PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (64)Episode : Iktibar"Astaghfirullāhal'adzīm ….," ucap Ammar begitu mendengar penjelasan dari Hamizan, terkait pertemuan mereka dengan Mbah Wening pada hari Sabtu sebelumnya. "S-saya pribadi minta maaf, Zan, atas keteledoran saya itu." Dia menarik napas panjang sejenak. "S-saya … sama sekali gak nyangka, kalo pengobatan yang dilakukan oleh Mbah itu, justru di luar syari'at." Kemudian menunduk dengan tangan kanan menopang kepala di kening.Hamizan megerutkan kening melihat reaksi teman kantornya tersebut."Masa sih, kamu gak tahu sama sekali, Mar?" tanya suami Arumi itu. "Selama ini … apa gak pernah denger atau ngelihat Mbahmu itu ngelakuin hal begituan?"Ammar menggelengkan kepala, masih dengan kondisi wajah tertunduk sedih."Terus … setelah kami pergi, kamu 'kan pulang belakangan, Mar. Apa Mbahmu itu gak juga nyeritain apa yang terjadi pada Arumi selama berada di kamar kemarin?" Kembali Hamizan bertanya.Kali ini Ammar men
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (65)Episode : Kabar MenggembirakanTernyata Pak Yogi dan Pak Andara membawa kabar mengejutkan bagi Hamizan. Dalam pertemuan mereka bertiga siang itu, ada hal yang teramat menggembirakan suami Arumi tersebut."Jadi … mulai besok, Pak Izan akan dipindahtugaskan menjadi salah satu staf di bawah saya," kata Pak Andara disertai senyuman. "Selamat ya, Pak Izan."Mulanya, Hamizan tidak begitu percaya. Namun setelah Pak Yogi menambahkan, akhirnya dia yakin sekali jika hal tersebut memang benar adanya.'Yaa Allah … ini seperti mimpi. Alhamdulillah sekali, Yaa Allah.' Berkali-kali Hamizan mengucap syukur atas kabar itu. 'Padahal sebelumnya, aku sudah berburuk sangka pada-Mu, Yaa Rabb.'"Mohon maaf, bukankah sebelumnya saya dinyatakan gagal mengikuti seleksi tim khusus, Pak?" tanya Hamizan sedikit masih merasakan penasaran.Pak Andara melirik sejenak pada Pak Yogi, lantas keduanya saling melempar senyum satu dengan lainnya."Sebenarnya
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (66)Episode : Mempertahankan PrinsipHamizan keluar dari lift dengan perasaan tidak menentu. Jantungnya berdegup lebih kencang sejak ditemui Andara, untuk menghadap Bella di ruang kerjanya di lantai atas.“Mari ikuti saya, Pak Izan,” kata Andara, terlebih dahulu keluar dari dalam lift tadi.“Baik, Pak,” balas Hamizan seraya membungkukkan badan. Lantas mengikuti langkah sosok lelaki tersebut memasuki sebuah koridor pendek dan berakhir di depan ruangan berpintu kaca besar.Baru saja hendak mengetuk, seorang pekerja lain keluar dari dalam sana disertai senyuman ramah.“Oh, syukurlah … Pak Anda ternyata sudah di sini,” kata sosok tersebut seraya menatap Andara dan Hamizan secara bergantian. “Tadinya saya bermaksud menyusul ke bawah. Ibu Bella sudah menunggu di dalam, Pak.”Balas Andara berlanjut, “Baik, terima kasih, Bu Indry. Saya tadi berbicara sebentar dengan Pak Izan ini.” Dia menunjuk Hamizan dengan kelima jemari tangan kan
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (67)Episode : Kabar Kehamilan Azizah“O, iya? Beneran, Dik?” tanya Azizah melalui percakapan telepon dengan Arumi bakda Isya. “Masyaa Allah … Alhamdulillah banget kalo begitu. Kakak ikut seneng di sini loh, Dik,” imbuhnya kembali dengan nada bersukacita.Menjawab Arumi di samping suaminya, Hamizan, “Iya, Kak Izah. Ternyata bener juga, ya? Kita itu gak boleh suudzon sama Gusti Allah. Ketika satu kegagalan menghampiri kita, hendaklah selalu berhusnudzon … yakini diri bahwa Allah sedang mempersiapkan sesuatu yang jauh lebih baik dari sekedar keinginan kita. He-he.”Hamizan melirik, menatap istrinya yang asyik berbicara dengan Azizah. Raut semringah itu terpancar nyata dari Arumi, setelah kabar menggembirakan terkait pekerjaan suaminya disampaikan tadi.“Nah, termasuk … harapan kamu buat punyai momongan, Dik. Bersabarlah dulu,” timpal kembali istri Muzakir tersebut memberi petuah. “Yakinkan hati kamu bahwa Gusti Allah bukan gak
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (68)Episode : Hari Pertama Dengan Tugas BaruHari ini adalah hari pertama Hamizan memulai kerja dan menempati posisi serta ruangan baru. Sebelum masuk ke dalam lift, tiba-tiba Ammar datang menghampiri.“Zan!” panggil lelaki berkacamata minus tersebut dari kejauhan.’Hamizan yang sudah bersiap-siap di depan pintu lift, spontan menoleh.“Hai, Mar! Assalaamu’alaikum,” sapa suami Arumi tersebut seraya melangkah menghampiri. “Apa kabar, Kawan? He-he.”Mereka berjabat tangan, usai Ammar menjawab salam yang disampaikan oleh Hamizan tadi.“Waduh, Pak Bos, main selonong masuk saja,” seloroh Ammar diiringi tawanya. “Gak mampir dulu ke tempat lama, Zan? Seenggaknya pamit atau apaan kek sama saya,” imbuhnya kembali bernada canda.Hamizan terkekeh. Jawabnya kemudian, “Saya mau langsung masuk dulu, Mar. Ini ‘kan, hari pertama saya pindah ruangan. Yaaa … buat adaptasi sedikitlah. Ayo, kamu mau ikut ngelihat-lihat?” ajak lelaki berberewok t
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (69)Episode : Hadiah Kejutan Untuk Hamizan“Hhmmm, bagus sekali kerja Anda, Pak Izan,” ucap Bella setelah menerima berkas hasil laporan yang diperiksa oleh Hamizan satu jam sebelumnya. “Bahkan … menurut Indry, Anda melakukannya dalam tempo waktu yang cepat. It’s amazing,” puji perempuan berusia 35 tahun tersebut.“Terima kasih, Bu,” balas Hamizan tersenyum, tapi tatapannya kerap mengarah ke bawah. Senantiasa menundukkan pandangan. Dengan begitu, leluasa sekali Bella bisa memandangi sosok lelaki yang ada di hadapannya tersebut.‘Tuhanku … menarik sekali laki-laki ini,’ membatin Bella di dalam hati. ‘Sayang sekali, dia sudah menikah. Aku jadi penasaran, perempuan seperti apakah yang beruntung mendapatkan cintanya Hamizan? Pasti bukan perempuan biasa. Apalagi … kudengar, istrinya Hamizan itu anak seorang tokoh terkenal di kampungnya. Pendiri pondok pesantren pula.’“Un
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (70)Episode : Kecemburuan Arumi“ … Namanya Bu Bella atau lengkapnya Ibu Bellanca Aurora,” jawab Hamizan saat menceritakan kronologis bantuan kendaraan inventaris yang dibawanya sore tadi. “Beliau itu pimpinan direksi perusahaan yang baru di kantor. Baru beberapa bulan lalu bertugas.”“Oh, ternyata masih baru, ya?” ujar Arumi seraya melirik suaminya yang duduk berhadapan. “Sebaru itu pula sudah langsung kenal dan akrab sama kamu, Mas.”Hamizan tidak lekas merespons ucapan istrinya. Dia lebih fokus untuk menikmati makanannya terlebih dahulu.“Yaa … gak tahu juga, sih. Tapi yang pasti, sejak Bu Bella datang, hampir semua divisi mengalami perombakan besar-besaran,” ujar lelaki tersebut menjelaskan. “Termasuk membentuk tim khusus itu. Kamu masih inget ‘kan, waktu aku masuk sebagai kandidat penyeleksian tim itu di kantor?” tanyanya kemudian dan diangguki oleh Arumi. “Nah
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (71)Episode : Kejutan Kedua Bagi HamizanSetelah menempuh beberapa menit waktu perjalanan, perlahan kendaraan memasuki sebuah cluster perumahan. Lalu berhenti, tepat di depan gerbang besar pagar setinggi dua meter.“Oke, kita sudah sampai. Mari, Pak,” kata Bella kemudian, mengajak Hamizan agar segera turun.Laki-laki itu melihat-lihat sekeliling sejenak, pada jajaran rumah-rumah di sana. Ini jelas bukan kompleks perumahan biasa. Hampir semuanya berukuran cukup besar dan luas. Dilengkapi halaman serta pagar di sekeliling.“Pak Izan ….,” panggil Bella menyadarkan Hamizan yang sedang terpaku memandangi kondisi alam sekitar. “Kita masuk yuk, Pak,” ajak kembali perempuan tersebut, tampak sudah membuka pintu gerbang tadi.Hamizan terperangah dan berpikir-pikir. ‘Oh, mungkin rumah ini milik Bu Bella. Cukup besar, tapi untuk ukuran seperti beliau, rasanya masih ter