Alfred melajukan mobil dengan cepat meninggalkan kawasan bordil, ditengah kesibukannya yang menyetir, dia menyempatkan diri untuk menelpon Floryn untuk mengetahui keberadaannya.“Kemana sebenarnya dia pergi?” gerutu Alfred.Satu panggilan telepon darinya telah Floryn lewatkan begitu saja.Setiap blok bangunan akhirnya Alfred lewati, mencari-cari keberadaan Floryn tanpa dia ketahui kemana sebenarnya rute perjalanan gadis itu.Ditengah kekesalan yang dirasa, Alfred mendengus geli, menertawakan kekonyolan dirinya sendiri yang rela berkendara sampai beberapa puluh kilo meter, tidak sampai disana, kini dia juga berkeliling harus mencari keberadaannya hanya untuk mengajaknya pergi sarapan bersama sambil berbincang.Alfred terkejut dengan dirinya sendiri, tidak pernah sekalipun dalam hidupnya dia melakukan hal yang sejauh ini untuk seorang perempuan tanpa Alfred pikirkan high valuenya, tanpa Alfred pikirkan masalalunya dan tanpa Alfred pikirkan siapa keluarganya.Floryn yang pertama..Peremp
“Handponeku hilang,” bisik Floryn nyaris tidak terdengar, dia terlalu malu untuk bercerita apalagi bila mengingat hal konyol yang terjadi semalam. Beruntung saja, Floryn masih memiliki bukti perselingkuhan Issabel di akun anonymnya sehingga dia bisa melakukan backup. “Bagaimana bisa?” tanya Alfred dengan ketidak mengertiannya.Tangan Floryn terkepal, menyalurkan kegugupan yang dirasa. “Semalam aku mengikuti Issabel ke kasino dan minum segelas vodka, aku sedikit pusing mabuk di perjalanan pulang dan tidak tahu menyimpan handponeku dimana,” cerita Floryn terbata-bata, dia malu menceritakan semua kejadiannya.Sesungguhnya, semalam saat dia mabuk, dia membeli minuman di warnet. Karena pusing, Floryn justru mengambil arak dan memperparah mabuknya hingga dia tidak sadar meninggalkan handpone dan sepedanya entah dimana.“Untuk apa kau mengikutinya?”“Aku mencari bukti perselingkuhan Issabel dan kebisaanya berjudi,” jawab Floryn pelan.Kerutan samar menghiasi kening Alfred. Seharusnya untuk
“Aku ingin kau tinggal disini mulai hari ini, masuklah ke sekolah internasional agar kau bisa berkembang lebih baik.”Perkataan Alfred berhasil membuat Floryn menegang terkejut. Alih-alih senang, gadis itu justru kebingungan tidak tahu bagaimana cara menyampaikan penolakan tanpa membuat Alfred tersinggung.Genggaman Alfred menguat. “Kau tidak setuju?” tanyanya menyentak keterdiaman Floryn yang kini melamun.Wajah Floryn terangkat, menelaah suasana hati Alfred Morgan melalui sepasang mata keemasannya dibawah keteduhan bulu matanya yang panjang. Floryn menarik napasnya dalam-dalam, untuk sesaat gadis itu kembali lupa untuk berbicara, dia kehilangan fokusnya karena wajah rupawan lelaki itu yang terlalu sempurna, layaknya patung porselen yang diukir sedikit demi sedikit agar tidak terjadi setitikpun kesalahan.Floryn masih terpacaya, bagaimana bisa lelaki sempurna seperti Alfred Morgan memiliki ketertarikan padanya padahal Melisa, tunangan asli Alfred jauh lebih hebat.Floryn mengerjap be
Hangat genggaman tangan Alfred yang tidak pernah terlepas membawa ketenangan ditengah ketidak percayaan Floryn kala dia harus berbicara dengan konsultan pendidikan. Tanpa peduli dengan Novira. Alfred menempatkan tangan Floryn di pangkuannya, pria itu mengusap buku-buku jari Floryn, terkadang meremasnya dengan kuat setiap kali Floryn ragu untuk berbicara.Novira merekomendasikan Floryn untuk segera mengejar paket sekolah menengah atas terlebih dahulu hingga melewati tahap ujian kelulusan dalam waktu beberapa bulan. Setelahnya dia bisa masuk perguruan tinggi bersama anak-anak lainnya yang akan segera lulus dalam waktu setengah tahun lagi.Alfred tidak berbicara sepatah katapun untuk terlibat percakapan, dia melimpahkan semua keputusan berada ditangan Floryn.Sepanjang percakapan yang berlangsung, Alfred hanya diam dan mendengarkan, memastikan jika orang yang berbicara dengan Floryn tidak berkata hal buruk dan menghancurkan semangat belajar Floryn.Dalam diamnya, Alfred menopang dagu,
“Kau perempuan pertama yang aku perlakukan seperti ini.”Deg!Jawaban Alfred berhasil membuat Floryn termangu, bibirnya yang sedikit terbuka bernapas tersendat-sendat diserang kegugupan, terpengaruh oleh kata-kata yang sama sekali tidak pernah Floryn pikirkan akan dia dengar begitu lembut dan tulus. Sekuat tenaga Floryn berusaha untuk tetap berpikiran rasional dan tidak terjebak oleh kata-kata manis Alfred yang mungkin saja telah dibumbui oleh kebohongan.Sangat mustahil, Alfred Morgan adalah jenis lelaki yang hidup di kelas yang kalangan orang-orang yang sempurna. Diantara banyak perempuan luar biasa yang Alfred kenal, mengapa justru seorang perawat seperti Floryn menjadi orang pertama yang mendapatkan perlakuan seperti ini?Jari mungkil Floryn memilin permukaan gaun. “Mengapa aku yang pertama?”Alfred tersenyum lembut melihat ada keraguan dimata Floryn yang seperti mencari-cari kepastian darinya. “Dunia penerbangan adalah bagian dari jiwaku, aku tidak ingin berbagi hal yang aku cin
Nolan tersenyum tenang, menempatkan tangannya di belakang punggung, menyembunyikan kepalannya yang kuat. “Itu urusanku bersama ibumu. Sebaiknya kau urus saja urusanmu sendiri,” jawab Nolan tidak lagi berbicara formal dan menunjukan rasa hormatnya.Rachel berdecih kesal atas kelancangan Nolan. Jika saja Rachel tidak menyayangi Emier, Rachel tidak sudi menghabiskan energynya untuk ikut campur urusan kotor Nolan dan ibunya.“Apa yang sebenarnya kau mau dari ibuku? Kau sadar betulkan, seberapa jauh perbedaan usia kalian. Kau lebih pantas menjadi anaknya, dan aku yakin kau bukanlah seorang gerontofilia (Seseorang yang memiliki ketertarikan seks pada wanita berusia lanjut).”“Aku hanya melakukan pekerjaanku.”“Jadi, ini semua demi uang kan?” geram Rachel menahan kesal. “jika ini demi uang, aku akan memberikannya padamu dengan satu syarat, jangan pernah lagi muncul di kehidupan ibuku,” perintah Rachel dengan serius.“Aku tidak bisa. Terkecuali jika ibumu yang meminta.”“Tidak bisa katamu?”
Sebuah gedung arena pertunjukan es skating berlantai dua memiliki lapangan yang luas dikelilingi oleh kursi-kursi yang mengitarinya. Atapnya yang berkubah besar dengan lampu-lampu yang menyala menerangi lapangan es.Floryn duduk di sebuah kursi depan pintu masuk ke dalam lapangan, jantungnya berdebar kencang setiap kali dia mendengar tawa senang orang-orang yang bergerak di atas lantai es itu.Sudah sangat lama Floryn tidak pernah melakukan es skating lagi. Selama terkurung di dalam penjara, dia hanya bisa memiliki kesempatan untuk melakukannya saat malam tahun baru hingga awal-awal bulan yang mana salju lebat turun dan membekukan lapangan tempat para narapidana menghabiskan waktu mereka untuk berjemur dikelilingi oleh tembok besar dan tinggi.Para sipir yang mengetahui bakat Floryn sebagai skater es, sering kali mereka memanfaatkannya dengan paksa.Setiap kali selesai merajut dan melakukan pekerjaan kasar, seorang kepala sipir memberinya upah lima dollar dengan memaksa Floryn menari
Bunga matahari bergerak lembut terbawa gelombang angin yang lewat. Jendela mobil terbuka membawa angin yang menyegarkan, dengan tangan yang terlipat Floryn menyandarkan kepalanya di sisi jendela, beberapa kali dia melirik Alfred yang masih sibuk berbicara dengan orang asing melalui handpone sambil menyetir.Mereka berdua belum terlibat percakapan apapun sejak keluar dari arena teman hiburan. Alfred terlihat sangat tenang, dia tidak menunjukan tanda-tanda bahwa dia marah dengan kelancangan Floryn yang meninggalkan arena es skating lebih cepat, padahal Floryn tahu Alfred membawanya ke tempat ini untuk menyenangkannya. Floryn kembali melihat keluar, memijat keningnya dengan kuat.Floryn marah kepada dirinya sendiri, rasa percaya diri selalu teruji setiap kali berada di keramaian. Floryn masih sangat takut setiap kali menyadari ada banyak pasang mata yang melihat kearahnya, Floryn takut dengan kebencian orang-orang setiap kali mereka mengetahui identitasnya.Floryn tahu, dia tidak akan