"Nggak usah," jawab Winnie.Winnie membuka kantongan itu dan mengeluarkan sebuah gaun model baru dari merek SJ dari dalamnya.Gaun ini berwarna putih, dengan panjang mencapai mata kakinya. Bagian kerah, lengan dan ujung roknya berenda, sehingga gaun ini terlihat elegan dan bermartabat.Julian sangat menyukai model dan warna pakaian seperti ini, Chelsea juga menyukai gaya merek ini.Oleh karena itu, Julian sering membeli dua, satu untuk Winnie dan satu untuk Chelsea.Chelsea sama sekali tidak menyukai gaya pakaian seperti ini. Sebelumnya, dia hanya mengenakannya untuk menyenangkan hati pria ini.Sekarang, Winnie tidak ingin melakukan hal seperti itu lagi, jadi dia langsung menolak.Dia memasukkan gaun itu kembali ke kantongannya dan berkata, "Aku nggak suka.""Gaun ini keluaran terbaru musim ini, hanya ada dua di seluruh dunia," kata Julian. Dia mengira bahwa Winnie sedang merajuk, jadi dia sengaja berkata, "Bahkan dengan uang banyak pun gaun ini nggak bisa dibeli."Winnie tersenyum dan
Winnie pun berdiri dan mendorong Jemma ke ruang makan.Carla menatap Julian sambil berkata, "Kenapa kamu berbicara seperti itu pada adikmu? Dia masih kecil, masih nggak bijak, kenapa kamu nggak bisa mengalah padanya?"Julian memainkan cangkir tehnya dan berkata, "Masih kecil? Dia sudah berusia 20 tahun, dia hanya lebih kecil empat tahun dari Winnie."Jessica berkata dengan sedih, "Kak, kenapa kamu membela dia? Bukankah kalian akan berce ...."Melihat tatapan Julian yang dingin dan tajam, Jessica langsung membungkam dengan ketakutan.Carla, ibunya Julian, mengernyit dan bertanya, "Berce? Bercerai?""Nggak," jawab Julian dengan tenang.Carla meletakkan cangkirnya dengan kuat di atas meja dan berkata, "Kalau dibandingkan dengan Chelsea, aku tetap lebih bersedia membiarkan Winnie menjadi istrimu. Kalau kamu mau menikahi Chelsea, aku akan jadi orang pertama yang menentang hubungan ini! Nenekmu juga nggak akan setuju!"Tatapan Julian yang dingin tertuju ke arah Jessica, sehingga Jessica menc
Jessica menjulingkan matanya dan berkata, "Aku nggak mau! Kalaupun dia hamil, siapa tahu itu anak siapa?!"Julian langsung berkata dengan suara rendah, "Jessica! Kamu tahu apa yang sedang kamu katakan?!"Suara yang dingin ini membuat tubuh Jessica seketika menjadi kaku. Dia menoleh dan melihat amarah yang tertahan di tatapan Julian yang gelap.Hanya saja, pada saat ini, dia ingin sekali menantang batas kesabaran Julian.Dia pun menegakkan tubuhnya dan berkata, "Ucapanku nggak salah. Hari itu, aku melihatnya dan Sonya, temannya, menyewa pria penghibur!"Carla mengernyit sambil menatap Winnie dan bertanya, "Benarkah begitu?"Winnie berpikir, jika dia mengakui hal ini, Keluarga Lowie pasti akan marah besar dan mungkin akan membiarkannya bercerai lebih awal dengan Julian.Baru saja dia ingin mengakui hal ini, Julian langsung berkata, "Dia memang pergi ke bar, tapi dia pergi denganku. Hari itu, Calvin dan Harry juga ada di sana. Jessica, malam-malam begitu, kamu nggak berada di asrama kampu
Mereka berdua berbisik-bisik layaknya kekasih yang mesra.Jemma tentu saja senang melihat mereka sedekat ini. Setelah Julian pergi, dia memanggil Winnie dan berkata, "Winnie, dorong Nenek ke kamar, ya.""Baik," kata Winnie sambil mendorong Jemma kembali ke kamarnya. Kemudian, dia berlutut dengan satu kaki untuk memijat kaki Jemma."Nenek, akhir bulan, Nenek sudah bisa operasi," kata Winnie.Jemma membuang napas dengan pelan dan berkata, "Aku harus merepotkan temanmu.""Nggak repot kok, kami berhubungan sangat baik," kata Winnie sambil membantu Jemma melancarkan peredaran darahnya dengan sangat terampil.Jemma menggenggam tangan Winnie sambil berkata, "Winnie, jujurlah dengan Nenek, apakah kamu dan Julian benar-benar mau bercerai?"Bukan hanya karena ucapan Julian, tetapi Winnie sendiri juga tidak ingin membuat Jemma marah.Dia tersenyum dan berkata, "Tentu saja nggak.""Baguslah kalau begitu," kata Jemma sambil menggenggam tangan Winnie. "Winnie, selama beberapa tahun terakhir, kamu su
Winnie menatap dua garis yang muncul di alat tes kehamilan itu dengan tatapan tidak percaya. Kepalanya pun berdengung.Dia selalu minum obat dengan teratur, mengapa dia bisa mengandung?Dia membuka alat tes kehamilan lainnya dan melakukan tes itu lagi.Dia hanya menunggu sekitar dua menit, tetapi dia merasa seakan-akan dia harus menunggu selama seabad.Melihat dua garis yang sama muncul lagi, jantung Winnie berdebar kencang. Tangannya yang memegang alat tes kehamilan itu pun mulai bergetar.Dia terus memikirkan ucapan Julian. "Menurutmu, apa yang akan terjadi pada seorang anak yang nggak diizinkan untuk dilahirkan?"Pada saat ini seseorang mengetuk pintu kamar mandi. Winnie menatap ke arah pintu dan mengepalkan tangannya erat-erat.Dia merapikan dirinya, menurunkan air jamban dan berjalan ke arah pintu.Dia membuka pintu dan melihat Julian yang berdiri di depan pintu. Melihat Winnie yang mengerutkan bibirnya dengan wajahnya yang pucat, sebuah jawaban pun muncul dalam hatinya. Dia mengu
Jemma mengangguk dan berkata, "Kalau begitu, biarkan Winnie pulang dan istirahat dengan baik, jangan sampai kelelahan."Julian tersenyum dan berkata, "Aku mengerti."Dia pun merangkul bahu Winnie dan berjalan ke luar.Dia tidak membiarkan Charles datang menjemput mereka, melainkan mengemudi salah satu mobil dari garasi.Dalam perjalanan, suasana di dalam mobil sangat berat dan dingin.Winnie mengerutkan bibirnya dan berkata, "Aku akan menggugurkannya, kamu nggak usah khawatir."Julian memegang setir mobil dengan erat, tatapannya dingin. "Kalau kamu menggugurkannya, Nenek dan Ibu akan mengira kalau aku menyuruhmu untuk melakukannya. Pertahankan saja dulu, kita bicarakan lagi nanti."Winnie seketika menoleh dan bertanya, "Nanti itu kapan? Sekarang, kalau dihitung-hitung, aku paling-paling baru hamil empat minggu. Sebentar lagi, janinnya akan punya detak jantung. Setelah itu, tangan dan kakinya akan terbentuk. Kamu yakin kamu mau menyuruhku menggugurkannya pada saat itu?"Wajah Julian yan
Saat mobil itu berhenti di depan vila, Winnie membuka pintu dan turun dari mobil tanpa menunggu pria di belakangnya.Melihat Winnie berjalan dengan tergesa-gesa, Julian mengernyit dan berpikir, 'Dia nggak takut jatuh, ya?''Wanita bodoh ini sudah lupa kalau dia lagi hamil?'Julian seketika tercengang karena dia menyadari bahwa dia mengkhawatirkan anak dalam kandungan Winnie. Dia pun merasa kesal dengan pikirannya barusan.Dia berdiri di depan mobil dan menyalakan sebatang rokok.Melalui asap yang mengepul, dia melihat lampu kamar Winnie yang menyala.Kemudian, sebuah sosok yang kurus berdiri di depan jendela dan menutup tirai jendela, menghalangi cahaya dan juga pandangan Julian.Nyala api berwarna merah berkedip di ujung jarinya. Sesaat kemudian, dia mematikan rokoknya dan membuangnya di lantai, lalu berjalan masuk ke dalam vila.Siti langsung berkata, "Tuan, Nona Chelsea nggak makan malam, dia nggak mau keluar dari kamarnya."Mendengar laporan Siti, Julian berjalan cepat ke lantai at
"Astaga, bagaimana ini?"Pada saat ini, Julian berjalan ke dapur. Saat dia mencium bau gosong, dia bertanya, "Kenapa bisa gosong?""Maaf, Tuan, saya silap," kata Siti."Bibi Siti sudah tua, ya, kenapa bahkan melakukan hal semudah ini juga bisa melakukan kesalahan?" Chelsea berjalan ke sisi Julian, tentu saja sambil merangkul lengan pria ini. "Jangan-jangan Bibi Siti nggak suka padaku ya, makanya nggak mau memasak untukku?"Kemudian, dia melirik sekilas ke susu di tangan Winnie. Dia pun memonyongkan bibirnya dan berkata, "Ternyata Bibi Siti sibuk memanaskan susu untuk Kak Winnie ya, hingga melupakan pangsit telurku."Siti bergegas berkata, "Bukan begitu, Nyonya sendiri yang memanaskan susu itu, sayalah yang nggak fokus."Winnie menatap Chelsea dengan tatapan cuek dan berkata, "Chelsea, kamu benar-benar pandai bicara, ya. Aku iri, deh."Mendengar sindiran Winnie, Chelsea menahan air matanya sambil berkata, "Kak Julian, aku juga nggak mengatai Kak Winnie, tapi dia malah menyindirku sepert