PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIAR
Penulis : David KhanzBagian (110)Episode : Godaan Hasrat BellaHari berikutnya, Hamizan sengaja menghadap Bella. Dia hendak mengajukan izin cuti untuk beberapa hari ke depan. Sesuai dengan janjinya pada Arumi pada beberapa waktu lalu.“Apa? Kamu mau mengajukan cuti kerja, Sayang?” tanya perempuan tersebut dengan tatapan mata sayu. Lantas berlanjut disertai nada serta gaya penuh kemanjaan. “Mau ke mana kamu ini, Sayang? Hhmmm? Sengaja ingin menjauh dariku juga, ya?”Bellanca Aurora bangkit dari kursi, lalu berjalan mendekati Hamizan Rabbani. Dia hendak menjamah pundak lelaki tersebut secara perlahan. Tentu saja suami Arumi itu pun spontan menghindar.“Maaf, Bu. Tolong jangan sentuh saya,” pinta Hamizan mulai merasa risi dan ketakutan.Bukannya mendengarkan dan menurut, sosok atasannya itu malah terkikik sendiri di belakang Hamizan.“Kenapa, Sayang? Kamu tidak mau aku sentuh?PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (111)Episode : Masa Kelam Yang TenggelamSetelah diperiksa secara intensif, diperkirakan Hamizan mengalami gejala takikardia.“Mungkin karena mengalami tekanan batin atau stres yang berlebihan,” kata salah seorang dokter dari tim medis tersebut menjelaskan. “Takikardia ini disebabkan karena detak jantung yang terlalu cepat. Sehingga bisa menyebabkan aliran darah yang masuk ke organ jantung menjadi berkurang. Nah, karena hal itulah, maka jantung jadi tidak memiliki cukup darah untuk dialirkan pada seluruh tubuh. Akibatnya, organ-organ atau jaringan-jaringan yang ada di dalam tubuh, mengalami kekurangan oksigen.”Dari keterangan Bella, gejala-gejala yang timbul dari serangan takikardia adalah rasa cemas atau takut, keringat dingin, lemah, dan bisa berefek pingsan.“Buat sementara, pasien perlu diberikan istirahat yang cukup serta pola hidup teratur dan makan
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (112)Episode : Rencana Terkendala LaraSementara itu Hamizan dan Arumi yang sedang berada di Tasikmalaya, menikmati kebersamaan mereka dengan keluarga Kiai Haji Bashori di lingkungan pondok pesantren. Sambil menunggu masa lahiran Azizah, sesuai rencana semula, Hamizan berbicara dengan Muzakir perihal kedatangan sosok Pak Yono beberapa waktu sebelumnya.“Ya, sesuai dengan apa yang kita obrolkan sebelumnya, Zan,” kata Muzakir menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh suami dari adik iparnya tersebut. “Tapi … sampai sekarang, Pak Yono gak dateng-dateng lagi tuh. Tahu kemana.”Hamizan melenguh pelan. Dia sudah paham, setelah mendapatkan informasi mengenai dirinya serta keluarga besar Arumi di pondok pesantren, tentulah Pak Yono tidak akan datang kembali ke sana. Karena tugasnya dari Bella sudah selesai dijalankan.“Sebenernya ada apa, Zan? Kamu lagi ada masalah besar?” tanya Muzakir kemudian seraya mendekatkan duduk. Dia me
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (113)Episode : Bella Semakin MenggilaSepagi itu, Bella menghubungi Hamizan melalui panggilan video. Tampak di layar, perempuan tersebut tidak sedang berada di ruangan kantor kerja, tapi ….“Iya, Sayang. Aku ada di rumah, nih. Di kamarku sendiri,” ucap Bella menjawab pertanyaan laki-laki yang dia gilai tersebut, “aku lagi males ngantor. Gara-gara kamunya sih, cuti panjang. He-he.”Agak jengah juga Hamizan melakukan percakapan. Terlebih lagi, kondisi perempuan tersebut tidak mengenakan hijab sebagaimana biasa. Hanya berupa kaos yang serba terbuka di bagian pundak dengan belahan rendah di area dada.“Ada apa, Bu? Mohon langsung saja ke pokok bahasan,” pinta Hamizan tercekat.Bella malah terkikik menyebalkan. “Kenapa? Gak salah ‘kan, kalo aku meneleponmu? Aku kangen sama kamu, Hamizan sayang,” ucap perempuan itu semakin menjadi-jadi. “Ayo, tataplah aku. Jangan kayak ‘gitu. Aku tahu, kamu juga pasti lagi memikirkan aku juga, ya
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (114)Episode : Praduga Seorang IstriPerlahan-lahan Hamizan mendekati istrinya, duduk di tepian ranjang dan menyentuh bahu perempuan tersebut.“S-sayang … maafin aku,” ucap laki-laki itu dengan suara selembut mungkin. “Kamu jangan terlalu mempercayai apa yang diucapkan Bu Bella tadi. Wallahi, aku gak pernah sekalipun menghubungi dia. Bu Bella sendiri yang pertama kali nelepon aku, Sayang. Demi Allah,” imbuhnya kembali disertai dua kali penyebutan kata sumpah.Arumi tidak bergerak sama sekali. Masih dalam posisi menelungkup diiringi isak tangis di balik wajahnya.“Sungguh … aku sendiri bingung, Sayang. Entah harus bagaimana atau dengan cara apa aku harus menghindari diri dari Bu Bella,” ujar lagi Hamizan lirih, lalu menghela napas panjang dan dalam-dalam. Sekadar ingin melegakan ruang paru-paru yang mendadak menyempit dan sesak.Hamizan pikir, keputusannya u
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (115)Episode : Hubungan Hamizan dan Kiai Bashori MembaikSelama berada di tengah-tengah keluarga Pondok Pesantren Al Ardul Basyariyah, sesekali Hamizan suka ikut terjun membimbing para santri. Hal tersebut sering diperhatikan oleh sang Mertua Kiai Haji Bashori, secara tidak sengaja pada awalnya. Sampai kemudian menyengaja mengintip serta mengawasi kegiatan menantunya itu. Bahkan pernah beberapa kali, suami dari Arumi tersebut didaulat untuk menjadi imam pada saat shalat Maghrib.Kiai Haji Bashori yang pada saat itu baru saja tiba dari bepergian di luar, sesaat terhenyak mendengar lantunan indah suara milik Hamizan membacakan kalam Ilahi.‘Masyaa Allah … sepertinya aku kenal sekali suara imam itu. Hamizan-kah?’ tanyanya di dalam hati. Sejenak laki-laki tua tersebut menajamkan telinga di antara barisan jamaah shalat. ‘Ah, benar … itu memang Hamizan menantuku.’Lantas
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (116)Episode : Teror Kedua"Kak Izah sudah harus tinggal di sini, Mas. Baru pembukaan tiga," kata Arumi begitu keluar dari ruang pemeriksaan, usai mengantar Azizah ke dalam. "Kita sendiri bagaimana sekarang? Apa ikut menunggu—""S-sebaiknya kita pulang saja sekarang, Dik," tukas Hamizan tampak gagap. Hal tersebut baru disadari oleh istrinya setelah posisi mereka berdua berhadap-hadapan.Sesaat Arumi mengamati raut wajah suaminya, di bawah terpaan cahaya lampu neon di ruang tunggu. Terlihat agak pucat dan tidak tenang berdiri menyandar di dinding."Kamu kenapa, Mas? Ada apa?" tanya perempuan itu ikut merasakan kekhawatiran atas sikap laki-laki yang teramat dia cintai tersebut. Sebentar Arumi menyapu pandangan ke sekeliling tempat. Tidak ada siapa pun terkecuali mereka berdua di sana. "Ada apa sih, Mas? Kamu melihat sesuatu?"Hamizan melirik, tapi hanya sesaa
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (117)Episode : Lelah Dalam PasrahTampak jelas sekali jika diperhatikan, sudut kamera yang bergerak-gerak mengambil gambar, itu—pasti—dilakukan oleh pihak orang ketiga. Tidak mungkin Bella melakukannya sendiri, karena posisi dia saat itu sedang (maaf) menindih tubuh Hamizan. Bahkan dengan sengaja mengarahkan mata lensa tepat pada pertautan area aurat inti mereka berdua.Hamizan langsung merasa syok. Tubuhnya gemetar dan langsung menutup layar ponsel.'Tidak mungkin, Yaa Allah. Ini tidak mungkin!' jerit lelaki tersebut pilu. Napasnya sampai terengah-engah sesak. Menyayangkan serta menyesali jika di antara dia dan perempuan tersebut, benar-benar telah terjadi perzinaan farji.Jadi benarkah akibat terjadinya aksi persebadanan tersebut, Bella mengalami kehamilan? Pikir Hamizan.'Dia benar-benar mengandung anakku ….,' membatin kembali suami Arumi tersebut.
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (118)Episode : Kecurigaan Seorang IstriKini perasaan Hamizan sedikit agak lega setelah mencurahkan permasalahannya pada sang Mertua, Abah Bashori. Tidak lupa, dia juga menceritakan kepada orang tua tersebut bahwa khusus tentang kedua video yang dimaksud, belum akan diberitahukan kepada Arumi dengan alasan yang mendasari."Ya, Abah paham maksudmu, Nak. Tapi bukan berarti Abah mendukung usahamu itu," timpal Abah Bashori lebih lanjut. "Sebagai manusia, terkadang kita dituntut untuk gak terlalu jujur dalam bersikap. Abah ngerti kok, kamu ngelakuinnya karena satu sebab. Itu bagus. Hanya saja, suatu saat … kamu harus selalu terbuka pada keluargamu."Hamizan mengangguk pelan mendengarkan petuah mertuanya. "Satu hal lagi yang harus kamu tahu, Nak," imbuh kembali Abah Bashori, "Arumi itu … suka mencari-cari jalannya sendiri jika hendak mengetahui sesuatu. Dia anak pintar.