PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIAR
Penulis : David KhanzBagian (100)Episode : Kegilaan Seorang BellaPercakapan mereka bertiga tidak sempat berlanjut, karena seorang asisten Dokter Hendrawan memanggil antrean pasien. Bella yang pertama kali masuk ketimbang Hamizan dan Arumi.."Mohon maaf, saya masuk dulu ya, Pak-Bu Izan," kata Bella sembari melempar senyum pada Hamizan."Iya, Bu. Silakan … silakan," balas lelaki tersebut. Lantas menoleh ke samping, pada Arumi yang memasang raut wajah datar.Tinggal mereka berdua kini yang berada di depan ruangan praktik Dokter Hendrawan. Saling beradu tatap selama beberapa saat."Hhmmm, aku baru tahu kalo usia kandungan Bu Bella itu sama dengan kehamilanku, Mas," ujar Arumi memulai pembicaraan dengan suara nyaris berbisik, setelah Bella benar-benar menghilang di balik pintu. "Ini cuma faktor kebetulan atau memang proses awalnya sama, ya?""Proses awalnya sama 'gimanPEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (101)Episode : Rayuan BellaMenjelang sore, Indry masuk ke dalam ruangan kerja Hamizan dengan setumpuk berkas-berkas di tangan. Sampai-sampai perempuan itu tampak kepayahan membawa begitu banyak dokumen.“Apa itu, Bu?” tanya lelaki tersebut terkejut dan buru-buru bangkit dari kursi, hendak membantu sosok sekretaris itu. “Taruh saja sisanya di meja tamu, Bu,” titahnya sembari menunjuk tempat terdekat dari arah datang Indry.“Baik, Pak,” jawab perempuan tersebut. Lalu menaruh sisa berkas-berkas yang ada sesuai dengan permintaan Hamizan baru saja. Setelah itu dia pun menjawab, “Ini laporan-laporan bulan kemarin, Pak. Bu Bella minta pada Bapak untuk merevisinya kembali.”“Merevisi? Memangnya kenapa? Ada yang salah?” tanya Hamizan terheran-heran sembari memperhatikan tumpukkan dokumen di atas meja tamu.Menjawab Indry di antara tarikan napas kelelahan,
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (102)Episode : Awal Sebuah Ancaman“T-tolong … hentikan, Bu! J-jangan lakukan apa pun di sini! I-ingat, Allah itu Maha Melihat!” seru Hamizan terbata-bata, hingga badannya menggigil karena rasa takut yang teramat menyiksa.Bukannya mendengar dan menurut, Bella malah tambah menggila. Setelah menanggalkan balutan kain penutup kepala, kini berlanjut hendak membuka satu per satu kancing-kancing yang merekatkan belahan busana di depan dada.“Ayolah, Hamizan ….,” desah Bella kian mendekat disertai tatapan mata mengilap. “Aku juga punya hak untuk menuntutmu, Izan. Kamu harus mempertanggungjawabkan apa yang sudah kamu lakukan padaku.”Hak dan tanggung jawab? Demikian Hamizan berpikir di tengah dera ketakutannya. ‘Apa pula itu? Aku tidak pernah melakukan apa pun pada Bu Bella. Sumpah, demi Allah! Ini fitnah!’ katanya menjerit di dalam hati.Lelaki it
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (103)Episode : Baju Yang TerkoyakHamizan tersedu sedan sendiri di dalam kendaraan usai berbincang-bincang dengan Bella. Tubuhnya sampai menggigil disertai raut wajah mengernyit kuyu.“Yaa Allahu Rabbi … entah cobaan apalagi yang hamba terima ini?” ujar lelaki tersebut dengan hati perih laksana dicabik-cabik sembilu. “Hamba tahu, Engkau tidak akan memberikan sebuah ujian melebihi batas kemampuan hamba ini, t-tapi … t-tapi … ini begitu berat hamba rasakan kini, Yaa Allah.”Dia belum berani melanjutkan perjalanan pulang, karena dirasa kondisinya teramat lemah. Berulangkali pula lelaki tersebut menyebut-nyebut nama sang istri, Arumi, dan memohon maaf atas apa yang sedang terjadi kala itu.Kemudian perlahan-lahan mengambil ponsel yang tadi digunakan untuk berbicara dengan Bella. Mengutak-atik sebentar, lantas menjalan fitur pengunci layar menggunakan sidi
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (104)Episode : Tantangan Pertaruhan Dengan BellaPagi itu, perasaan Hamizan serba tidak menentu. Teringat akan percakapan semalam dengan Bella dan beberapa waktu mendatang harus—kembali—menemui perempuan tersebut di kantor. Hal itu berimbas sampai dia berada di ruangan makan dan kerap melamun saat menghadapi hidangan.“Kenapa, Mas? Sepertinya kamu lagi gak nafsu makan?” tanya Arumi yang sejak awal hendak menyantap sarapan pagi, kerap memperhatikan sikap suaminya. “ … Atau kamu ingin menu yang lain?”Hamizan terperanjat. Dia langsung menatap Arumi, lalu berganti ke arah Euis.“Ah, gak apa-apa, Dik,” jawab lelaki itu, jadi merasa tidak enak hati terhadap Euis yang sudah berlelah ria menyiapkan makanan sepagi tadi.“Maaf, Kak. Mungkin masakan Euis gak enak, ya?” Euis turut bersuara disertai raut wajah sedih.“Oh, b-bukan! Bukan karena itu, Euis. Masakan kamu enak, kok,” timpal Hamizan seraya menyuap sesendok nasi ke dalam mulut.
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (105)Episode : Tipu Muslihat Seorang Bella“Ayolah, Sayang ….,” bujuk Bella dengan nada mendesah manja. “Kamu berani menerima tantanganku ini, hhmmm?”Hamizan masih tetap berdiam diri, tidak ingin menjawab pertanyaan maupun membalas tantangan yang diberikan oleh Bella tadi.‘Hhmmm, dia sengaja memberikan dua pilihan itu dan berharap sekali aku memilih yang kedua, bukan? Dengan begitu, aku akan otomatis kalah dan dia menang. Selanjutnya akan menuntut aku buat menikahinya. Begitu, ‘kan? Hhmmm, licik sekali perempuan ini. Benar-benar tidak kusangka sama sekali,’ membatin lelaki tersebut sembari terus fokus dan mawas diri.“Enggak …,” kata Hamizan akhirnya menjawab juga. “Saya gak akan memilih keduanya.”‘Hhmmm, pengecut!’ ujar Bella di dalam hati. ‘Dia tidak berani mengambil satu pun. Padahal dengan memilih salah satunya saja, dia memang harus menjad
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (106)Episode : Aib TerberatPLAK!Suara tamparan menggema di dalam ruangan. Hamizan mengaduh dan meringis, kemudian memutar kembali kepala untuk menatap wajah Pak Waluyo.Lelaki tua tersebut tampak melotot garang dengan telapak tangan gemetar setelah menghajar pipi sosok di depannya tersebut.“P-paakkk ….,” sebut Hamizan terkaget-kaget. Dia mengusap pipi bekas tamparan Pak Waluyo baru saja. “A-apa yang Bapak lakukan? Kenapa? Ada apa, Pak?” tanyanya kebingungan.Pak Waluyo tidak lekas menjawab. Namun gemeretak gigi laki-laki tua tersebut memberi pertanda bahwa dia masih dalam pengaruh besar amarahnya.“Munafik!” seru sosok ayahnya Bella itu mengentak. “Saya pikir kamu ini benar-benar lelaki yang alim, Hamizan! Tapi ternyata, kamu gak ada bedanya dengan pria-pria mesum yang selalu mengumbar syahwat di luar sana!” Pak Waluyo menunjuk ke
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (107)Episode : Bertahan Dalam Diam“Jadi hanya itu yang kalian bicarakan tadi?” tanya Arumi sambil melipat kain mukena. Dia masih duduk di atas hamparan sajadah, usai melaksanakan shalat Isya. “Iya, Sayang. Hanya itu,” jawab Hamizan yang saja tiba di rumah. “Pak Waluyo cuma ingin mastiin, kalo antara aku dan Bu Bella, gak ada hubungan apa pun.”Perihal tamparan yang diterima serta kiriman video dari Bella yang ditunjukkan pada Pak Waluyo, sengaja tidak disampaikan pada Arumi. Hamizan harus tetap merahasiakannya untuk sementara waktu. Bersifat temporer? Kemungkinannya seperti itu, sampai kelak sang istri melahirkan.“O, iya … tadi aku menghubungi Umi, Mas,” ucap Arumi kemudian. “Kemungkinan besar, masa kelahiran Kak Izah tinggal beberapa hari lagi.”Hamizan menengok. “Kamu ingin segera ke sana, Sayang?” tanyanya langsung teringat pada ucapan
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (108)Episode : Pengakuan Tak TerdugaSungguh, jika saja mau jujur, sebenarnya Hamizan sudah tidak lagi betah bekerja di kantor tersebut. Itu pun karena keberadaan sosok Bella di sana dan—sekaligus—menjadi atasan lelaki itu. Namun mau bagaimana lagi, fakta lain berkata bahwa dia masih memiliki angsuran pinjaman keuangan yang harus dikembalikan dalam jangka waktu yang tidak sebentar.Alasan utama bagi seorang Hamizan untuk bisa segera mengundurkan diri dari perusahaan tempatnya bekerja selama ini, karena sikap Bella yang dirasa sudah semakin berani mempertontonkan kemesraan secara sepihak. Bahkan tidak tanggung-tanggung di depan Indry sekalipun. Maka dari itu tidaklah heran, jika kemudian kabar tidak sedap pun segera menyebar dengan cepat di kalangan para pekerja. Termasuk sosok Ammar sendiri, mantan rekan Hamizan dulu di divisi lamanya.“Serius k