PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (68)Episode : Hari Pertama Dengan Tugas BaruHari ini adalah hari pertama Hamizan memulai kerja dan menempati posisi serta ruangan baru. Sebelum masuk ke dalam lift, tiba-tiba Ammar datang menghampiri.“Zan!” panggil lelaki berkacamata minus tersebut dari kejauhan.’Hamizan yang sudah bersiap-siap di depan pintu lift, spontan menoleh.“Hai, Mar! Assalaamu’alaikum,” sapa suami Arumi tersebut seraya melangkah menghampiri. “Apa kabar, Kawan? He-he.”Mereka berjabat tangan, usai Ammar menjawab salam yang disampaikan oleh Hamizan tadi.“Waduh, Pak Bos, main selonong masuk saja,” seloroh Ammar diiringi tawanya. “Gak mampir dulu ke tempat lama, Zan? Seenggaknya pamit atau apaan kek sama saya,” imbuhnya kembali bernada canda.Hamizan terkekeh. Jawabnya kemudian, “Saya mau langsung masuk dulu, Mar. Ini ‘kan, hari pertama saya pindah ruangan. Yaaa … buat adaptasi sedikitlah. Ayo, kamu mau ikut ngelihat-lihat?” ajak lelaki berberewok t
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (69)Episode : Hadiah Kejutan Untuk Hamizan“Hhmmm, bagus sekali kerja Anda, Pak Izan,” ucap Bella setelah menerima berkas hasil laporan yang diperiksa oleh Hamizan satu jam sebelumnya. “Bahkan … menurut Indry, Anda melakukannya dalam tempo waktu yang cepat. It’s amazing,” puji perempuan berusia 35 tahun tersebut.“Terima kasih, Bu,” balas Hamizan tersenyum, tapi tatapannya kerap mengarah ke bawah. Senantiasa menundukkan pandangan. Dengan begitu, leluasa sekali Bella bisa memandangi sosok lelaki yang ada di hadapannya tersebut.‘Tuhanku … menarik sekali laki-laki ini,’ membatin Bella di dalam hati. ‘Sayang sekali, dia sudah menikah. Aku jadi penasaran, perempuan seperti apakah yang beruntung mendapatkan cintanya Hamizan? Pasti bukan perempuan biasa. Apalagi … kudengar, istrinya Hamizan itu anak seorang tokoh terkenal di kampungnya. Pendiri pondok pesantren pula.’“Un
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (70)Episode : Kecemburuan Arumi“ … Namanya Bu Bella atau lengkapnya Ibu Bellanca Aurora,” jawab Hamizan saat menceritakan kronologis bantuan kendaraan inventaris yang dibawanya sore tadi. “Beliau itu pimpinan direksi perusahaan yang baru di kantor. Baru beberapa bulan lalu bertugas.”“Oh, ternyata masih baru, ya?” ujar Arumi seraya melirik suaminya yang duduk berhadapan. “Sebaru itu pula sudah langsung kenal dan akrab sama kamu, Mas.”Hamizan tidak lekas merespons ucapan istrinya. Dia lebih fokus untuk menikmati makanannya terlebih dahulu.“Yaa … gak tahu juga, sih. Tapi yang pasti, sejak Bu Bella datang, hampir semua divisi mengalami perombakan besar-besaran,” ujar lelaki tersebut menjelaskan. “Termasuk membentuk tim khusus itu. Kamu masih inget ‘kan, waktu aku masuk sebagai kandidat penyeleksian tim itu di kantor?” tanyanya kemudian dan diangguki oleh Arumi. “Nah
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (71)Episode : Kejutan Kedua Bagi HamizanSetelah menempuh beberapa menit waktu perjalanan, perlahan kendaraan memasuki sebuah cluster perumahan. Lalu berhenti, tepat di depan gerbang besar pagar setinggi dua meter.“Oke, kita sudah sampai. Mari, Pak,” kata Bella kemudian, mengajak Hamizan agar segera turun.Laki-laki itu melihat-lihat sekeliling sejenak, pada jajaran rumah-rumah di sana. Ini jelas bukan kompleks perumahan biasa. Hampir semuanya berukuran cukup besar dan luas. Dilengkapi halaman serta pagar di sekeliling.“Pak Izan ….,” panggil Bella menyadarkan Hamizan yang sedang terpaku memandangi kondisi alam sekitar. “Kita masuk yuk, Pak,” ajak kembali perempuan tersebut, tampak sudah membuka pintu gerbang tadi.Hamizan terperangah dan berpikir-pikir. ‘Oh, mungkin rumah ini milik Bu Bella. Cukup besar, tapi untuk ukuran seperti beliau, rasanya masih ter
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (72)Episode : Rencana Bella Bertemu Arumi“Apa? Pindah rumah?” Arumi menatap suaminya dengan sorot mata tajam. “Mas dapet uang dari mana buat membeli rumah baru? Ada proyekan di kantor? Secepat itu mendapatkan uang?” cecar perempuan tersebut seperti hendak menginterogasi suaminya.Hamizan menghela napas panjang. Dia sudah menduga, jika Arumi pasti akan bertanya banyak tentang hal itu. Bagaimana pula seandainya tahu, apabila rumah tersebut adalah hadiah dari kantor. Bahkan sebagian harganya harus dia bayar sendiri, begitu menurut laki-laki itu merunut pada penjelasan dari Bella sebelumnya. Namun mau tidak mau, dia harus berterus terang.“Sabarlah, Dik, aku belum bicara banyak, kok Adik langsung punya pikiran seperti itu? He-he.” Hamizan tertawa kecil, berusaha menenangkan istrinya dengan sikap yang tenang.Arumi menipiskan bibir. Lantas melafalkan kalimat istighfar beberapa kali.“Maaf, Mas,” ucap perempuan tersebut akhirnya.
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (73)Episode : Pertemuan Bella dan ArumiBella memperhatikan kondisi rumah kontrakan yang ditempati oleh Hamizan dan Arumi. Sebentar-sebentar perempuan itu menipiskan bibir, lantas menarik napas dalam-dalam.‘Jadi begini, kontrakan yang mereka tinggali selama lima tahun ini?’ tanya Bella di dalam hati. ‘Sungguh sangat berbalik banding dengan keadaan rumah keluarga almarhum Pak Subagyo yang dulu.’ Tentu saja hunian yang dimaksud perempuan ini adalah rumah yang pernah dijual oleh Hamizan kepada Pak Suwito sebelumnya. ‘Aneh sekali, kok bisa betah dia tinggal di sini, ya? Apa karena ….’ Sejenak dia melirik pada Arumi yang sedang duduk bertimpuh di samping suaminya, Hamizan. ‘Apa karena istrinya itu? Hhmmm, cantik juga. Pantas saja Pak Izan sampai jatuh cinta.’“Silakan diminum, Bu,” kata Hamizan tiba-tiba memecah kebisuan sementara di antara mereka bertiga. “Mohon maaf, di sini … jarang ada makanan kecil. Kalopun ada, yaaa … seke
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (74)Episode : Pindah Ke Rumah BaruSetelah berpikir dan kembali berdiskusi, akhirnya Arumi bersedia untuk pindah dari kontrakan lama ke rumah baru. Apalagi dengan pertimbangan jarak tempuh dengan kantor tempat Hamizan bekerja, tempat tersebut memang terbilang lebih dekat.Arumi sendiri berusaha menekan perasaan dan mengenyampingkan pikiran-pikiran aneh perihal sikap Bella sejak pertama kali bertemu lalu di rumah. Dia rasa, mungkin karena permasalahan yang tengah mereka hadapi saat itu mempengaruhi psikologisnya.‘Mas Izan juga sepertinya merasa tidak enak jika harus menolak hadiah pemberian dari perusahaan itu,’ pikir Arumi bolak-balik berpikir dan berpikir sejauh tersebut. ‘Rasanya … aku tidak boleh egois hanya karena didera perasaan ini. Belum tentu jaga apa yang aku sangkakan itu, benar adanya.’Acara kepindahan Hamizan dan Arumi ke rumah baru mereka, diadakan secara formal. Beberapa staf dan rekan kerja terdekat turut ha
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (75)Episode : Renungan Arumi“Alhamdulillah, ya … akhirnya kalian punya rumah baru,” ucap Umi Afifah begitu mereka berkumpul usai melaksanakan ibadah salat Isya. “Sekarang, kehidupan kalian sudah jauh lebih baik. Moga-moga saja hal yang lainnya nyusul,” imbuh kembali orang tua tersebut pada Arumi dan Hamizan. “Cepet punya anak yang shalih dan shalihah.”Arumi dan Hamizan saling berpandangan dan melempar senyum satu dengan lainnya. Keduanya memang tidak pernah mengatakan jika rumah baru yang di tempat sekarang adalah pemberian dari perusahaan. Setidaknya begitu menurut pengetahuan yang ada. Tidak sebagaimana menurut Bella sendiri.“Aamiin, Umi. Terima kasih atas doanya,” ujar Hamizan.Timpal Arumi mengikuti, “Iya, Umi. Doain saja yang sering ya, Mi. He-he.” Dia melirik pada kakaknya, Azizah, yang kondisi perutnya sudah mulai membesar. Ada kebahagiaan juga melihat kehamilan saudari perempuan satu-satunya tersebut, tapi jauh di