketika Liam menciumnya.
"Bernapas, Eve." Suara Rael seperti pengingat bagi Maevea, wanita itu akhirnya bernapas.
Rael akhirnya melepaskan Maevea. Pria itu menyentuh bibir Maevea dengan lembut. "Aku sudah membersihkan jejak Liam dari bibirmu dengan milikku. Mulai saat ini hanya aku yang akan meninggalkan jejak di sini."
Jantung Maevea berdebar tidak karuan karena kata-kata Rael. Selain itu suara Rael juga terdengar begitu seksi di telinganya.
Sial! Kenapa pria ini memiliki efek luar biasa seperti ini? Dia mungkin akan mengalami masalah jantung jika hal seperti ini terus berlanjut.
Maevea mempertahankan ketenangannya. Dia menatap wajah Rael yang merupakan sebuah mahakarya. Dia memiliki alis yang terukir dengan baik serta rahang yang kokoh. Bagian terbaik dari wajahnya adalah iris abu-abunya yang memikat.
Rael merupakan pria dewasa yang sangat tampan. Dengan wajah dan statusnya, dia bisa mengguncang hati dan jiwa banyak orang.
Di ruangan lain saat ini Liam mengeluh pada ibu dan ayahnya. Dia tidak bisa melepaskan Maevea untuk pamannya atau siapapun di dunia ini.
"Jika kau sangat tidak ingin kehilangan Maevea maka seharusnya kau berhenti berulah!" Lara akhirnya memarahi putranya.
"Bu, bantu aku. Paman tidak boleh menikah dengan Maevea."
"Tidak ada yang bisa Ibu lakukan. Pamanmu adalah anak emas kakekmu, jika Ibu berkeras maka kakekmu pasti akan marah." Lara tidak ingin kehilangan posisinya sebagai bagian dari keluarga Gilloti. Dia adalah anak tidak sah, sulit baginya untuk bertahan hidup di luar sana jika ayahnya mengusirnya dari keluarga Gilloti. "Lupakan Maevea. Ibu akan menemukan wanita yang jauh lebih baik dari Maevea."
"Tidak! Aku hanya menginginkan Maevea."
Lara sakit kepala karena putranya. Dia akhirnya beralih pada suaminya. "Sayang, bicaralah pada putramu. Aku benar-benar sakit kepala dibuatnya."
"Liam, untuk saat ini kau tidak bisa melakukan apapun, tapi jika kau benar-benar menginginkan Maevea maka bersabarlah untuk beberapa saat. Akan ada jalan untuk memisahkan Maeve dengan Rael."
Lara menatap suaminya tidak berdaya. Pria ini selalu memanjakan putra mereka sehingga Liam menjadi seperti ini, segala sesuatu yang diinginkan olehnya harus dimiliki.
Kata-kata ayahnya membuat Liam mau tidak mau harus menerima keadaan saat ini. Baiklah, dia akan bersabar untuk Maevea. Maevea adalah miliknya, cepat atau lambat wanita itu akan kembali padanya.
**
Rael mengantar Maevea kembali ke kediaman keluarga Collins. Pria itu menyetir sendiri untuk Maevea. Dia tidak langsung kembali setelah mengantar Maevea, melainkan ikut masuk bersama Maevea ke dalam kediaman keluarga Collins.
Artur dan Serena segera meninggalkan kamar mereka setelah mendapatkan pemberitahuan dari Hilda, kepala pelayan mereka bahwa Maevea telah kembali dengan Rael Gilloti.
"Selamat datang di kediaman keluarga Collins, Tuan Rael." Artur menyambut Rael dengan ramah.
"Saya datang hanya untuk mengantar Maevea. Tuan dan Nyonya, tolong jangan memarahi calon istriku. Besok aku akan datang lagi untuk membicarakan tentang pernikahan pada kalian." Rael langsung ke inti, dia jelas bukan orang yang bisa berbasa-basi.
"Kami mengerti, Tuan Rael." Artur sebenarnya tidak terlalu bahagia dengan intimidasi Rael, tapi siapa dia berani melawan pria di depannya ini. Meski pada akhirnya dia akan menjadi mertua Rael, tapi tetap saja dia yang akan menghormati pria itu karena posisinya yang jauh lebih tinggi di dunia bisnis.
"Eve, aku akan pergi sekarang. Segeralah istirahat." Rael beralih pada Maevea.
"Baik. Hati-hati di jalan, Rael."
Rael tersenyum kecil, dia kemudian berbalik dan pergi tanpa pamit pada orangtua Maevea. Sejujurnya Rael tidak begitu menghormati orangtua Maevea karena mereka menjual putri mereka sendiri untuk sebuah keuntungan.
Hal-hal seperti ini sebenarnya tidak begitu aneh bagi orang-orang dari kalangan atas yang kebanyakan memang lebih memikirkan tentang keuntungan. Hanya saja dia tetap tidak menyukai orang-orang seperti ini dan untungnya orangtuanya bukan orang seperti itu. Mereka hanya mengizinkannya menikah dengan orang yang dia pilih sendiri.
"Eve, apakah kau benar-benar akan menikah dengan Tuan Rael?" tanya Artur setelah Rael pergi.
"Ya, Ayah."
"Itu bagus. Ayah tidak pernah sia-sia membesarkanmu dan memberikanmu yang terbaik." Artur merasa bahagia. Semua kemarahannya lenyap. Keuntungan yang akan dia dapatkan jauh lebih banyak dengan Rael Gilloti yang menjadi menantunya.
Dia akan mengangkat dagunya tinggi-tinggi di depan orang lain karena dia adalah mertua Rael. Semua orang pasti akan sangat menghormatinya.
"Ini sudah larut, pergilah beristirahat." Artur berkata lagi setelahnya. Dia tidak akan membiarkan putrinya kelelahan.
"Baik, Ayah." Maevea kemudian melangkah menuju ke kamarnya.
Sejak kecil dia memang mendapatkan segala yang terbaik dari orangtuanya, tapi dia kekurangan perhatian karena ayah dan ibunya lebih mengarahkan perhatian mereka pada kakaknya yang akan menjadi penerus keluarga.
Meski begitu dia tidak pernah membenci orangtuanya karena mereka masih menjadi orangtua yang baik dengan merawatnya dan tidak pernah menelantarkannya. Sesekali dia akan merasa dicintai, tapi tidak sebesar yang didapatkan oleh Lucas.
Ayahnya jarang menggunakan kekerasan padanya. Pria itu sangat menghargai penampilannya, tapi ada waktu di mana ayahnya sangat marah dan tidak bisa menahan dirinya sehingga memukulnya.
Artur bersuka cita dengan pencapaian Maevea, sementara Serena, wanita itu mengikuti Maevea sampai ke kamarnya.
"Eve."
Maevea yang baru saja mengistirahatkan dirinya di sofa segera melihat ke arah ibunya. "Ya, Bu."
"Jangan membuat masalah lagi lain kali. Jika Tuan Rael tidak menerimamu dan malah menyerang keluarga kita maka kita semua akan hancur."
"Aku mengerti, Bu." Maevea hanya bisa menjawab seperti itu.
"Jadilah istri yang baik untuk Tuan Rael. Apapun yang terjadi pertahankan pernikahanmu dengannya." Serena menasehati putrinya.
"Bu, apakah Ibu tidak mengkhawatirkanku?" Maevea hanya ingin tahu tentang itu.
"Tidak ada yang perlu ibu khawatirkan tentangmu. Sebelum kau menjalani posisimu hari ini ibu telah melewatinya lebih dahulu. Kau pasti bisa menjalani kehidupan pernikahanmu dengan baik. Ingat ini baik-baik, Eve. Jika suamimu berselingkuh maka itu adalah ketidakmampuanmu."
Maevea telah mendengar hal ini berkali-kali dari ibunya ketika dia mengeluh tentang Liam. Dia tahu bahwa ibunya juga menjalani hidup yang sama dengannya, tapi tetap saja dia berharap bahwa ibunya memiliki sedikit pemikiran bahwa putrinya setidaknya tidak harus menjalani kehidupan yang sama dengannya.
Namun, kenyataannya ibunya tidak memiliki pemikiran seperti itu. Dia ditekan harus mengikuti jalan yang telah dilalui oleh ibunya.
Maevea menerima takdirnya, tapi dia bersumpah bahwa dia tidak akan melakukan hal yang sama terhadap putrinya. Takdir terus menerus seperti ini akan terhenti di dirinya.
tbc
"Eve, kau benar-benar sangat tidak terduga." Azuela menatap Maevea takjub. Baru saja dia mendengar cerita dari Maevea bahwa dia telah memutuskan pertunangan dengan Liam Gilloti dan akan menikah dengan Rael Gilloti, paman Liam.Azuela sudah sangat geram dengan sikap Liam yang merendahkan Maevea, berkali-kali dia telah meminta Maevea untuk memutuskan pertunangan dengan Liam, tapi Maevea selalu menolak dengan mengatakan bahwa ayahnya pasti tidak akan menyetujuinya.Azuela tahu bahwa sahabatnya sangat menuruti kata-kata orangtuanya, jadi tampaknya melihat Maevea memutuskan hubungan dengan Liam akan menjadi sesuatu yang sangat mustahil.Namun, hari ini akhirnya dia mendapatkan kabar baik itu. Sahabatnya telah mengambil keputusan yang sangat tepat. Pria bajingan seperti Liam tidak pantas untuk seorang Maevea. Hanya karena Liam memiliki segalanya bukan berarti pria itu bisa bertingkah semena-mena.Selama Maevea menjadi tunangan Liam, Maevea tidak pernah mempermalukan Liam sama sekali, tapi s
Ruangan Rael terletak di lantai tiga puluh gedung bergaya modern itu. Dan sekarang Maevea sudah berada di lantai tiga puluh.Dustin membuka pintu ruang kerja Rael untuk Maevea. "Nona Maevea, silahkan masuk. Tuan Rael ada di dalam.""Baik, terima kasih." Maevea kemudian melangkah masuk ke dalam ruangan di depannya. Saat dia sudah masuk, dia disapa oleh keheningan. Wanita itu kemudian mendekat ke arah Rael yang saat ini bergerak ke arahnya."Selamat datang di ruanganku, Eve." Rael berdiri dari satu langkah di depan Maevea."Ya, terima kasih."Rael tersenyum geli. Tangannya kemudian menggenggam tangan Maevea. "Ayo kita pergi sekarang.""Baik."Maevea menatap tangannya sejenak. Dia belum pernah digenggam seperti ini oleh seorang pria sebelumnya. Dengan Liam, pria itu hanya berdiri di sebelahnya seolah alergi terhadapnya."Sesuaikan langkahmu, jangan sampai terjatuh." Rael bersuara lembut."Ya." Maevea kemudian fokus pada langkahnya agar tidak tersandung dan jatuh.Keduanya kembali masuk k
Setelah bertemu dengan perancang busana terkenal, Maevea diantar kembali oleh Rael ke galeri milik wanita itu. Tadi Maevea tidak hanya mencoba sebuah gaun pengantin, tapi juga set perhiasan yang disesuaikan dengan gaunnya."Apakah kau mau mampir ke galeriku?" tanya Maevea. Dia telah pergi ke perusahaan Rael, jadi akan imbang jika dia membawa Rael ke galerinya."Tentu saja." Rael ingin melihat tempat yang sering didatangi oleh Maevea sehari-hari.Keduanya melangkah masuk ke galeri Maevea yang saat ini hanya dijaga oleh dua pegawai Maevea saja.Rael memperhatikan galeri yang tidak terlalu luas itu. Bangunan itu terdiri dari dua lantai. Lantai satu digunakan untuk ruang pameran dan lantai dua digunakan sebagai ruang istirahat dan ruang melukis Maevea.Maevea membawa Rael ke ruang kerjanya. Tempat itu dipenuhi oleh segala hal yang berhubungan dengan lukisan."Ini adalah ruang kerjaku." Maevea berdiri sembari menatap Rael yang hanya berjarak satu langkah darinya."Tempat ini dipenuhi oleh
Rael tidak kembali ke kediamannya setelah dia meninggalkan kediaman Maevea, pria itu pergi ke klub malam karena ketiga sahabatnya mengajaknya untuk bertemu di sana. Ia yakin ketiga sahabatnya pasti telah menerima kabar tentang kebersamaannya dengan Maevea, mereka mungkin ingin menanyakan tentang kebenaran berita itu.Ia masuk ke dalam ruangan yang telah dipesan oleh sahabatnya, tapi ternyata di dalam sana tidak hanya ada ketiga sahabatnya. Di sana ada Elleta Louisa, satu-satunya wanita yang bisa masuk dalam lingkaran pertemanannya. Hanya saja Rael tidak begitu dekat dengan Elleta, itu semua karena dia tidak begitu menyukai lawan jenisnya."Lama tidak bertemu, Rael." Elleta menyapa Rael. Wanita ini merupakan seorang model terkenal jadi dia memiliki jadwal yang padat. Terakhir kali dia bertemu dengan Rael adalah dua minggu lalu ketika mereka berkumpul di acara yang diadakan oleh Raytan."Lama tidak bertemu, Leta." Rael memperlakukan Elleta tidak sedingin dia terhadap wanita lain. Bagaim
"Nona, seorang pria bernama Leonis McKenz ingin bertemu dengan Anda." Emily, salah satu pegawai di galeri milik Maevea memberitahu Maevea yang saat ini sedang melukis.Maevea mengerutkan keningnya. Dia tidak mengena seorang pria bernama Leonis McKenz sebelumnya."Pria itu mengatakan bahwa dia adalah sahabat Tuan Rael Gilloti." Emily menambahkan."Aku akan menemuinya sebentar lagi." Maevea tidak tahu kenapa sahabat dari calon suaminya ingin menemuinya, tapi dia tidak akan menolak kunjungan pria itu."Baik, Nona." Emily keluar dari ruang kerja Maevea, kembali ke lantai satu untuk menyampaikan pada Leonis.Maevea mencuci tangannya, setelah itu dia segera pergi untuk menemui Leonis. Sekarang setelah melihat pria yang mengenakan setelan berwarna merah tua tidak jauh di depannya, Maevea tahu siapa Leonis McKenz, pria itu adalah seorang aktor ternama A - list yang wajahnya sudah tidak asing lagi di televisi, bioskop dan majalah.Maeva kurang bergaul, dia juga tidak terlalu suka menonton, tap
"Apa yang terjadi pada galerimu?" Rael bertanya pada Maevea ketika dia selesai memeluk calon istrinya itu."Beberapa orang datang dan menghancurkan galeri," balas Maevea."Apakah kau memiliki masalah dengan orang lain baru-baru ini?""Leonis McKenz." Maevea yakin bahwa Rael akan menemukan hal ini, jadi tidak ada gunanya untuk menyembunyikannya dari pria itu.Kening Rael berkerut. "Ceritakan padaku.""Pria itu datang ke galeriku, meminta aku menjauh darimu. Dia juga menyebut bahwa Eletta Louisa adalah wanita yang pantas untukmu. Dia mengancam jika aku tidak menjauhimu maka dia akan membuat hidupku sengsara." Maevea tidak melebih-lebihkan. Dia tidak tahu apakah Rael akan memihaknya atau Leonis."Aku dan Eletta hanya berteman." Rael merasa perlu mengatakan ini pada Maevea agar wanita itu tidak salah paham. "Orangku akan menyelidiki apakah Leonis yang memerintahkan orang-orang itu atau bukan.""Bagaimana jika dia?""Aku tidak akan memaklumi sikapnya yang keterlaluan." Rael memang telah be
Pengacara Maevea telah menemui Leonis dengan rincian kerugian yang disebabkan oleh orang-orang Leonis terhadap Maevea.Leonis benci kekalahan, tapi dia tidak akan menang melawan Maevea karena Maevea didukung oleh Rael. Pada akhirnya dia mengeluarkan sejumlah uang untuk kerusakan yang diperbuat oleh orang-orangnya.Maeve tidak ikut pengacaranya menemui Leonis, dia tidak memiliki keinginan untuk bertemu dengan pria tidak bermoral seperti Leonis. Untuk menghadapi seorang wanita, Leonis mengirim segerombolan pria, benar-benar memalukan.Maevea berada di galerinya yang saat ini sudah diperbaiki. Dia mengatur beberapa lukisan baru di tempat lukisan yang sudah dirusak kemarin.Hari ini dia tidak akan pergi ke mana pun karena Rael akan pergi ke luar negeri untuk sebuah pekerjaan dan baru kembali besok.Setelah mengatur lukisan di pajangan, Maevea kembali ke ruang kerjanya. Wanita itu akan menenggelamkan dirinya ke dalam goresan tinta lagi.Pintu terbuka saat Maevea baru mengerjakan lukisannya
Besok adalah hari pernikahan Maevea dengan Rael. Maevea seharusnya bertemu dengan Rael kemarin, tapi pekerjaan Rael mengharuskan pria itu berada di luar negeri lebih lama.Semalam ketika Maevea bicara dengan Rael melalui panggilan telepon, pria itu mengatakan bahwa Rael akan kembali hari ini.Meski besok adalah hari pernikahannya, Maevea masih berada di galerinya. Dia tidak tahu harus melakukan apa jika dia tidak bekerja."Nona, Tuan Liam datang lagi." Emily datang memberitahu Maevea.Maevea menghela napas kasar. Apa lagi yang diinginkan oleh Liam. Pria ini sepertinya benar-benar ingin mengalami patah tulang."Katakan padanya bahwa aku tidak ingin bertemu dengannya." Maevea enggan berdebat dengan Liam, jadi lebih baik untuk menolak bertemu dengan pria itu."Baik, Nona."Namun, Emily dan Andrew bukan orang yang bisa menghadapi Liam. Pria itu akhirnya masuk ke ruang kerja Maevea dengan paksa."Maevea, berhenti bersikap memuakan seperti ini!" Liam menatap Maevea jengah."Liam, bukankah t
Suara tangis bayi memecah keheningan ruangan itu. Rasa sakit yang dirasakan oleh Maevea karena kontraksi kini telah terbayarkan. Dia begitu emosional sampai akhirnya dia mengeluarkan air mata. Dia dan putrinya telah berjuang bersama-sama, dan perjuangan mereka berhasil.Semakin dekat dengan waktu melahirkan Maevea merasa sedikit takut. Dia bukan takut melahirkan, tapi takut jika dia tidak cukup kuat untuk melahirkan putrinya.“Sayang, kau telah melakukannya dengan sangat baik.” Rael mengecup puncak kepala Maevea dengan lembut. Setelah melihat perjuangan istrinya melahirkan, dengan semua rasa sakit, keringat dan darah. Rael semakin berjanji pada dirinya sendiri bahwa tidak akan pernah menyakiti atau mengecewakan istrinya.Rael menghapus air mata istrinya yang jatuh. “Terima kasih karena telah berjuang untuk putri kita. Terima kasih karena telah melahirkan putri yang cantik untukku. Istriku, aku sangat mencintaimu.”Hati Maevea sangat tersentuh karena kata-kata suaminya. “Aku juga sanga
“Nona, bolehkah saya mendapatkan nomor ponsel Anda?” Seorang pria muda berdiri di sebelah Maevea. Pria itu memiliki penampilan yang baik.Adele yang duduk di seberang Maevea sudah siap siaga, wanita itu akan mematahkan leher pria di dekatnya jika berani menyakiti nyonyanya.Maevea meletakan segelas kopi yang baru sedikit ia minum. Wanita itu menggerakan coat yang ia kenakan. Dia kemudian menunjuk ke perutnya.Tanpa mengatakan apa-apa, pria yang tadi meminta nomor ponsel segera menyingkir.Adele tersenyum kecil melihat itu. Nyonyanya tidak mengatakan apapun, tapi dia berhasil mengusir pria yang mendekat ke arahnya. Ini bukan pertama kalinya ada pria yang meminta nomor ponsel nyonyanya, tapi seperti hari ini nyonyanya selalu menolak mereka semua.Maevea kembali menyesap kopinya, dia menikmati setiap teguknya. Setelah selesai wanita itu segera meninggalkan cafe di pinggiran kota yang nyaman dan tenang.Maevea sering mengunjungi cafe ini ketika dia masih lajang, dibandingkan dengan restor
Kehamilan Maevea saat ini sudah memasuki minggu ke dua puluh empat. Wanita itu kini sedang berada di pusat perbelanjaan bersama dengan Azuela yang sudah resmi menjadi kakak iparnya sejak satu bulan lalu.“Zue, lihat bukankah gaun ini sangat lucu.” Maevea menatap gemas ke gaun berwarna merah muda yang ada di depannya. Saat ini Maevea dan Azuela berada di toko pakaian anak.Maevea sebenarnya tidak ingin membeli pakaian anak, tapi ketika dia melewati toko itu kakinya melangkah masuk ke sana karena pakaian-pakaian yang menarik perhatiannya.“Ya, itu benar-benar menggemaskan, Eve.” Azuela menatap gaun itu dengan berbinar. Dia juga menyukainya.“Yang ini juga lucu, Zue. Ini juga. Astaga, aku menyukai semuanya.” Maevea sangat bersemangat. Dia ingin membeli semuanya sekarang.“Putrimu akan berganti pakaian setiap menit jika kau membeli semua gaun di toko ini, Eve.” Azuela menatap Maevea geli.“Tidak, aku harus tenang. Aku tidak boleh membeli pakaian yang nanti tidak terpakai oleh putriku.” Ma
Satu minggu berlalu, Rael yang seharusnya kembali hari ini tidak bisa kembali karena cuaca buruk di sana. Mungkin Rael masih harus berada di sana untuk beberapa hari lagi.Selama satu minggu ini Maevea sulit tidur, bahkan setelah dia melakukan panggilan video dengan Rael dia masih tidak bisa memejamkan matanya.Maevea selalu berharap Rael cepat kembali, tapi hari ini Rael memberitahunya bahwa pria itu tidak bisa kembali. Maevea tidak mengeluh ketika Rael memberitahunya, tapi ketika panggilan selesai dia mulai menangis seperti anak kecil.Maevea tidak mengerti apa yang salah dengannya. Dia sepertinya begitu ketergantungan dengan Rael.Setelah menangis untuk beberapa saat, Maevea meninggalkan sofa. Dia pergi ke meja rias dan melihat wajahnya yang sembab.Mata Maevea yang awalnya fokus pada cermin, kini tertuju tanggalan yang ada di atas meja rias. Detik selanjutnya wanita itu membuka laci dan mengambil sesuatu dari sana lalu bergegar ke kamar mandi.Beberapa saat kemudian dia keluar dar
Hari ini Maevea menghadiri sebuah seminar sebagai praktisi seni yang menjadi nara sumber di seminar tersebut. Sejak dia menyelenggarakan pameran tunggalnya, dia telah menerima banyak permintaan dari beberapa kampus untuk mengisi seminar sebagai nara sumber.Ketika wanita itu menjelaskan beberapa hal dan menceritakan tentang karya-karyanya semua mahasiswi dan mahasiswa yang ada di sana memperhatikannya dengan seksama.Maevea terkenal bukan hanya karena berbakat, tapi juga cantik. Para mahasiswi lebih muda dari Maevea, kebanyakan dari mereka masih berumur di bawah dua puluh tahun, tapi di mata mereka wajah dan bentuk tubuh Maevea terlihat seumuran dengan mereka. Belum lagi kulit Maevea yang tampak seperti salju. Benar-benar membuat kagum sekaligus iri.Sementara para mahasiswa mereka tidak bisa mengalihkan pandangan dari Maevea karena terpikat pada sosok itu.Namun, mereka semua cukup sadar diri. Mereka semua tidak akan pernah mampu bersaing dengan Rael Gilloti.Waktu seminar berakhir.
“Ibu dan anak dari keluarga Chester ini benar-benar mengerikan.” Raytan mencela perilaku Olyne dan Irene. Dua wanita itu telah melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh wanita yang dikenal karena kelembutan dan kemurahan hatinya.“Wanita itu pasti ingin membalas dendam karena kehancuran putrinya dan keluarganya. Dia tidak berpikir dengan benar, seharusnya yang dia salahkan adalah putirnya sendiri bukan orang lain.” Morgan juga tidak habis pikir dengan isi kepala Irene.Dua sahabat Rael itu sangat geram dengan Irene yang mencoba untuk membunuh Maevea padahal Maevea tidak melakuan apapun. Seharusnya Maevealah yang memiliki pemikiran untuk membunuh Olyne karena wanita itu telah menjebak Maevea dua kali dan semua jebakannya sangat mengerikan.Rael terus mendengarkan kekesalan kedua sahabatnya yang tidak pernah terlibat dengan wanita mengerikan seperti Irene dan Olyne.Pintu ruangan terbuka. Rael melihat ke sana karena dia pikir yang datang adalah Maevea, tapi ternyata bukan Maeve
Dokter segera melanjutkan penanganan pada Rael, sementara itu di luar situasi sudah tidak sama lagi karena ada Lara di sana.Cedric menatap Lara dengan kecewa. “Lara, Ayah tidak pernah berharap bahwa kau akan menjadi kejam seperti ini.”“Ayah, aku juga putrimu, aku juga berhak menjadi pewaris. Jangan salahkan aku karena menjadi kejam karena ketidakadilan itu.” Lara membalas tanpa rasa bersalah sedikit pun.“Bagimu kekuasaan adalah yang terpenting, bukan?” Lize bersuara dingin. Kali ini dia benar-benar kehilangan simpatinya terhadap Lara. “Kau tidak menghargai hubungan persaudaraanmu dengan Rael sama sekali.”“Bukan hanya aku yang seperti itu, Bu, tapi Rael juga. Apakah dia pernah menganggapku sebagai saudaranya? Baginya aku hanyalah orang luar.”Lize mendengkus sinis, hatinya sakit. “Kau memang tidak tahu ini, Lara. Namun, Lara kau salah. Rael tidak menganggapmu sebagai orang luar. Ketika kau mengalami pendarahan saat melahirkan Liam, Rael adalah orang yang telah mendonorkan darahnya
Hari ini pameran tunggal Maevea dilakukan. Wanita itu dan timnya telah mempersiapkan hari ini dengan sangat baik.Semua karya lukisan Maevea telah dipajang. Para pengunjung juga telah berdatangan. Pegawai Maevea datang ke beberapa pengunjung untuk menjelaskan tentang lukisan atasannya.Harga dari masing-masing lukisan Maevea cukup mahal mengingat karya-karya yang dihasilkan oleh tangan Maevea sangat indah dan bernilai seni tinggi.Dalam beberapa menit lukisan Maevea telah terjual lebih dari sepuluh lukisan. Dan rencananya Maevea akan menyumbangkan setengah dari hasil penjualan lukisannya untuk badan amal.Seluruh anggota keluarga Collins dan Gilloti juga hadir di pameran yang diselenggarakan di ruangan seni yang cukup besar. Namun, Lara dan Jhon pergi lebih dahulu, mereka hanya datang untuk memberi ucapan selamat pada Maevea. Dua orang itu tentu saja tidak akan tahan melihat kebahagiaan Maevea setelah kehancuran keluarga Chester dan juga perusahaan keluarga tersebut.Sementara Liam
“Aku akan pulang terlambat hari ini.” Rael menatap istrinya yang saat ini sedang fokus memasangkan dasi untuknya.Maevea mengangkat wajahnya membalas tatapan sang suami. “Tengah malam?”“Pukul sebelas malam aku akan berada di rumah.”“Baiklah kalau begitu.” Maevea mengelus dasi Rael yang sudah rapi. “Selesai.”Rael memeluk pinggang istrinya dengan kedua tangannya. Hanya dengan tarikan singkat tubuh Maevea sudah menabrak tubuhnya.Tanpa kata Rael mencium bibir Maevea. Melumatnya dengan lembut seperti bibir Maevea adalah permen kapas yang sangat halus dan manis.Kedua tangan Maevea dikalungkan ke leher Rael. Dia membalas ciuman Rael dengan senang hati.Ciuman selesai. Rael membelai bibir basah Maevea. “Aku sangat menyukai rasa manis di sini.”“Kau bisa merasakan manisnya kapanpun kau mau, Suamiku.”Rael tertawa kecil. “Istriku benar-benar pandai bicara.”Maevea ikut tertawa, lalu setelah itu dia melihat ke jam di tangannya dan kembali pada Rael. “Ayo berangkat, kau mungkin akan terlamba