PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIAR
Penulis : David KhanzBagian (108)Episode : Pengakuan Tak TerdugaSungguh, jika saja mau jujur, sebenarnya Hamizan sudah tidak lagi betah bekerja di kantor tersebut. Itu pun karena keberadaan sosok Bella di sana dan—sekaligus—menjadi atasan lelaki itu. Namun mau bagaimana lagi, fakta lain berkata bahwa dia masih memiliki angsuran pinjaman keuangan yang harus dikembalikan dalam jangka waktu yang tidak sebentar.Alasan utama bagi seorang Hamizan untuk bisa segera mengundurkan diri dari perusahaan tempatnya bekerja selama ini, karena sikap Bella yang dirasa sudah semakin berani mempertontonkan kemesraan secara sepihak. Bahkan tidak tanggung-tanggung di depan Indry sekalipun. Maka dari itu tidaklah heran, jika kemudian kabar tidak sedap pun segera menyebar dengan cepat di kalangan para pekerja. Termasuk sosok Ammar sendiri, mantan rekan Hamizan dulu di divisi lamanya.“Serius kPEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (109)Episode : Misteri Yang Sudah Mulai TerbukaAmmar mengaku pada Hamizan bahwa Bella pernah menanyai dirinya perihal keluarga Arumi di Tasikmalaya.“Saya gak tahu sama sekali tujuan Bu Bella nanya-nanya tentang keluarga istrimu itu, Zan,” ungkap Ammar bersedih hati. “Saya bilang saja apa adanya. Tapi … gak tahu kalo dia sampe mengutus seseorang ke Tasik buat nyari-nyari kabar tambahan.”“Kapan itu terjadi, Mar?” tanya Hamizan sudah merasa terlanjur membuka semua permasalahan, termasuk sahabatnya itu sendiri. “Maksud saya … bagaimana kamu tahu kalo Bu Bella ngutus seseorang ke sana? Siapa dia?”Sebentar laki-laki berkacamata minus tersebut mengingat-ingat, lantas menjawab dengan sedikit keraguan, “Kalo gak salah … waktu itu … sehari sebelum kamu dan Bu Bella pergi keluar bareng dan malemnya … o, iya … malemnya seperti yang kamu bilang tadi itu, kejadian di penginap
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (110)Episode : Godaan Hasrat BellaHari berikutnya, Hamizan sengaja menghadap Bella. Dia hendak mengajukan izin cuti untuk beberapa hari ke depan. Sesuai dengan janjinya pada Arumi pada beberapa waktu lalu.“Apa? Kamu mau mengajukan cuti kerja, Sayang?” tanya perempuan tersebut dengan tatapan mata sayu. Lantas berlanjut disertai nada serta gaya penuh kemanjaan. “Mau ke mana kamu ini, Sayang? Hhmmm? Sengaja ingin menjauh dariku juga, ya?”Bellanca Aurora bangkit dari kursi, lalu berjalan mendekati Hamizan Rabbani. Dia hendak menjamah pundak lelaki tersebut secara perlahan. Tentu saja suami Arumi itu pun spontan menghindar.“Maaf, Bu. Tolong jangan sentuh saya,” pinta Hamizan mulai merasa risi dan ketakutan.Bukannya mendengarkan dan menurut, sosok atasannya itu malah terkikik sendiri di belakang Hamizan.“Kenapa, Sayang? Kamu tidak mau aku sentuh?
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (111)Episode : Masa Kelam Yang TenggelamSetelah diperiksa secara intensif, diperkirakan Hamizan mengalami gejala takikardia.“Mungkin karena mengalami tekanan batin atau stres yang berlebihan,” kata salah seorang dokter dari tim medis tersebut menjelaskan. “Takikardia ini disebabkan karena detak jantung yang terlalu cepat. Sehingga bisa menyebabkan aliran darah yang masuk ke organ jantung menjadi berkurang. Nah, karena hal itulah, maka jantung jadi tidak memiliki cukup darah untuk dialirkan pada seluruh tubuh. Akibatnya, organ-organ atau jaringan-jaringan yang ada di dalam tubuh, mengalami kekurangan oksigen.”Dari keterangan Bella, gejala-gejala yang timbul dari serangan takikardia adalah rasa cemas atau takut, keringat dingin, lemah, dan bisa berefek pingsan.“Buat sementara, pasien perlu diberikan istirahat yang cukup serta pola hidup teratur dan makan
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (112)Episode : Rencana Terkendala LaraSementara itu Hamizan dan Arumi yang sedang berada di Tasikmalaya, menikmati kebersamaan mereka dengan keluarga Kiai Haji Bashori di lingkungan pondok pesantren. Sambil menunggu masa lahiran Azizah, sesuai rencana semula, Hamizan berbicara dengan Muzakir perihal kedatangan sosok Pak Yono beberapa waktu sebelumnya.“Ya, sesuai dengan apa yang kita obrolkan sebelumnya, Zan,” kata Muzakir menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh suami dari adik iparnya tersebut. “Tapi … sampai sekarang, Pak Yono gak dateng-dateng lagi tuh. Tahu kemana.”Hamizan melenguh pelan. Dia sudah paham, setelah mendapatkan informasi mengenai dirinya serta keluarga besar Arumi di pondok pesantren, tentulah Pak Yono tidak akan datang kembali ke sana. Karena tugasnya dari Bella sudah selesai dijalankan.“Sebenernya ada apa, Zan? Kamu lagi ada masalah besar?” tanya Muzakir kemudian seraya mendekatkan duduk. Dia me
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (113)Episode : Bella Semakin MenggilaSepagi itu, Bella menghubungi Hamizan melalui panggilan video. Tampak di layar, perempuan tersebut tidak sedang berada di ruangan kantor kerja, tapi ….“Iya, Sayang. Aku ada di rumah, nih. Di kamarku sendiri,” ucap Bella menjawab pertanyaan laki-laki yang dia gilai tersebut, “aku lagi males ngantor. Gara-gara kamunya sih, cuti panjang. He-he.”Agak jengah juga Hamizan melakukan percakapan. Terlebih lagi, kondisi perempuan tersebut tidak mengenakan hijab sebagaimana biasa. Hanya berupa kaos yang serba terbuka di bagian pundak dengan belahan rendah di area dada.“Ada apa, Bu? Mohon langsung saja ke pokok bahasan,” pinta Hamizan tercekat.Bella malah terkikik menyebalkan. “Kenapa? Gak salah ‘kan, kalo aku meneleponmu? Aku kangen sama kamu, Hamizan sayang,” ucap perempuan itu semakin menjadi-jadi. “Ayo, tataplah aku. Jangan kayak ‘gitu. Aku tahu, kamu juga pasti lagi memikirkan aku juga, ya
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (114)Episode : Praduga Seorang IstriPerlahan-lahan Hamizan mendekati istrinya, duduk di tepian ranjang dan menyentuh bahu perempuan tersebut.“S-sayang … maafin aku,” ucap laki-laki itu dengan suara selembut mungkin. “Kamu jangan terlalu mempercayai apa yang diucapkan Bu Bella tadi. Wallahi, aku gak pernah sekalipun menghubungi dia. Bu Bella sendiri yang pertama kali nelepon aku, Sayang. Demi Allah,” imbuhnya kembali disertai dua kali penyebutan kata sumpah.Arumi tidak bergerak sama sekali. Masih dalam posisi menelungkup diiringi isak tangis di balik wajahnya.“Sungguh … aku sendiri bingung, Sayang. Entah harus bagaimana atau dengan cara apa aku harus menghindari diri dari Bu Bella,” ujar lagi Hamizan lirih, lalu menghela napas panjang dan dalam-dalam. Sekadar ingin melegakan ruang paru-paru yang mendadak menyempit dan sesak.Hamizan pikir, keputusannya u
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (115)Episode : Hubungan Hamizan dan Kiai Bashori MembaikSelama berada di tengah-tengah keluarga Pondok Pesantren Al Ardul Basyariyah, sesekali Hamizan suka ikut terjun membimbing para santri. Hal tersebut sering diperhatikan oleh sang Mertua Kiai Haji Bashori, secara tidak sengaja pada awalnya. Sampai kemudian menyengaja mengintip serta mengawasi kegiatan menantunya itu. Bahkan pernah beberapa kali, suami dari Arumi tersebut didaulat untuk menjadi imam pada saat shalat Maghrib.Kiai Haji Bashori yang pada saat itu baru saja tiba dari bepergian di luar, sesaat terhenyak mendengar lantunan indah suara milik Hamizan membacakan kalam Ilahi.‘Masyaa Allah … sepertinya aku kenal sekali suara imam itu. Hamizan-kah?’ tanyanya di dalam hati. Sejenak laki-laki tua tersebut menajamkan telinga di antara barisan jamaah shalat. ‘Ah, benar … itu memang Hamizan menantuku.’Lantas
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (116)Episode : Teror Kedua"Kak Izah sudah harus tinggal di sini, Mas. Baru pembukaan tiga," kata Arumi begitu keluar dari ruang pemeriksaan, usai mengantar Azizah ke dalam. "Kita sendiri bagaimana sekarang? Apa ikut menunggu—""S-sebaiknya kita pulang saja sekarang, Dik," tukas Hamizan tampak gagap. Hal tersebut baru disadari oleh istrinya setelah posisi mereka berdua berhadap-hadapan.Sesaat Arumi mengamati raut wajah suaminya, di bawah terpaan cahaya lampu neon di ruang tunggu. Terlihat agak pucat dan tidak tenang berdiri menyandar di dinding."Kamu kenapa, Mas? Ada apa?" tanya perempuan itu ikut merasakan kekhawatiran atas sikap laki-laki yang teramat dia cintai tersebut. Sebentar Arumi menyapu pandangan ke sekeliling tempat. Tidak ada siapa pun terkecuali mereka berdua di sana. "Ada apa sih, Mas? Kamu melihat sesuatu?"Hamizan melirik, tapi hanya sesaa