Home / Young Adult / Perfect Melody / O3 - Karena Suka Raden

Share

O3 - Karena Suka Raden

Author: Strawberry
last update Last Updated: 2022-06-16 18:46:41

Kedatangan Stevia si gadis periang menggemparkan teman sekelasnya. Bahkan Raden yang berada di bangku sebelahnya sampai menoleh akibat suara Stevia. Stevia membanting bukunya di atas meja.

“Nanti kelompok gue presentasi. Kalau sampai ada yang tanya, gue ajak lo ke lapangan buat adu jotos,” ancamnya.

Sangat menyebalkan ketika prestasi seharusnya selesai, namun temannya bertanya ini-itu. Jika pertanyaannya mudah tidak masalah. Stevia hanya takut pertanyaan dari temannya tidak bisa dijawab. Bisa jelek nilai presentasinya.

“Mending bikin pertanyaan sama jawaban, Pi. Kita pura-pura tanya nanti, lumayan semua kebagian poin tambahan,” usul Alam, ketua kelas.

“Sabi, tuh.”

Buru-buru Stevia dan teman satu kelompoknya menyiapkan pertanyaan sekaligus jawaban. Mereka membuat sekitar 5 soal dan dibagikan pada temannya yang ingin mendapat poin tambahan.

Selesai membagi soal itu, Pak Wijaya memasuki kelas dengan sebuah buku dan laptop di tangan beliau. Berdoa, lalu sapaan hangat diterima oleh para siswa dengan baik.

“Sebelum Bapak lanjutkan ke presentasi selanjutnya. Bapak akan berikan materi tambahan untuk ulangan minggu depan.”

Sorakan dari para siswa terdengar tidak terima jika harus ulangan lagi. Padahal minggu lalu mereka sudah mengerjakan ulangan biologi.

Stevia mengalihkan pandangannya kepada Raden. Cowok itu terlihat sangat tampan ketika sedang fokus seperti ini. Raden sama sekali tidak bersuara. Ia mencatat apa yang Pak Wijaya tuliskan di papan.

“Raden,” panggil Stevia berbisik.

“Raden, Raden,” ulangnya sampai Raden mau menoleh ke arahnya.

“Raden, mau?” tawar Stevia sambil menunjukkan soal yang sudah ia buat.

“Enggak.”

“Kenap—“

“Stevia, ngapain kamu?”

Jantung Stevia mencelus begitu saja mendengar teguran dari sang guru. Buru-buru ia menegakkan badannya, menatap Pak Wijaya sambil menyengir.

“Nanya ke Raden itu, Pak.” Stevia menunjuk tulisan Pak Wijaya di papan tulis. “Nggak kelihatan.”

“Kamu minus? Kenapa nggak pakai kacamata?”

Stevia meringis mendengar pertanyaan Pak Wijaya. Ia hanya berbohong perihal tulisan itu tidak kelihatan di matanya, bukan ia minus.

“Saya nggak suka pakai kacamata, Pak,” alibinya.

“Kenapa nggak suka pakai?”

“Soalnya saya sukanya Raden.”

Seruan meledek terdengar memojokkan Stevia yang dengan gamblang berbicara seperti itu. Raden menelan salivanya menyadari tatapan aneh dari semua temannya.

“GUE DUKUNG, PI, GUE DUKUNG!”

“KAPAL BARU ASIK!”

“Kalian pacaran?” tanya Pak Wijaya ikut penasaran.

“Lagi berjuang, Pak,” sahut Stevia semakin tidak tahu malu. Stevia sangat percaya diri. Toh, tidak ada yang salah dengan perjuangannya.

“Emangnya Raden mau sama kamu?”

“Hati mungil saya tersakiti sama pertanyaan Bapak!”

Ledakan tawa semakin terdengar nyaring membuat Stevia menutupi wajahnya menggunakan buku. Setelah keadaan cukup tenang, Stevia dan para rekannya maju guna mempresentasikan hasil observasi mengenai ikan yang diawetkan menggunakan es batu.

“UDAH SEKELOMPOK, TAPI SEHATINYA MASIH ON GOING JIAHAHAHAH!” ejek Alam kepada Stevia dan Raden.

Baiklah, di presentasi kali ini Stevia terdeteksi tidak akan seceria biasanya. Ia ingin menenggelamkan diri di lautan luas supaya tidak diejek oleh teman-temannya lagi.

“Raden aja yang buka,” kata Stevia bergeser ke belakang Rinjani.

“SALTING CIE!”

Mendengar teriakan Alam, Stevia tidak dapat lagi menahan dirinya. Ia bergerak maju sambil melempar tatapan tajam pada cowok itu. “LO DIEM ATAU KELUAR?” teriak Stevia seraya menunjuk pintu keluar kelas.

“Ngegay sama Raden aja gue, Pi.”

Stevia menoleh ke gurunya dengan tatapan memelas. “Pak Jaya, tolong usir Alam,” adunya dibalas tawa teman-temannya.

“Sudah, sudah. Alam jangan bercanda. Ayo mulai presentasinya!”

****

Dilla menatap Stevia sambil menggelengkan kepalanya heran. Baru beberapa hari yang lalu Stevia menyebut bahwa dirinya jatuh cinta dengan Raden. Namun, tingkah Stevia seperti sudah cinta mati kepada cowok itu.

“Apa, sih, yang bikin lo suka sama Raden?”

“Dia ganteng, Dil.”

Tentu saja Dilla tidak percaya. Sudah hampir 2 tahun Stevia sekelas dengan Raden, gadis itu tidak pernah membahas Raden. Meski Dilla berbeda kelas sama Stevia, Dilla selalu tahu apa yang terjadi pada Stevia. Disebabkan oleh kebiasaan Stevia yang sering bercerita.

“Fisik?” tanya Dilla sambil menyedot es teh miliknya.

“Gue pernah lihat dia main piano.”

Dilla ber-A ria. Sejak dahulu tipe cowok Stevia adalah pemain piano. Pantas saja jika Stevia mengejar Raden. Ternyata cowok itu bisa bermain piano.

“Deketin pelan-pelan, jangan terlalu agresif.”

Seketika binar mata Stevia kembali muncul. Mata redupnya sudah tidak lagi terlihat. “Lo dukung gue, Dil?”

“Iya, kapan lagi coba bestie unyuk gue ini jatuh cinta.”

Stevia memeluk erat tubuh Dilla. Sahabatnya ini benar-benar membuatnya merasa semangat.

“Tunjukin ke gue, kalau lo bisa jadian sama cowok pinter kayak Raden.”

Dengan kasar Stevia mendorong Dilla hingga membuat Dilla hampir terjengkang ke belakang. Kalimat Dilla lagi dan lagi menyakiti hati mungil Stevia.

“Ngeledek lo!”

****

Related chapters

  • Perfect Melody   04 - Formulir?

    Sudah menjadi santapan kelas 11 IPA 1 akhir-akhir ini melihat Stevia mencari perhatian kepada Raden. Penjelasan Bu Arin tentang teknik melukis saja Stevia abaikan, apalagi tatapan heran dari teman-temannya. Stevia terlalu bodo amat untuk hal-hal seperti itu.Stevia menopang dagunya, memperhatikan Raden yang fokus pada penjelasan Bu Arin. Hidung mancung serta rahang tegas Raden semakin membuat Stevia gila."Kalau ada yang bisa bikin gue berpaling dari musik, Raden Kastara jawabannya."Telinga Raden sangat sehat jika hanya untuk mendengarkan kalimat Stevia baru saja. Cowok itu menoleh ke arah Stevia. Sementara Stevia, menatapnya dengan senyum manis."Jangan berisik," tegur Raden.Jika saja Stevia memiliki kekuatan super hero yang sangat kuat. Sudah dipastikan ia akan melempar Raden ke kutub utara agar bertemu dengan kembarannya."Ibu mulai bagi kelompoknya sesuai absen ya. Satu kelompok isi empat orang."Bu Arin menarik atensi Stevia dan semua siswa. Semua sangat berharap mendapat rekan

    Last Updated : 2022-06-16
  • Perfect Melody   05 - Bau Matahari

    Sepasang netra menatap nyalang kepada ketua kelas. Stevia nyaris saja kehilangan detak jantung akibat Alam mengagetinya saat ia masuk kelas. Dengan kesal, Stevia menarik seragam Alam secara kasar.“Alam! Lo nggak kapok cari masalah sama gue?”“BERCANDA, PI!” teriak Alam tatkala Stevia menariknya kasar.“Kalau jantung gue melorot, terus jantung gue nggak bisa jedag-jedug dekat Raden gimana?”Alam mengubah raut kesakitannya menjadi datar. Ia sudah overthinking jika Stevia akan marah, namun ternyata oh ternyata gadis itu sangat membuatnya muak. Ide jail tersusun rapi di otak Alam. Cowok itu mendorong-dorong Stevia ke meja Raden.“Makan, tuh, Raden.”“A-Al-Alam!”“Ciee, otw ketemu ayang Raden.”“YOU ARE FREAK!”Hampir saja tubuh Stevia tersungkur menabrak meja akibat dorongan Alam. Beruntung Raden melindungi kepala Stevia yang hendak mencium sudut meja.Bukan merasa senang, Stevia justru terlihat lebih murka. Gadis itu mendorong Alam dengan kasar, lalu menampar cowok itu membuat warga kel

    Last Updated : 2022-06-16
  • Perfect Melody   O6 - Pahlawan Malam

    Sorot temaramnya lampu kafe menjadi saksi gesekan merdu dari biola Stevia. Tubuh terbalut dress selutut berwarna peach serta rambut panjang tergerai membuat Stevia begitu cantik malam ini. Rutinitasnya tiap malam minggu, mengisi sebuah kafe dengan instrumental biola.Seusai membawakan penampilan terakhirnya. Stevia berjalan ke arah tempat pemesanan.“Kak, milkshake strawberry satu ya,” pesan Stevia.Mata cantik itu menyapu seluruh penjuru kafe. Hanya ada beberapa orang yang tersisa, mungkin dikarenakan waktu yang sudah mulai larut.“Milkshake strawberry satu, ya?” Barista itu mengulurkan pesanan Stevia.Setelah melakukan transaksi jual beli tersebut, Stevia berjalan keluar kafe sambil menenteng biola juga milkshake-nya. Sebentar, Stevia duduk di bangku depan kafe guna meminum minumannya. Ia sangat haus.“Cantik,” panggil seorang pria berbadan kekar. Stevia yang memang dasarnya ramah pun membalas sapaan itu dengan senyumannya.“Sendiri aja?”“Iya, bang.”Masih tidak menaruh curiga sedi

    Last Updated : 2022-06-16
  • Perfect Melody   O1 - Alunan Piano

    Lelah para peserta upacara seketika lenyap tatkala seorang guru mulai mengumumkan hasil Penilaian Akhir Semester satu. Semua pasang netra tertuju kepada guru tersebut, dengan penuh harapan nama mereka menjadi salah satu siswa berprestasi di sekolah. Bahkan sorot surya yang sangat panas tidak lagi mengganggu mereka.“Siswa berprestasi jurusan ilmu pengetahuan alam dengan meraih rata-rata nilai ujian delapan puluh sembilan koma enam puluh dua. Selamat kepada RADEN KASTARA DARI SEBELAS IPA SATU!”Sudah tidak mengherankan lagi jika asma seorang Raden Kastara disebut sebagai peraih juara satu di SMA Garuda. Otak genius serta polahnya yang anteng patut diteladani. Pantas saja banyak guru yang menggadang-gadangnya sebagai siswa kesayangan.Suara riuh tepuk tangan terdengar sebagai apresiasi atas usaha keras Raden. Laki-laki tampan itu maju ke depan untuk mengambil sebuah hadiah.“Udah ganteng, pinter pula,” ucap salah satu siswi di barisan paling belakang.Stevia menoleh kepada sahabatnya ya

    Last Updated : 2022-06-16
  • Perfect Melody   O2 - Jatuh Cinta

    Kicauan burung menjadi pelengkap suasana sejuk pagi ini. Embun-embun di dedaunan berangsur hilang sebagai tandai bahwa sang surya mulai menampakkan diri.Semangat tinggi mengawali hari yang indah. Seperti Stevia, gadis berambut panjang itu bersenandung ria sepanjang koridor sekolah. Terlihat sangat cerita tanpa beban hidup.“Raden?” gumamnya tatkala melihat Raden bermain laptop di lantai dasar.Keberadaan Stevia yang berada di lantai dua membuat cewek itu memiliki ide jail. Lantas, Stevia mengambil buku di tasnya. Ia dengan telaten melipatnya membentuk sebuah pesawat terbang.“Semoga kena, huh, hah!” Memberi tiupan pada bagian belakang pesawat dengan harapan hal itu akan menjadi sebuah mantra agar pesawatnya tidak melesat.Detik selanjutnya, Stevia mulai meluncurkan pesawatnya. Meski cobaan pertama gagal, ia tidak gentar untuk mencoba lagi. “Astaga, Raden! Demi lo, nih, gue rela buku gue habis,” dumel Stevia. Kini di tangannya hanya tersisa satu pesawat.Pesawat itu terbang dibawa hem

    Last Updated : 2022-06-16

Latest chapter

  • Perfect Melody   O6 - Pahlawan Malam

    Sorot temaramnya lampu kafe menjadi saksi gesekan merdu dari biola Stevia. Tubuh terbalut dress selutut berwarna peach serta rambut panjang tergerai membuat Stevia begitu cantik malam ini. Rutinitasnya tiap malam minggu, mengisi sebuah kafe dengan instrumental biola.Seusai membawakan penampilan terakhirnya. Stevia berjalan ke arah tempat pemesanan.“Kak, milkshake strawberry satu ya,” pesan Stevia.Mata cantik itu menyapu seluruh penjuru kafe. Hanya ada beberapa orang yang tersisa, mungkin dikarenakan waktu yang sudah mulai larut.“Milkshake strawberry satu, ya?” Barista itu mengulurkan pesanan Stevia.Setelah melakukan transaksi jual beli tersebut, Stevia berjalan keluar kafe sambil menenteng biola juga milkshake-nya. Sebentar, Stevia duduk di bangku depan kafe guna meminum minumannya. Ia sangat haus.“Cantik,” panggil seorang pria berbadan kekar. Stevia yang memang dasarnya ramah pun membalas sapaan itu dengan senyumannya.“Sendiri aja?”“Iya, bang.”Masih tidak menaruh curiga sedi

  • Perfect Melody   05 - Bau Matahari

    Sepasang netra menatap nyalang kepada ketua kelas. Stevia nyaris saja kehilangan detak jantung akibat Alam mengagetinya saat ia masuk kelas. Dengan kesal, Stevia menarik seragam Alam secara kasar.“Alam! Lo nggak kapok cari masalah sama gue?”“BERCANDA, PI!” teriak Alam tatkala Stevia menariknya kasar.“Kalau jantung gue melorot, terus jantung gue nggak bisa jedag-jedug dekat Raden gimana?”Alam mengubah raut kesakitannya menjadi datar. Ia sudah overthinking jika Stevia akan marah, namun ternyata oh ternyata gadis itu sangat membuatnya muak. Ide jail tersusun rapi di otak Alam. Cowok itu mendorong-dorong Stevia ke meja Raden.“Makan, tuh, Raden.”“A-Al-Alam!”“Ciee, otw ketemu ayang Raden.”“YOU ARE FREAK!”Hampir saja tubuh Stevia tersungkur menabrak meja akibat dorongan Alam. Beruntung Raden melindungi kepala Stevia yang hendak mencium sudut meja.Bukan merasa senang, Stevia justru terlihat lebih murka. Gadis itu mendorong Alam dengan kasar, lalu menampar cowok itu membuat warga kel

  • Perfect Melody   04 - Formulir?

    Sudah menjadi santapan kelas 11 IPA 1 akhir-akhir ini melihat Stevia mencari perhatian kepada Raden. Penjelasan Bu Arin tentang teknik melukis saja Stevia abaikan, apalagi tatapan heran dari teman-temannya. Stevia terlalu bodo amat untuk hal-hal seperti itu.Stevia menopang dagunya, memperhatikan Raden yang fokus pada penjelasan Bu Arin. Hidung mancung serta rahang tegas Raden semakin membuat Stevia gila."Kalau ada yang bisa bikin gue berpaling dari musik, Raden Kastara jawabannya."Telinga Raden sangat sehat jika hanya untuk mendengarkan kalimat Stevia baru saja. Cowok itu menoleh ke arah Stevia. Sementara Stevia, menatapnya dengan senyum manis."Jangan berisik," tegur Raden.Jika saja Stevia memiliki kekuatan super hero yang sangat kuat. Sudah dipastikan ia akan melempar Raden ke kutub utara agar bertemu dengan kembarannya."Ibu mulai bagi kelompoknya sesuai absen ya. Satu kelompok isi empat orang."Bu Arin menarik atensi Stevia dan semua siswa. Semua sangat berharap mendapat rekan

  • Perfect Melody   O3 - Karena Suka Raden

    Kedatangan Stevia si gadis periang menggemparkan teman sekelasnya. Bahkan Raden yang berada di bangku sebelahnya sampai menoleh akibat suara Stevia. Stevia membanting bukunya di atas meja.“Nanti kelompok gue presentasi. Kalau sampai ada yang tanya, gue ajak lo ke lapangan buat adu jotos,” ancamnya.Sangat menyebalkan ketika prestasi seharusnya selesai, namun temannya bertanya ini-itu. Jika pertanyaannya mudah tidak masalah. Stevia hanya takut pertanyaan dari temannya tidak bisa dijawab. Bisa jelek nilai presentasinya.“Mending bikin pertanyaan sama jawaban, Pi. Kita pura-pura tanya nanti, lumayan semua kebagian poin tambahan,” usul Alam, ketua kelas.“Sabi, tuh.”Buru-buru Stevia dan teman satu kelompoknya menyiapkan pertanyaan sekaligus jawaban. Mereka membuat sekitar 5 soal dan dibagikan pada temannya yang ingin mendapat poin tambahan.Selesai membagi soal itu, Pak Wijaya memasuki kelas dengan sebuah buku dan laptop di tangan beliau. Berdoa, lalu sapaan hangat diterima oleh para si

  • Perfect Melody   O2 - Jatuh Cinta

    Kicauan burung menjadi pelengkap suasana sejuk pagi ini. Embun-embun di dedaunan berangsur hilang sebagai tandai bahwa sang surya mulai menampakkan diri.Semangat tinggi mengawali hari yang indah. Seperti Stevia, gadis berambut panjang itu bersenandung ria sepanjang koridor sekolah. Terlihat sangat cerita tanpa beban hidup.“Raden?” gumamnya tatkala melihat Raden bermain laptop di lantai dasar.Keberadaan Stevia yang berada di lantai dua membuat cewek itu memiliki ide jail. Lantas, Stevia mengambil buku di tasnya. Ia dengan telaten melipatnya membentuk sebuah pesawat terbang.“Semoga kena, huh, hah!” Memberi tiupan pada bagian belakang pesawat dengan harapan hal itu akan menjadi sebuah mantra agar pesawatnya tidak melesat.Detik selanjutnya, Stevia mulai meluncurkan pesawatnya. Meski cobaan pertama gagal, ia tidak gentar untuk mencoba lagi. “Astaga, Raden! Demi lo, nih, gue rela buku gue habis,” dumel Stevia. Kini di tangannya hanya tersisa satu pesawat.Pesawat itu terbang dibawa hem

  • Perfect Melody   O1 - Alunan Piano

    Lelah para peserta upacara seketika lenyap tatkala seorang guru mulai mengumumkan hasil Penilaian Akhir Semester satu. Semua pasang netra tertuju kepada guru tersebut, dengan penuh harapan nama mereka menjadi salah satu siswa berprestasi di sekolah. Bahkan sorot surya yang sangat panas tidak lagi mengganggu mereka.“Siswa berprestasi jurusan ilmu pengetahuan alam dengan meraih rata-rata nilai ujian delapan puluh sembilan koma enam puluh dua. Selamat kepada RADEN KASTARA DARI SEBELAS IPA SATU!”Sudah tidak mengherankan lagi jika asma seorang Raden Kastara disebut sebagai peraih juara satu di SMA Garuda. Otak genius serta polahnya yang anteng patut diteladani. Pantas saja banyak guru yang menggadang-gadangnya sebagai siswa kesayangan.Suara riuh tepuk tangan terdengar sebagai apresiasi atas usaha keras Raden. Laki-laki tampan itu maju ke depan untuk mengambil sebuah hadiah.“Udah ganteng, pinter pula,” ucap salah satu siswi di barisan paling belakang.Stevia menoleh kepada sahabatnya ya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status