PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIAR
Penulis : David KhanzBagian (102)Episode : Awal Sebuah Ancaman“T-tolong … hentikan, Bu! J-jangan lakukan apa pun di sini! I-ingat, Allah itu Maha Melihat!” seru Hamizan terbata-bata, hingga badannya menggigil karena rasa takut yang teramat menyiksa.Bukannya mendengar dan menurut, Bella malah tambah menggila. Setelah menanggalkan balutan kain penutup kepala, kini berlanjut hendak membuka satu per satu kancing-kancing yang merekatkan belahan busana di depan dada.“Ayolah, Hamizan ….,” desah Bella kian mendekat disertai tatapan mata mengilap. “Aku juga punya hak untuk menuntutmu, Izan. Kamu harus mempertanggungjawabkan apa yang sudah kamu lakukan padaku.”Hak dan tanggung jawab? Demikian Hamizan berpikir di tengah dera ketakutannya. ‘Apa pula itu? Aku tidak pernah melakukan apa pun pada Bu Bella. Sumpah, demi Allah! Ini fitnah!’ katanya menjerit di dalam hati.Lelaki itPEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (103)Episode : Baju Yang TerkoyakHamizan tersedu sedan sendiri di dalam kendaraan usai berbincang-bincang dengan Bella. Tubuhnya sampai menggigil disertai raut wajah mengernyit kuyu.“Yaa Allahu Rabbi … entah cobaan apalagi yang hamba terima ini?” ujar lelaki tersebut dengan hati perih laksana dicabik-cabik sembilu. “Hamba tahu, Engkau tidak akan memberikan sebuah ujian melebihi batas kemampuan hamba ini, t-tapi … t-tapi … ini begitu berat hamba rasakan kini, Yaa Allah.”Dia belum berani melanjutkan perjalanan pulang, karena dirasa kondisinya teramat lemah. Berulangkali pula lelaki tersebut menyebut-nyebut nama sang istri, Arumi, dan memohon maaf atas apa yang sedang terjadi kala itu.Kemudian perlahan-lahan mengambil ponsel yang tadi digunakan untuk berbicara dengan Bella. Mengutak-atik sebentar, lantas menjalan fitur pengunci layar menggunakan sidi
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (104)Episode : Tantangan Pertaruhan Dengan BellaPagi itu, perasaan Hamizan serba tidak menentu. Teringat akan percakapan semalam dengan Bella dan beberapa waktu mendatang harus—kembali—menemui perempuan tersebut di kantor. Hal itu berimbas sampai dia berada di ruangan makan dan kerap melamun saat menghadapi hidangan.“Kenapa, Mas? Sepertinya kamu lagi gak nafsu makan?” tanya Arumi yang sejak awal hendak menyantap sarapan pagi, kerap memperhatikan sikap suaminya. “ … Atau kamu ingin menu yang lain?”Hamizan terperanjat. Dia langsung menatap Arumi, lalu berganti ke arah Euis.“Ah, gak apa-apa, Dik,” jawab lelaki itu, jadi merasa tidak enak hati terhadap Euis yang sudah berlelah ria menyiapkan makanan sepagi tadi.“Maaf, Kak. Mungkin masakan Euis gak enak, ya?” Euis turut bersuara disertai raut wajah sedih.“Oh, b-bukan! Bukan karena itu, Euis. Masakan kamu enak, kok,” timpal Hamizan seraya menyuap sesendok nasi ke dalam mulut.
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (105)Episode : Tipu Muslihat Seorang Bella“Ayolah, Sayang ….,” bujuk Bella dengan nada mendesah manja. “Kamu berani menerima tantanganku ini, hhmmm?”Hamizan masih tetap berdiam diri, tidak ingin menjawab pertanyaan maupun membalas tantangan yang diberikan oleh Bella tadi.‘Hhmmm, dia sengaja memberikan dua pilihan itu dan berharap sekali aku memilih yang kedua, bukan? Dengan begitu, aku akan otomatis kalah dan dia menang. Selanjutnya akan menuntut aku buat menikahinya. Begitu, ‘kan? Hhmmm, licik sekali perempuan ini. Benar-benar tidak kusangka sama sekali,’ membatin lelaki tersebut sembari terus fokus dan mawas diri.“Enggak …,” kata Hamizan akhirnya menjawab juga. “Saya gak akan memilih keduanya.”‘Hhmmm, pengecut!’ ujar Bella di dalam hati. ‘Dia tidak berani mengambil satu pun. Padahal dengan memilih salah satunya saja, dia memang harus menjad
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (106)Episode : Aib TerberatPLAK!Suara tamparan menggema di dalam ruangan. Hamizan mengaduh dan meringis, kemudian memutar kembali kepala untuk menatap wajah Pak Waluyo.Lelaki tua tersebut tampak melotot garang dengan telapak tangan gemetar setelah menghajar pipi sosok di depannya tersebut.“P-paakkk ….,” sebut Hamizan terkaget-kaget. Dia mengusap pipi bekas tamparan Pak Waluyo baru saja. “A-apa yang Bapak lakukan? Kenapa? Ada apa, Pak?” tanyanya kebingungan.Pak Waluyo tidak lekas menjawab. Namun gemeretak gigi laki-laki tua tersebut memberi pertanda bahwa dia masih dalam pengaruh besar amarahnya.“Munafik!” seru sosok ayahnya Bella itu mengentak. “Saya pikir kamu ini benar-benar lelaki yang alim, Hamizan! Tapi ternyata, kamu gak ada bedanya dengan pria-pria mesum yang selalu mengumbar syahwat di luar sana!” Pak Waluyo menunjuk ke
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (107)Episode : Bertahan Dalam Diam“Jadi hanya itu yang kalian bicarakan tadi?” tanya Arumi sambil melipat kain mukena. Dia masih duduk di atas hamparan sajadah, usai melaksanakan shalat Isya. “Iya, Sayang. Hanya itu,” jawab Hamizan yang saja tiba di rumah. “Pak Waluyo cuma ingin mastiin, kalo antara aku dan Bu Bella, gak ada hubungan apa pun.”Perihal tamparan yang diterima serta kiriman video dari Bella yang ditunjukkan pada Pak Waluyo, sengaja tidak disampaikan pada Arumi. Hamizan harus tetap merahasiakannya untuk sementara waktu. Bersifat temporer? Kemungkinannya seperti itu, sampai kelak sang istri melahirkan.“O, iya … tadi aku menghubungi Umi, Mas,” ucap Arumi kemudian. “Kemungkinan besar, masa kelahiran Kak Izah tinggal beberapa hari lagi.”Hamizan menengok. “Kamu ingin segera ke sana, Sayang?” tanyanya langsung teringat pada ucapan
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (108)Episode : Pengakuan Tak TerdugaSungguh, jika saja mau jujur, sebenarnya Hamizan sudah tidak lagi betah bekerja di kantor tersebut. Itu pun karena keberadaan sosok Bella di sana dan—sekaligus—menjadi atasan lelaki itu. Namun mau bagaimana lagi, fakta lain berkata bahwa dia masih memiliki angsuran pinjaman keuangan yang harus dikembalikan dalam jangka waktu yang tidak sebentar.Alasan utama bagi seorang Hamizan untuk bisa segera mengundurkan diri dari perusahaan tempatnya bekerja selama ini, karena sikap Bella yang dirasa sudah semakin berani mempertontonkan kemesraan secara sepihak. Bahkan tidak tanggung-tanggung di depan Indry sekalipun. Maka dari itu tidaklah heran, jika kemudian kabar tidak sedap pun segera menyebar dengan cepat di kalangan para pekerja. Termasuk sosok Ammar sendiri, mantan rekan Hamizan dulu di divisi lamanya.“Serius k
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (109)Episode : Misteri Yang Sudah Mulai TerbukaAmmar mengaku pada Hamizan bahwa Bella pernah menanyai dirinya perihal keluarga Arumi di Tasikmalaya.“Saya gak tahu sama sekali tujuan Bu Bella nanya-nanya tentang keluarga istrimu itu, Zan,” ungkap Ammar bersedih hati. “Saya bilang saja apa adanya. Tapi … gak tahu kalo dia sampe mengutus seseorang ke Tasik buat nyari-nyari kabar tambahan.”“Kapan itu terjadi, Mar?” tanya Hamizan sudah merasa terlanjur membuka semua permasalahan, termasuk sahabatnya itu sendiri. “Maksud saya … bagaimana kamu tahu kalo Bu Bella ngutus seseorang ke sana? Siapa dia?”Sebentar laki-laki berkacamata minus tersebut mengingat-ingat, lantas menjawab dengan sedikit keraguan, “Kalo gak salah … waktu itu … sehari sebelum kamu dan Bu Bella pergi keluar bareng dan malemnya … o, iya … malemnya seperti yang kamu bilang tadi itu, kejadian di penginap
PEREMPUAN BERMAHAR LIMA MILIARPenulis : David KhanzBagian (110)Episode : Godaan Hasrat BellaHari berikutnya, Hamizan sengaja menghadap Bella. Dia hendak mengajukan izin cuti untuk beberapa hari ke depan. Sesuai dengan janjinya pada Arumi pada beberapa waktu lalu.“Apa? Kamu mau mengajukan cuti kerja, Sayang?” tanya perempuan tersebut dengan tatapan mata sayu. Lantas berlanjut disertai nada serta gaya penuh kemanjaan. “Mau ke mana kamu ini, Sayang? Hhmmm? Sengaja ingin menjauh dariku juga, ya?”Bellanca Aurora bangkit dari kursi, lalu berjalan mendekati Hamizan Rabbani. Dia hendak menjamah pundak lelaki tersebut secara perlahan. Tentu saja suami Arumi itu pun spontan menghindar.“Maaf, Bu. Tolong jangan sentuh saya,” pinta Hamizan mulai merasa risi dan ketakutan.Bukannya mendengarkan dan menurut, sosok atasannya itu malah terkikik sendiri di belakang Hamizan.“Kenapa, Sayang? Kamu tidak mau aku sentuh?