"Sebenarnya..." Ibu Sekar mencoba melanjutkan perkataannya. Sekar terlihat antusias menunggu penjelasan sang ibu, ia nampak tidak sabar mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa khodam sinden itu terus mengikutinya? bukankah dulu ia telah dirukyah, namun mengapa makhluk halus itu masih terus menempal? "Tok... tok... tok..." Terdengar ketukan pintu dari luar. Suara ketukan itu semakin keras memecah keheningan malam. Ibu Sekar memutuskan untuk tidak melanjutkan perkataanya, ia berjalan tergopoh-gopoh menuju pintu depan yang tak jauh dari jangkauan matanya. Sekar mendengus kesal, keingintahuannya yang begitu besar seolah lenyap begitu saja akibat kedatangan tamu tak diundang. Surti, ibunda Sekar nampak begitu terkejut melihat siapa tamu yang sedang berkunjung ke rumahnya. "Surti, sudah lama kita tidak bertemu, semoga kamu masih mengingatku" Ucap Wiryo, Ayah dari pacar Sekar. "Mas Wiryo, ada perlu apa kamu datang kemari?" Tanya Surti dengan ekspresi terkejut, keningny
Kedua insan yang tengah dimabuk asmara memutuskan untuk mengakhiri persetubuhan pada menjelang dini hari. Tak ada rasa penyesalan di keduanya, terkadang mereka saling pandang untuk sekedar melihat rona kebahagian. Sang gadis terus memeluk kekasihnya seolah tak ingin lepas, pelukan itu disambut dengan dekapan hangat dari lelaki yang sudah menemaninya dalam cinta penuh hasrat. Sulastri merasa telah berada di puncak kemenangan, Ia tertawa begitu nyaring hingga sebagian besar penunggu gaib mulai merasa terganggu. Begitu kuatnya energi khodam sinden itu membuat dedemit kelas rendahan memilih untuk menyingkir. Mereka tak ingin terlibat lebih jauh. Namun terdapat sebuah pohon besar yang berdiri kokoh di depan penginapan yang dipenuhi oleh pasangan muda yang menjalin hasrat terlarang. Penunggu berwujud kuntilanak itu cukup terganggu karena tawa sinden nyatanya mampu memecah energi gaib yang melindungi penginapan itu. "Siapa kau? Berani-beraninya berbuat gaduh di rumahku!" Teriak Kuntilanak
Galih tersenyum melihat kemunculan gadis pujaannya, seolah kehadirannya sangat dinanti-nantikan. Gadis itu nampak semakin mempesona hingga membuatnya tidak bisa berhenti menatap. "Sekar, perkenalkan ini Sinta, adik sepupuku yang mulai hari ini akan tinggal di kosan ini," Ujar Galih sambil memberi kode pada adik sepupunya untuk mengulurkan tangan tanda perkenalan. Sekar hanya terdiam, terlihat enggan menyambutnya. Ekspresinya datar karena ia merasa tidak nyaman dengan kehadiran gadis itu. "Wah, Sekar sudah pulang ya, karena kamarmu kosong, untuk sementara Sinta di kamarmu ya, dia sebenarnya ingin punya kamar sendiri namun semua kamar masih penuh," Ujar bu kos yang terdengar seperti perintah yang tak bisa ditolak. Gadis itu mengangguk dan segera pergi dari tempat itu, ia merasa sangat tidak nyaman dengan kehadiran sepupu Galih, semacam timbul firasat buruk. Sinta berjalan mengikuti Sekar seolah ia telah mendapat ijin untuk tinggal di kamar yang sama, padahal Sekar belum member
"Sinta, darimana kau tahu jika aku tinggal disini?" Cecar Galih seolah terganggu dengan kedatangan sang sepupu di tengah malam. "Mas Galih, aku baru saja putus dengan pacarku, aku sedih dan ibumu memberikan alamatmu." Balasnya dengan deraian air mata yang nampak palsu. Galih menghela nafas panjang, ia tak mungkin membiarkan seorang gadis berdiri didepan pintu. dengan berat hati, ia mempersilahkan sepupunya masuk ke dalam apartemen. Sekar begitu terkejut melihat Sinta, sepupu sang dosen yang berkunjung di tengah malam. Gadis itu mulai berpikir, sedekat apa hubungan mereka hingga bisa bertemu di tengah malam begini? sungguh hal yang tak dapat dijangkau dengan nalar. "Katakan, apa yang sebenarnya kau inginkan?" Desak Galih, ia sudah tidak sabar untuk mengusir tamu tak diundang itu. "Aku hanya sangat bersedih, pacarku memutuskan hubungan dengan aku karena dia punya wanita lain. Aku menceritakan ini pada ibumu dan beliau memberikan alamatmu agar kau bisa menenangkanku," Balas Sin
"Sekar... Apa yang terjadi? Mengapa kau pingsan di lobi?" Cecar Galih sambil terus melajukan mobilnya, ia bergegas menuju rumah sakit. Galih terus memandangi gadis yang duduk disampingnya dengan penuh kekhawatiran, ia nampak tak fokus berkendara hingga mereka hampir saja menabrak mobil lain yang berhenti di depannya saat lampu merah. "Bapak fokus saja, saya tidak apa-apa, mungkin hanya kelelahan saja," jawab Sekar sambil memejamkan mata, ia nampak pucat seperti mayat. Mendengar penuturan sang gadis, lelaki tampan itu lebih berfokus mengemudikan mobilnya. Ia tak sempat berganti pakaian pasca jogging di pagi hari. Melihat kondisi kesayangannya tak sadarkan diri, membuatnya bergegas untuk melarikan ke rumah sakit terdekat. Dengan uang dan kuasa yang dimiliki sang dosen, gadis bergaun merah itu segera mendapatkan perawatan intensif dan fasilitas rawat inap VIP. Terlihat beberapa dokter dan perawat sedang melakukan pemeriksaan guna mengetahui kondisi terkini pasien. "Bagaimana dok, a
Semua orang terlihat panik, para penghuni kos berlarian menjauh dari Sekar saat ia nampak mulai mengamuk. Matanya melotot, suaranya terdengar berat dan mencoba menyerang orang-orang yang berani mendekatinya. "Wati... Keluar kau!" Teriak Sekar sambil berjalan menyisir area kos-kosan yang cukup luas. Tak ada seorangpun yang berani mendekatinya. Mereka hanya bisa mengawasi dari jauh dan beberapa orang terlihat merekam lalu mengunggahnya di medsos. Terlihat wanita paruh baya berjalan mendekatinya, dia adalah ibu kos yang sejak tadi dicari keberadaannya! Dengan langkah perlahan, ia mencoba mendekati perempuan yang dikenalnya sebagai salah satu penghuni kosnya. "Ada apa Sekar? Kenapa kau terus berteriak memanggil namaku?" Sahut Ibu kos sambil berjalan mendekatinya. "Wati, kau sembunyikan dimana anakku, dasar iblis kau!" Teriak Sekar sambil berusaha mencekik leher ibu kosnya. Tubuhnya telah diambil alih arwah sang nenek yang menyimpan dendam pada ibu kos. Ibu kos terlihat melemah d
"Ibu, sudahlah, jangan ikut campur urusanku, aku lebih tau mana yang terbaik untukku!" Teriak Galih, ia sudah merasa cukup bersabar atas segala intervensi sang ibu, sudah saatnya ia menemukan kebahagiannya sendiri. "Ibu tahu yang terbaik untukmu! kau tidak bisa bersama gadis ini! khodam pesinden tidak cocok dengan khodam raja jawa! Dia bisa melemahkan kekuatan keluarga kita!" Teriak sang ibu tak mau kalah, ia merasa lebih tahu segalanya daripada apa yang dipikirkan anak lelakinya. "Ibu sudahlah, aku lelah, tolong beri aku kesempatan kali ini saja untuk membuktikan pada ibu kalau aku bisa menemukan jodohku tanpa bantuan ibu," sanggah Galih dengan suara merendah, ia sebenarnya cukup lelah dan ingin beristirahat, terlihat matanya memerah dan berair tanda ia ingin tidur. Sekar hanya terdiam melihat perdebatan antara ibu dan anak. Ia diam membisu tak berani menatap ibu dari dosen penyelamat, apalagi membalas semua ucapannya. Sang ibu yang memiliki naluri kuat, memilih untuk beranja
Sekar dan Galih segera menuju rumah mantan ibu kosnya untuk melakukan negosiasi. Keduanya optimis mampu mengubah pikiran sang ibu kos sebab mereka memiliki bukti bahwa Sekar tidak bersalah. Kasus ini berbeda dengan kasus KKN lalu yang memakan banyak korban dan terdapat banyak saksi bahwa yang dilakukan Sekar adalah bentuk penyelamatan diri. Ia terdesak karena diserang anak buah Ki Ageng hingga ia tak segan untuk membalas setiap kekerasan yang dialami. Kasus kesurupan yang kembali terjadi pada Sekar saat ini adalah murni pengaruh dadi arwah nenek penunggu kos yang memiliki dendam pada menantunya yakni sang ibu kos. Maka penyerangan yang dilakukan Sekar ialah dalam kondisi tak sadar dan bukan kesengajaan meski sulit dibuktikan karena tidak ada saksi mata. Kalaupun ada, saksi mata hanya tau bahwa Sekar kesurupan dan tiba-tiba menyerang ibu kos sehingga hal ini mudah dijadikan kasus kriminal oleh sang ibu kos yang merasa dirugikan. Kos itu terlihat sepi seolah tak ada penghuninya. Seka
POV GalihAku mengutuk diriku sendiri sebab telah membawa Sekar dalam bahaya yang begitu besar. Ia hampir saja mati mengenaskan menjadi tumbal di desa pesinden yang ternyata adalah rencana jahat Sadewa, teman dosen yang juga patner risetku.Awalnya kita semua mengira bahwa Mila adalah orang yang akan dikorbankan sebab ia tengah hamil anak Sadewa, hasil dari hubungan terlarang keduanya, ternyata itu semua di luar dugaan kita. Mila tidak dikorbankan karena janin yang dikandungnya tercampur oleh benih pria lain, hal itu menjadi wajar sebab Teman Sekar merupakan ayam kampus.Ternyata alasan Sadewa memilih untuk menumbalkan Sekar sebab bau getih wangi begitu digemari makhluk halus termasuk jin penguasa desa pesinden itu. Ia membutuhkan wadah untuk terus mengasah kekuatannya yang akan menjadi maksimal jika Sekar bisa di taklukkannya.Untungnya khodam pesinden itu datang tepat waktu setelah sekian lama menghilang. Ternyata dia tengah semedi di sebuah gua dekat istananya sebab terluka parah p
Pertempuran antara Sulastri dan Kadarsih tak terelakkan, mereka saling serang, mencoba melumpuhkan satu sama lain. Sekar tergeletak tak berdaya sebab Sulastri telah beranjak dari tubuhnya. Ia lebih memilih bertarung secara gaib daripada menggunakan tubuh Sekar yang beresiko besar. Galih segera bergegas menyelamatkan Sekar, ia menggendong gadis itu ke tempat yang menurutnya aman yakni mobil milik Sadewa. Pria itu mencoba meraba saku celana temannya yang merupakan dalang di balik seluruh kekacauan ini. Setelah ia menemukannya, bergegas ia memasukkan tubuh sekar ke dalam mobil. Galih mengawasi sekitar, mencari keberadaan Adi dan Mila. Dengan ponselnya ia berharap panggilannya segera di jawab oleh kedua mahasiswanya yang menghilang pasca keributan. Akhirnya panggilannya di jawab oleh Adi, ia sedang bersembunyi di dalam musholla dekat balai desa. Setelah mengabarkan kondisi terkini, Adi bergegas menuju mobil yang terparkir tak jauh dari tempat itu. Galih lega saat melihat Adi sedang bej
POV Sulastri Aku memutuskan untuk pergi ke kerajaanku semenjak pertempuran di gedung apartemen melawan hantu noni belanda. Dendam dan cintanya yang begitu besar membuatku kesulitan mengalahkannya meski akhirnya aku berhasil mengusirnya sebab berupaya mengambil alih Sekar. Sekar adalah wadah yang membuat semakin kuat dan awet muda. Dia adalah titisan getih wangi keturunan terakhir Ningsih yang bisa ku manfaatkan. Namun, di akhir hidupnya, cinta membuatnya lemah yang membuatku tak bisa lagi meneruskan perjanjian itu, ia bahkan tewas mengenaskan. Suatu kejadian terjadi begitu saja, di luar kendaliku. Hingga tibalah saat kelahiran Sekar yang sudah ku tunggu-tunggu sejak lama. Akibat pertentangan energi yang begitu kuat, ia seringkali sakit-sakitan dampak dari upaya dedemit yang mencoba menguasai jiwa dan raganya. Surti yang miskin tentu kebingungan, ia takut anaknya mati sia-sia jika tak segera di selamatkan. Kondisi itu aku manfaatkan untuk mempengaruhinya, aku membisikkannya unt
POV SekarAku melihat ke sekelilingku, orang-orang sedang fokus merapalkan mantra-mantra yang dipandu oleh kepala desa. Tubuhku melemah seolah tak berdaya, hanya mata dan pendengaranku yang masih berfungsi dengan baik.Aku mendengar Pak Galih dan Pak Sadewa, sedang membahas ritual sesat ini. Awalnya aku mengira bahwa Mila dan jabang bayinyalah yang akan jadi tumbal tapi dugaanku ternyata salah besar! Aku baru menyadarinya saat Sadewa mulai menjelaskan duduk perkaranya.Ternyata Sadewa sengaja memanfaatkan Galih agar menyeretku dalam proyek terkutuk ini demi bisa membawaku ke desa ini. Sadewa tahu jika Sulastri selama ini menghilang bak di telan bumi. Ini menyebabkan aku yang seorang titisan getih wangi menjadi idaman dedemit karena tubuhku menarik perhatian mereka untuk mengambil alih.Nyai Kadasihlah yang membisikkan semua itu pada Sadewa dengan diiming-imingi kuasa dan pesona tak terbatas, jika ia berhasil menumbalkanku di sini. Mendengar fakta di luar dugaan, air mataku seketika me
"Sekar, aku ingin mengatakan suatu hal, desa ini tidak beres, pak kades adalah dalang di balik semua ini," bisik Adi yang mulai memceritakan kronologi kejadian di saat ia pingsan di dekat pohon bringin. Sekar mendengar dengan seksama sambil sesekali menganggukan kepala tanda memahami apa yang dibicarakan oleh pria yang sudah dua kali terlibat riset dengannya. "Kenapa kalian membicarakan hal sepenting ini tanpa sepengetahuanku?" tanya Galih yang tiba-tiba muncul dari arah luar mendekati Sekar dan Adi yang sedang mengobrol serius di ruang tamu. Mereka berdua hanya tersenyum kecut merasa tidak enak karena telah mengabaikan keberadaan Galih. Sekar akhirnya menceritakan ulang apa yang di dengarnya dari Adi. "Aku percaya pada kalian berdua, kemungkinan janin yang ada di kandungan Mila adalah korban selanjutnya," ungkap Galih memprediksi apa yang mungkin akan terjadi. "Iya pak, saya curiga Pak Dewa sengaja memilih desa ini untuk proyek riset, dia hanya sedang mencari cara untuk men
"Ayah kejam! Sudah menumbalkan ibu dan saudaraku! Kau lah iblis yang sesungguhnya!" teriak Joko yang sudah tak mampu lagi menahan amarahnya, bertahun-tahun ia diam dan selalu pasrah atas semua kejahatan ayahnya. "Dasar anak bodoh! Aku lakukan semua ini untukmu karena kamu sebenarnya adalah anak pilihan! Kamu bisa melebihi aku!" bantah ayah kades yang mulai tersudut, ia nampak ragu sebab sang anak sepertinya sudah di luar kendalinya. "Jangan kau bohongi aku lagi! Gendis mungkin kelak akan kau korbankan juga! Kau sudah tahu jika aku sangat mencintainya tapi aku nggak akan tertipu lagi!" tegas Joko yang sudah tak mampu lagi menahan arahnya, ia perlahan mendekat lalu dengan cepat menusukkan keris itu ke jantung ayahnya. "Kau... Akan menyesel, bodoh!" ucapnya perlahan, lalu meninggal sepersekian detik. Tiba-tiba lukisan itu seolah hidup, keluarlah Pesinden sambil menyanyikan lagu jawa yang diiringi dengan suara gamelan. "Sekar macem-macem aruming wangi, Minggah kadhaton ndhawuh
"Gimana ini? Mana ponselku nggak ada sinyal," ujar Mila sambil menggerak-gerakkan ponselnya agar sinyal bisa masuk. "Mil, itu ada anak kecil main di dekat pohon bringin kita coba tanya mereka aja," ujar Adi yang dibalas anggukan kepala oleh teman risetnya. Adi melangkahkan kaki dengan ragu-ragu, ia merasa semenjak lewat jalanan ini sama sekali tidak ada tanda-tanda kehidupan, semua seolah serba mendadak. Tiba-tiba saja ada segerombolan anak kecil yang sedang bermain. "Dek, kalau mau ke arah kontrakan milik pak kades lewat mana ya?" tanya Adi sambil tersenyum ramah, tapi anehnya tak ada seorangpun yang merespon hingga ada seorang yang menepuk bahunya. Anak lelaki itu berjalan perlahan seolah menunjukkan arah pulang. Adi bergegas menghidupkan motornya yang melaju secara perlahan. Mereka akhirnya tiba di rumah kontrakan yang di maksud. Saat mereka hendak mengucapkan terima kasih, sang anak tiba-tiba sudah hilang, seperti lenyap di telan bumi. "Di, kamu ngerasa nggak? Ini sepert
Mila dan Adi baru saja tiba di rumah pak kades, rumah itu terlihat sepi seperti biasanya, tidak ada suara orang yang sedang beraktivitas atau canda tawa anak-anak, rumah sebesar itu hanya dihuni oleh pak kades dan istrinya. Kalaupun ada pembantu, mereka tidak menginap, hanya bekerja dari pagi sampai sore saja. "Assalamualaikum, permisi," ujar Adi berulang kali, mengeraskan suaranya agar penghuni rumah mendengarknya dan segera membuka pintu. Terdengar derap langkah kaki dari dalam rumah seolah sang pemilik tengah bergegas untuk membuka pintu. Saat pintu dibuka terlihat perempuan paruh baya yang usianya sekitar empat puluh tahun. "Kalian mahasiswa yang mau meneliti desa ini? Silahkan masuk dan duduk," ucap ibu kades terlihat ramah, wajahnya terlihat tulus menyambut kedatangan mereka. Mereka duduk di ruang tamu sambil melihat ke sekelilingnya, terlihat foto keluarga di beberapa bufet yang menunjukkan gambar bu kades muda sedang menggendong bayi yang jumlahnya tiga foto yang berja
Tim periset terlihat sedang bergegas menuju rumah narsum sesuai kesepakatan semalam tetapi dengan sedikit perubahan. Dewa tidak bisa ikut karena mendadak ada urusan di luar desa yang membuatnya harus meninggalkan teman-temannya. Hal ini menjadikan perubahan pada formasi tim, Mila dan Adi bertugas untuk mewawancarai pak kepala desa sedangkan Galih dan Sekar bertugas untuk mewawancarai tokoh adat. Mereka kompak berangkat pukul 10 pagi setelah melakukan persiapan terlebih dahulu. Mereka menyewa sepeda motor warga agar memudahkan mobilitas selama melakukan proyek riset di desa Bringin atau desa pesinden yang terkenal banyak melahirkan sinden terkenal asal Yogyakarta. Dalam perjalanan tidak ada hambatan berarti sebab mereka sampai tempat tujuan sesuai perkiraan. "Assalamualaikum, permisi," ucap Sekar sambil mengetuk pintu rumah salah satu pesinden senior yang ada di desa tersebut. Tak butuh waktu lama, pintu itu terbuka dengan keberadaan seorang perempuan yang terlihat berusia sekita