Sinar matahari di kala siang itu terasa begitu panas hingga membuat tubuh terasa terbakar. Rasa panas yang menyengat mampu menerobos dinding hati siapaun yang tengah diselimuti amarah, termasuk Sekar. Ia merasa tertipu karena mengira tragedi itu telah usai. Nyatanya malah membawa pada permasalahan yang lebih kompleks, yakni mencari kelima sukma teman-temannya yang terkunci di desa terkutuk. Sekar melangkah dengan penuh amarah. Matanya seolah memberikan sinar yang mampu membunuh siapapun yang melihatnya, ia seperti tak segan untuk mengotori tangannya asal teman-temannya bisa kembali seperti dulu kala. Galih yang berada disampingnya hanya bisa tersenyum melihat reaksi Sekar yang seakan ingin membunuh siapapun di hadapannya. "Kamu tenang saja, aku sudah punya ide agar mereka mau membantu kita," Bisik Galih pada perempuan itu sambil memegang bahunya seolah berupaya memadamkan amarahnya. Sekar melihat sekilas pada Galih, hatinya yang dipenuhi amarah perlahan mereda, ia hanya mengangg
Sekar melongo melihat adegan di depan matanya. Bagaimana bisa Sujito yang terlihat sombong dan mencoba mempermainkan mereka tiba-tiba bertekuk lutut pada Galih yang disebutnya raja jawa? apakah tubuh dosen muda itu telah sepenuhnya dikuasai oleh khodamnya? "Tunggu... Aku tidak mengerti kenapa kau harus berlutut pada Galih? Memang siapa raja jawa hingga kau harus berlutut padanya?" Tanya Sekar yang masih duduk di sofa itu, tentunya ia takkan ikut berlutut seperti yang dilakukan Sujito. "Raja jawa adalah salah satu jin terkuat dari golongan putih, kesaktianku tidak sebanding dengannya," Balas Sujito masih dengan kondisi berlutut. "Sekarang jelaskan padaku mengapa teman-temanku masih ditawan sukmanya di tempat ini? Bukankah aku sudah membebaskan mereka saat aku bertarung dengan sundel bolong penguasa kampung ini?" Sekar bertanya sambil terheran-heran mengapa kejadian seperti ini terulang kembali. "Mereka ditipu oleh Ki Ageng, pada dasarnya ketiga lelaki itu tidak menyelamatkan si
Terdengar Suara pintu yang perlahan dibuka dari luar. Sekar dan Galih sebenarnya telah terbangun dari tidurnya namun mereka berpura-pura tidur. Terdengar derap langkah kaki mendekati tubuh kedua insan manusia yang seolah-olah terlelap. "Cepat kalian pindahkan mereka ke dalam mobil, ritual malam ini tidak boleh gagal!" Perintah Sujito pada beberapa laki-laki yang datang bersamanya. Mereka adalah anak buah Ki Ageng. Para lelaki itu mulai memindahkan tubuh Galih dan Sekar ke dalam mobil. Mereka diletakkan dengan posisi duduk di salah satu sudut kursi mobil yang muat untuk enam orang tersebut. Dalam perjalanan yang terasa panjang itu, Sujito tak henti-hentinya bercerita. "Sepertinya anak buah tuanku telah berhasil menangkap kedua khodam itu, daritadi aku tidak merasakan kehadirannya," Ujarnya dengan penuh senyuman, Sang Sopir yang diajak bicara hanya mengangguk kepalanya tanda ia setuju dengan apapun yang didengarnya. Dalam perjalanan itu Sujito terus berbicara tentang apa yang
Genderuwo sang penguasa hutan nampak terdesak, ia terus menerus mendapat serangan bertubi-tubi dari Pesinden dan Raja Jawa. Ia terus berupaya menangkis serangan-serangan yang seolah tak berkesudahan itu. Tubuhnya mulai merasa kelelahan, darah mulai mengucur dari bekas luka akibat serangan kedua khodam itu. Pertempuan sengit itu akhirnya berakhir dengan kemenangan kedua khodam yang awalnya saling bersitegang akibat perbedaan pandangan. Kemenangan itu memberikan kelegaan bagi pemenang namun tidak bagi penghuni istana. Istana kacau balau dan mereka bingung harus kemana, ibarat anak ayam kehilangan induknya. Mereka hanya bisa menatap kedua khodam itu dengan rasa takut, khawatir mereka akan menjadi korban selanjutnya. "Wahai kalian, penghuni hutan terkutuk dan anak buah dari genderuwo yang telah mati. Ketahuilah, aku telah mengalahkan raja kalian dan mengambil alih kekuasaannya!" Teriak raja jawa, suaranya menggema hingga menimbulkan rasa takut bagi siapapun yang mendengarnya. "Kalian
Sekar tersipu malu mendengar pernyataan Galih. Seolah bak gayung bersambut, kedua insan itu ibarat sedang dimabuk asmara. Mereka kerapkali saling memandang dengan pipi merah merona. Sambil Sesekali mengusap-usap rambut gadis berkulit kuning langsat itu dengan hangat. Sang gadis tersipu malu sambil sesekali menundukkan pandangan. Suasana romantis itu membuat Sulastri muak, ia berdecak kesal karena peringatannya tidak digubris oleh Sekar. Sulastri tidak menyukai Galih karena ia tahu kekurangannya, yakni lemah syahwat. Bagaimana mereka akan memadu kasih di ranjang jika sang lelaki tidak perkasa? ia memilih pergi daripada melihat keromantisan yang membuatnya muak. Berbeda dengan raja jawa, ia sangat menikmati pemandangan romantis itu. Baginya persoalan asmara tuannya bukanlah ranahnya untuk ikut campur. Sang khodam itu tahu jika tuannya adalah pria yang tulus. Sepanjang hidupnya, ia selalu fokus belajar dan berbakti pada orang tuanya. Hal itu dibuktikan dengan kesuksesannya di usia mud
Aryo mengendarai mobilnya dengan perlahan sambil menengok kanan-kiri mencari tempat yang nyaman untuk singgah. Adzan Maghrib telah berkumandang menandakan matahari segera terbenam. Namun jalan di kota itu kian padat karena berbarengan dengan orang pulang ke rumah setelah seharian bekerja demi sesuap nasi. Setelah berkeliling kota lebih dari satu jam lamanya, akhirnya Aryo menemukan penginapan yang nampak bersih dan rapi. Penginapan itu terlihat sederhana dan tidak terletak di tempat yang strategis sehingga nampak sepi. Ia bergegas turun dari mobilnya, mengecek apakah masih bersedia menerima tamu untuk menginap atau tidak. Setelah Aryo menyelesaikan proses transaksi, ia segera mengajak Sekar untuk bermalam disana. Gadis itu nampak kelelahan dengan sesekali menguap sambil berjalan sempoyongan. Lelaki itu segera memapahnya, khawatir sang gadis tiba-tiba pingsan. Beberapa orang yang berlalu-lalang mulai menatap gerak-gerik keduanya. Mereka sesekali berbisik sambil menatap sang gadis
Keduanya tengah terbuai dalam panasnya gelora asmara hingga mereka nampak telah kehilangan akal sehat. Cinta itu telah membangkitkan gairah seksual untuk terus berlanjut hingga keduanya semakin tak berdaya terperosok dalam dosa besar yang dipoles dengan kenikmatan duniawi. Tiba-tiba Aryo teringat dengan janji suci saat mereka masih SMA. Kala itu Sekar menangis pasca mengalami pelecehan oleh kakak kelasnya. Gadis itu bercerita ketika ia pulang sekolah, tiba-tiba dicegat beberapa pria yang tak dikenalnya. Ia diseret menuju gudang sekolah yang sepi. Untungnya peristiwa naas itu diketahui satpam sekolah hingga ia masih bisa terselamatkan, kesuciannya tidak terenggut akibat ulah para pria tak bertanggung jawab. Sejak saat itu Aryo bertekad untuk terus menjaga dan melindungi Sekar dari ulah lelaki manapun yang mencoba mencelakainya. Pintasan ingatan itu telah menyadarkannya untuk mengakhiri pergumulan panas itu. "Sekar, aku mencintaimu tapi aku tak ingin kita terlalu jauh" Bisik Aryo d
Aryo berjalan sambil membawa satu tas berisi pakaian sang pacar. Wajahnya nampak tak bersahabat seolah kesal, mengapa Sekar lebih memilih pergi bersama orang lain ketimbang dirinya? Apakah perasaannya telah berubah? hatinya dilanda kegalauan, ia seolah cemas mengetahui tingkah Sekar yang seolah semakin menjauh. "Terima kasih Mas Aryo, aku minta maaf jika saat itu aku tidak mengabarimu terlebih dahulu. Aku hanya ingin menyelesaikan semuanya seorang diri. Namun Pak Galih ..." Ujar Sekar mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. "Sudahlah... kamu tidak perlu menjelaskan apapun, aku sangat mencintaimu, Sekar." Ucapnya lirih. Aryo memilih untuk mengingkari firasatnya sendiri. Ia masih yakin bahwa Sekar adalah pacar yang sangat ia cintai dan mencintainya. Pelayan rumah makan berjalan mendekati pasangan yang tengah dirundung kegelisahan, ia membawakan makanan yang telah dipesan. Kedua pasangan kekasih itu nampak tak berselera sebab masih terhanyut dalam pikiran masing-masing. San
POV GalihAku mengutuk diriku sendiri sebab telah membawa Sekar dalam bahaya yang begitu besar. Ia hampir saja mati mengenaskan menjadi tumbal di desa pesinden yang ternyata adalah rencana jahat Sadewa, teman dosen yang juga patner risetku.Awalnya kita semua mengira bahwa Mila adalah orang yang akan dikorbankan sebab ia tengah hamil anak Sadewa, hasil dari hubungan terlarang keduanya, ternyata itu semua di luar dugaan kita. Mila tidak dikorbankan karena janin yang dikandungnya tercampur oleh benih pria lain, hal itu menjadi wajar sebab Teman Sekar merupakan ayam kampus.Ternyata alasan Sadewa memilih untuk menumbalkan Sekar sebab bau getih wangi begitu digemari makhluk halus termasuk jin penguasa desa pesinden itu. Ia membutuhkan wadah untuk terus mengasah kekuatannya yang akan menjadi maksimal jika Sekar bisa di taklukkannya.Untungnya khodam pesinden itu datang tepat waktu setelah sekian lama menghilang. Ternyata dia tengah semedi di sebuah gua dekat istananya sebab terluka parah p
Pertempuran antara Sulastri dan Kadarsih tak terelakkan, mereka saling serang, mencoba melumpuhkan satu sama lain. Sekar tergeletak tak berdaya sebab Sulastri telah beranjak dari tubuhnya. Ia lebih memilih bertarung secara gaib daripada menggunakan tubuh Sekar yang beresiko besar. Galih segera bergegas menyelamatkan Sekar, ia menggendong gadis itu ke tempat yang menurutnya aman yakni mobil milik Sadewa. Pria itu mencoba meraba saku celana temannya yang merupakan dalang di balik seluruh kekacauan ini. Setelah ia menemukannya, bergegas ia memasukkan tubuh sekar ke dalam mobil. Galih mengawasi sekitar, mencari keberadaan Adi dan Mila. Dengan ponselnya ia berharap panggilannya segera di jawab oleh kedua mahasiswanya yang menghilang pasca keributan. Akhirnya panggilannya di jawab oleh Adi, ia sedang bersembunyi di dalam musholla dekat balai desa. Setelah mengabarkan kondisi terkini, Adi bergegas menuju mobil yang terparkir tak jauh dari tempat itu. Galih lega saat melihat Adi sedang bej
POV Sulastri Aku memutuskan untuk pergi ke kerajaanku semenjak pertempuran di gedung apartemen melawan hantu noni belanda. Dendam dan cintanya yang begitu besar membuatku kesulitan mengalahkannya meski akhirnya aku berhasil mengusirnya sebab berupaya mengambil alih Sekar. Sekar adalah wadah yang membuat semakin kuat dan awet muda. Dia adalah titisan getih wangi keturunan terakhir Ningsih yang bisa ku manfaatkan. Namun, di akhir hidupnya, cinta membuatnya lemah yang membuatku tak bisa lagi meneruskan perjanjian itu, ia bahkan tewas mengenaskan. Suatu kejadian terjadi begitu saja, di luar kendaliku. Hingga tibalah saat kelahiran Sekar yang sudah ku tunggu-tunggu sejak lama. Akibat pertentangan energi yang begitu kuat, ia seringkali sakit-sakitan dampak dari upaya dedemit yang mencoba menguasai jiwa dan raganya. Surti yang miskin tentu kebingungan, ia takut anaknya mati sia-sia jika tak segera di selamatkan. Kondisi itu aku manfaatkan untuk mempengaruhinya, aku membisikkannya unt
POV SekarAku melihat ke sekelilingku, orang-orang sedang fokus merapalkan mantra-mantra yang dipandu oleh kepala desa. Tubuhku melemah seolah tak berdaya, hanya mata dan pendengaranku yang masih berfungsi dengan baik.Aku mendengar Pak Galih dan Pak Sadewa, sedang membahas ritual sesat ini. Awalnya aku mengira bahwa Mila dan jabang bayinyalah yang akan jadi tumbal tapi dugaanku ternyata salah besar! Aku baru menyadarinya saat Sadewa mulai menjelaskan duduk perkaranya.Ternyata Sadewa sengaja memanfaatkan Galih agar menyeretku dalam proyek terkutuk ini demi bisa membawaku ke desa ini. Sadewa tahu jika Sulastri selama ini menghilang bak di telan bumi. Ini menyebabkan aku yang seorang titisan getih wangi menjadi idaman dedemit karena tubuhku menarik perhatian mereka untuk mengambil alih.Nyai Kadasihlah yang membisikkan semua itu pada Sadewa dengan diiming-imingi kuasa dan pesona tak terbatas, jika ia berhasil menumbalkanku di sini. Mendengar fakta di luar dugaan, air mataku seketika me
"Sekar, aku ingin mengatakan suatu hal, desa ini tidak beres, pak kades adalah dalang di balik semua ini," bisik Adi yang mulai memceritakan kronologi kejadian di saat ia pingsan di dekat pohon bringin. Sekar mendengar dengan seksama sambil sesekali menganggukan kepala tanda memahami apa yang dibicarakan oleh pria yang sudah dua kali terlibat riset dengannya. "Kenapa kalian membicarakan hal sepenting ini tanpa sepengetahuanku?" tanya Galih yang tiba-tiba muncul dari arah luar mendekati Sekar dan Adi yang sedang mengobrol serius di ruang tamu. Mereka berdua hanya tersenyum kecut merasa tidak enak karena telah mengabaikan keberadaan Galih. Sekar akhirnya menceritakan ulang apa yang di dengarnya dari Adi. "Aku percaya pada kalian berdua, kemungkinan janin yang ada di kandungan Mila adalah korban selanjutnya," ungkap Galih memprediksi apa yang mungkin akan terjadi. "Iya pak, saya curiga Pak Dewa sengaja memilih desa ini untuk proyek riset, dia hanya sedang mencari cara untuk men
"Ayah kejam! Sudah menumbalkan ibu dan saudaraku! Kau lah iblis yang sesungguhnya!" teriak Joko yang sudah tak mampu lagi menahan amarahnya, bertahun-tahun ia diam dan selalu pasrah atas semua kejahatan ayahnya. "Dasar anak bodoh! Aku lakukan semua ini untukmu karena kamu sebenarnya adalah anak pilihan! Kamu bisa melebihi aku!" bantah ayah kades yang mulai tersudut, ia nampak ragu sebab sang anak sepertinya sudah di luar kendalinya. "Jangan kau bohongi aku lagi! Gendis mungkin kelak akan kau korbankan juga! Kau sudah tahu jika aku sangat mencintainya tapi aku nggak akan tertipu lagi!" tegas Joko yang sudah tak mampu lagi menahan arahnya, ia perlahan mendekat lalu dengan cepat menusukkan keris itu ke jantung ayahnya. "Kau... Akan menyesel, bodoh!" ucapnya perlahan, lalu meninggal sepersekian detik. Tiba-tiba lukisan itu seolah hidup, keluarlah Pesinden sambil menyanyikan lagu jawa yang diiringi dengan suara gamelan. "Sekar macem-macem aruming wangi, Minggah kadhaton ndhawuh
"Gimana ini? Mana ponselku nggak ada sinyal," ujar Mila sambil menggerak-gerakkan ponselnya agar sinyal bisa masuk. "Mil, itu ada anak kecil main di dekat pohon bringin kita coba tanya mereka aja," ujar Adi yang dibalas anggukan kepala oleh teman risetnya. Adi melangkahkan kaki dengan ragu-ragu, ia merasa semenjak lewat jalanan ini sama sekali tidak ada tanda-tanda kehidupan, semua seolah serba mendadak. Tiba-tiba saja ada segerombolan anak kecil yang sedang bermain. "Dek, kalau mau ke arah kontrakan milik pak kades lewat mana ya?" tanya Adi sambil tersenyum ramah, tapi anehnya tak ada seorangpun yang merespon hingga ada seorang yang menepuk bahunya. Anak lelaki itu berjalan perlahan seolah menunjukkan arah pulang. Adi bergegas menghidupkan motornya yang melaju secara perlahan. Mereka akhirnya tiba di rumah kontrakan yang di maksud. Saat mereka hendak mengucapkan terima kasih, sang anak tiba-tiba sudah hilang, seperti lenyap di telan bumi. "Di, kamu ngerasa nggak? Ini sepert
Mila dan Adi baru saja tiba di rumah pak kades, rumah itu terlihat sepi seperti biasanya, tidak ada suara orang yang sedang beraktivitas atau canda tawa anak-anak, rumah sebesar itu hanya dihuni oleh pak kades dan istrinya. Kalaupun ada pembantu, mereka tidak menginap, hanya bekerja dari pagi sampai sore saja. "Assalamualaikum, permisi," ujar Adi berulang kali, mengeraskan suaranya agar penghuni rumah mendengarknya dan segera membuka pintu. Terdengar derap langkah kaki dari dalam rumah seolah sang pemilik tengah bergegas untuk membuka pintu. Saat pintu dibuka terlihat perempuan paruh baya yang usianya sekitar empat puluh tahun. "Kalian mahasiswa yang mau meneliti desa ini? Silahkan masuk dan duduk," ucap ibu kades terlihat ramah, wajahnya terlihat tulus menyambut kedatangan mereka. Mereka duduk di ruang tamu sambil melihat ke sekelilingnya, terlihat foto keluarga di beberapa bufet yang menunjukkan gambar bu kades muda sedang menggendong bayi yang jumlahnya tiga foto yang berja
Tim periset terlihat sedang bergegas menuju rumah narsum sesuai kesepakatan semalam tetapi dengan sedikit perubahan. Dewa tidak bisa ikut karena mendadak ada urusan di luar desa yang membuatnya harus meninggalkan teman-temannya. Hal ini menjadikan perubahan pada formasi tim, Mila dan Adi bertugas untuk mewawancarai pak kepala desa sedangkan Galih dan Sekar bertugas untuk mewawancarai tokoh adat. Mereka kompak berangkat pukul 10 pagi setelah melakukan persiapan terlebih dahulu. Mereka menyewa sepeda motor warga agar memudahkan mobilitas selama melakukan proyek riset di desa Bringin atau desa pesinden yang terkenal banyak melahirkan sinden terkenal asal Yogyakarta. Dalam perjalanan tidak ada hambatan berarti sebab mereka sampai tempat tujuan sesuai perkiraan. "Assalamualaikum, permisi," ucap Sekar sambil mengetuk pintu rumah salah satu pesinden senior yang ada di desa tersebut. Tak butuh waktu lama, pintu itu terbuka dengan keberadaan seorang perempuan yang terlihat berusia sekita