PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (60)Episode : Perjalanan Meraih Impian“Assalaamu’alaikum,” ucap Hamizan uluk salam begitu tiba di rumah bersama Ammar. Tidak lantas membuka pintu rumah, tapi menunggu hingga Arumi sendiri yang bergegas menyambut.Tidak berapa lama, terdengar jawaban dari dalam rumah dari sosok istri Hamizan tersebut.“Wa’alaikumussalaam ….,” jawab Arumi dari dalam rumah. “Tunggu sebentar!” serunya kemudian. Kemudian pintu pun terkuak, disusul dengan seraut wajah cantik berhijab, muncul berseri-seri. “Mas Izan, ayo masuk.”Tidak lupa, Arumi meraih tangan suaminya dan menyalaminya dengan takzim. Berlanjut pada peluk-cium hangat menyertai.“Ini … Pak Ammar. Temen yang aku ceritain tadi, Dik,” kata Hamizan memperkenalkan teman kantornya pada Arumi.“O, iya … saya istrinya Mas Izan, Pak,” kata Arumi memperkenalkan diri, seraya menghaturkan salam dari kejauhan tanpa men
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (61)Episode : Sosok Tua Bergelung Rambut MemutihMenjelang siang, Ammar sudah tiba hendak menjemput Hamizan di rumah kontrakan dengan membawa sepeda motor. Sebelum masuk, terlebih dahulu menelepon untuk memastikan bahwa temannya tersebut tidak sedang melakukan aktivitas pribadi.“Masuk saja, Mar. Kami berdua sudah siap-siap, kok,” jawab Hamizan melalui sambungan telepon.Tidak lama setelah itu, suami Arumi tersebut tampak keluar dari dalam rumah. Dia melambaikan tangan memanggil Ammar yang berada agak jauh dari pekarangan rumah.“Mau masuk dulu atau ….” Belum selesai Hamizan berkata, langsung dipotong oleh teman berkacamata minusnya itu.“Saya nunggu di luar saja deh, Zan. Kalian berdua sudah pada siap-siap ini, ‘kan?” tanya Ammar usai menyalami Hamizan.“Seenggaknya minum dululah,” ujar Hamizan setengah meminta. “Masuk, yuk.”Balas Ammar bersikukuh, “Gak usah. Saya nunggu di sini saja. Lebih adem. He-he.”Hamizan pun akhirny
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (62)Episode : Antara Percaya Atau TidakArumi mencekal lengan suaminya dari belakang. Sorot mata serta wajah sosok wanita tua di hadapan mereka, sungguh tidak nyaman dipandang mata.“Tenang saja, Dik. Mungkin Nenek ini yang dimaksud sama Ammar itu,” ujar Hamizan dengan nada berbisik, mencoba menenangkan istrinya. “Dia kerabat dari istrinya Ammar itu, kok.”Arumi tidak ingin beradu tatap dengan sosok yang dimaksud tadi. Saat berbicara pun, sengaja memalingkannya ke arah lain.“Apa kita enggak salah mendatangi orang, Mas?” tanya Arumi berbisik di dekat daun telinga Hamizan. “Aku merasa ada yang aneh dengan Nenek itu.”“Ssttt …,” Hamizan mendesis. “Jangan suudzon dulu. Kita tunggu saja sampai Ammar selesai sholat, Dik.”Mereka menoleh ke arah beranda rumah, dimana pada saat itu Ammar baru saja menyelesaikan ibadah salat Zuhur. Laki-laki berkacama
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (63)Episode : Hampir TersesatArumi keluar dari kamar khusus Mbah Wening dengan raut wajah penuh amarah.“Kita pulang sekarang juga, Mas!” ujar perempuan tersebut pada Hamizan yang sedang duduk mengobrol bersama Ammar di balai beranda depan.Percakapan kedua lelaki itu sontak terhenti. Lantas spontan sang suami menoleh dan bertanya, “Kenapa, Dik? Ada apa? Pengobatannya sudah beres?”Bukannya menjawab, Arumi malah bergegas turun dari atas panggung rumah. Dia memburu kendaraan bermotor yang diparkir tidak jauh dari sana.“Sebentar ya, Mar,” ucap Hamizan pada temannya, lalu ikut turun dan mengikuti Arumi. “Ada apa sih, Dik?” tanya lelaki tersebut kemudian. “Kamu diapain sama si Mbah itu?”Arumi mendengkus. Masih juga tetap tidak menjawab pertanyaan suaminya seperti tadi. Terkecuali merengek untuk meminta pulang pada saat itu pula.Hamizan bingung. Namun di dalam hatinya berbisik bahwa—sesuatu pasti—telah terjadi sesuatu di dala
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (64)Episode : Iktibar"Astaghfirullāhal'adzīm ….," ucap Ammar begitu mendengar penjelasan dari Hamizan, terkait pertemuan mereka dengan Mbah Wening pada hari Sabtu sebelumnya. "S-saya pribadi minta maaf, Zan, atas keteledoran saya itu." Dia menarik napas panjang sejenak. "S-saya … sama sekali gak nyangka, kalo pengobatan yang dilakukan oleh Mbah itu, justru di luar syari'at." Kemudian menunduk dengan tangan kanan menopang kepala di kening.Hamizan megerutkan kening melihat reaksi teman kantornya tersebut."Masa sih, kamu gak tahu sama sekali, Mar?" tanya suami Arumi itu. "Selama ini … apa gak pernah denger atau ngelihat Mbahmu itu ngelakuin hal begituan?"Ammar menggelengkan kepala, masih dengan kondisi wajah tertunduk sedih."Terus … setelah kami pergi, kamu 'kan pulang belakangan, Mar. Apa Mbahmu itu gak juga nyeritain apa yang terjadi pada Arumi selama berada di kamar kemarin?" Kembali Hamizan bertanya.Kali ini Ammar men
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (65)Episode : Kabar MenggembirakanTernyata Pak Yogi dan Pak Andara membawa kabar mengejutkan bagi Hamizan. Dalam pertemuan mereka bertiga siang itu, ada hal yang teramat menggembirakan suami Arumi tersebut."Jadi … mulai besok, Pak Izan akan dipindahtugaskan menjadi salah satu staf di bawah saya," kata Pak Andara disertai senyuman. "Selamat ya, Pak Izan."Mulanya, Hamizan tidak begitu percaya. Namun setelah Pak Yogi menambahkan, akhirnya dia yakin sekali jika hal tersebut memang benar adanya.'Yaa Allah … ini seperti mimpi. Alhamdulillah sekali, Yaa Allah.' Berkali-kali Hamizan mengucap syukur atas kabar itu. 'Padahal sebelumnya, aku sudah berburuk sangka pada-Mu, Yaa Rabb.'"Mohon maaf, bukankah sebelumnya saya dinyatakan gagal mengikuti seleksi tim khusus, Pak?" tanya Hamizan sedikit masih merasakan penasaran.Pak Andara melirik sejenak pada Pak Yogi, lantas keduanya saling melempar senyum satu dengan lainnya."Sebenarnya
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (66)Episode : Mempertahankan PrinsipHamizan keluar dari lift dengan perasaan tidak menentu. Jantungnya berdegup lebih kencang sejak ditemui Andara, untuk menghadap Bella di ruang kerjanya di lantai atas.“Mari ikuti saya, Pak Izan,” kata Andara, terlebih dahulu keluar dari dalam lift tadi.“Baik, Pak,” balas Hamizan seraya membungkukkan badan. Lantas mengikuti langkah sosok lelaki tersebut memasuki sebuah koridor pendek dan berakhir di depan ruangan berpintu kaca besar.Baru saja hendak mengetuk, seorang pekerja lain keluar dari dalam sana disertai senyuman ramah.“Oh, syukurlah … Pak Anda ternyata sudah di sini,” kata sosok tersebut seraya menatap Andara dan Hamizan secara bergantian. “Tadinya saya bermaksud menyusul ke bawah. Ibu Bella sudah menunggu di dalam, Pak.”Balas Andara berlanjut, “Baik, terima kasih, Bu Indry. Saya tadi berbicara sebentar dengan Pak Izan ini.” Dia menunjuk Hamizan dengan kelima jemari tangan kan
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (67)Episode : Kabar Kehamilan Azizah“O, iya? Beneran, Dik?” tanya Azizah melalui percakapan telepon dengan Arumi bakda Isya. “Masyaa Allah … Alhamdulillah banget kalo begitu. Kakak ikut seneng di sini loh, Dik,” imbuhnya kembali dengan nada bersukacita.Menjawab Arumi di samping suaminya, Hamizan, “Iya, Kak Izah. Ternyata bener juga, ya? Kita itu gak boleh suudzon sama Gusti Allah. Ketika satu kegagalan menghampiri kita, hendaklah selalu berhusnudzon … yakini diri bahwa Allah sedang mempersiapkan sesuatu yang jauh lebih baik dari sekedar keinginan kita. He-he.”Hamizan melirik, menatap istrinya yang asyik berbicara dengan Azizah. Raut semringah itu terpancar nyata dari Arumi, setelah kabar menggembirakan terkait pekerjaan suaminya disampaikan tadi.“Nah, termasuk … harapan kamu buat punyai momongan, Dik. Bersabarlah dulu,” timpal kembali istri Muzakir tersebut memberi petuah. “Yakinkan hati kamu bahwa Gusti Allah bukan gak