“Kau perempuan pertama yang aku perlakukan seperti ini.”Deg!Jawaban Alfred berhasil membuat Floryn termangu, bibirnya yang sedikit terbuka bernapas tersendat-sendat diserang kegugupan, terpengaruh oleh kata-kata yang sama sekali tidak pernah Floryn pikirkan akan dia dengar begitu lembut dan tulus. Sekuat tenaga Floryn berusaha untuk tetap berpikiran rasional dan tidak terjebak oleh kata-kata manis Alfred yang mungkin saja telah dibumbui oleh kebohongan.Sangat mustahil, Alfred Morgan adalah jenis lelaki yang hidup di kelas yang kalangan orang-orang yang sempurna. Diantara banyak perempuan luar biasa yang Alfred kenal, mengapa justru seorang perawat seperti Floryn menjadi orang pertama yang mendapatkan perlakuan seperti ini?Jari mungkil Floryn memilin permukaan gaun. “Mengapa aku yang pertama?”Alfred tersenyum lembut melihat ada keraguan dimata Floryn yang seperti mencari-cari kepastian darinya. “Dunia penerbangan adalah bagian dari jiwaku, aku tidak ingin berbagi hal yang aku cin
Nolan tersenyum tenang, menempatkan tangannya di belakang punggung, menyembunyikan kepalannya yang kuat. “Itu urusanku bersama ibumu. Sebaiknya kau urus saja urusanmu sendiri,” jawab Nolan tidak lagi berbicara formal dan menunjukan rasa hormatnya.Rachel berdecih kesal atas kelancangan Nolan. Jika saja Rachel tidak menyayangi Emier, Rachel tidak sudi menghabiskan energynya untuk ikut campur urusan kotor Nolan dan ibunya.“Apa yang sebenarnya kau mau dari ibuku? Kau sadar betulkan, seberapa jauh perbedaan usia kalian. Kau lebih pantas menjadi anaknya, dan aku yakin kau bukanlah seorang gerontofilia (Seseorang yang memiliki ketertarikan seks pada wanita berusia lanjut).”“Aku hanya melakukan pekerjaanku.”“Jadi, ini semua demi uang kan?” geram Rachel menahan kesal. “jika ini demi uang, aku akan memberikannya padamu dengan satu syarat, jangan pernah lagi muncul di kehidupan ibuku,” perintah Rachel dengan serius.“Aku tidak bisa. Terkecuali jika ibumu yang meminta.”“Tidak bisa katamu?”
Sebuah gedung arena pertunjukan es skating berlantai dua memiliki lapangan yang luas dikelilingi oleh kursi-kursi yang mengitarinya. Atapnya yang berkubah besar dengan lampu-lampu yang menyala menerangi lapangan es.Floryn duduk di sebuah kursi depan pintu masuk ke dalam lapangan, jantungnya berdebar kencang setiap kali dia mendengar tawa senang orang-orang yang bergerak di atas lantai es itu.Sudah sangat lama Floryn tidak pernah melakukan es skating lagi. Selama terkurung di dalam penjara, dia hanya bisa memiliki kesempatan untuk melakukannya saat malam tahun baru hingga awal-awal bulan yang mana salju lebat turun dan membekukan lapangan tempat para narapidana menghabiskan waktu mereka untuk berjemur dikelilingi oleh tembok besar dan tinggi.Para sipir yang mengetahui bakat Floryn sebagai skater es, sering kali mereka memanfaatkannya dengan paksa.Setiap kali selesai merajut dan melakukan pekerjaan kasar, seorang kepala sipir memberinya upah lima dollar dengan memaksa Floryn menari
Bunga matahari bergerak lembut terbawa gelombang angin yang lewat. Jendela mobil terbuka membawa angin yang menyegarkan, dengan tangan yang terlipat Floryn menyandarkan kepalanya di sisi jendela, beberapa kali dia melirik Alfred yang masih sibuk berbicara dengan orang asing melalui handpone sambil menyetir.Mereka berdua belum terlibat percakapan apapun sejak keluar dari arena teman hiburan. Alfred terlihat sangat tenang, dia tidak menunjukan tanda-tanda bahwa dia marah dengan kelancangan Floryn yang meninggalkan arena es skating lebih cepat, padahal Floryn tahu Alfred membawanya ke tempat ini untuk menyenangkannya. Floryn kembali melihat keluar, memijat keningnya dengan kuat.Floryn marah kepada dirinya sendiri, rasa percaya diri selalu teruji setiap kali berada di keramaian. Floryn masih sangat takut setiap kali menyadari ada banyak pasang mata yang melihat kearahnya, Floryn takut dengan kebencian orang-orang setiap kali mereka mengetahui identitasnya.Floryn tahu, dia tidak akan
Rasa bersalah yang begitu dalam bisa Alfred rasakan setiap kali melihat mata Floryn, beberapa kali gadis itu mengatur napasnya setiap kali ingin berbicara, namun pembicaraan yang akan dimulai selalu terjeda oleh telepon masuk.Ditengah kesibukannya yang berbicara dan menyetir, sesekali Alfred melirik Floryn melalui sudut matanya. Memperhatikan guratan kesedihan di wajah Floryn sambil memijat tangannya yang gemetar hebat terserang panik berlebihan.Alfred sempat berpikir jika hari ini dia mampu membuat Floryn lebih banyak tersenyum, rupanya dugaannya salah. Alfred memutuskan menyelesaikan teleponnya dan berhenti di tengah jalan, dia pergi sejenak membeli sebotol minuman di vending machine. Hatinya telah terusik, terganggu oleh kegelisahan Floryn yang membuatnya merasa khawatir.Alfred mendiamkannya karena menunggu waktu yang tepat, Alfred tidak ingin kepeduliannya Floryn artikan sebagai rasa kasihan dan berpikir Alfred memandangnya sebagai gadis yang lemah.“Minumlah.” Alfred menyerah
Lebih dari sepuluh truk logistik bergerak keluar dari kapal yang membawanya mendarat di dermaga terbesar kota North Emit. Perlu waktu satu hari lagi agar truk-truk itu bisa melewati perbatasan negara yang terlibat peperangan.Emier melepaskan topinya melihat ke penjuru arah, meneliti kesibukan dermaga yang dulu selalu menjadi pemandangan sehari-harinya kala masih hidup sederhana dan menjadi suami Rafaela.Rafaela..Menyebut nama itu didalam hatinya membuat Emier rindu akan kehadirannya yang tidak pernah sekalipun membuat Emier kecewa. Rafaela bukan hanya sekadar seorang isteri, dia juga teman masa kecilnya, seseorang yang benar-benar mendampingi Emier dari titik nol.Sepuluh tahun sudah kematian Rafaela..Emier masih ingat bagaimana raut sedih wajah Rafaela, matanya yang berkaca-kaca ketika Emier berbohong pamitan pergi bertugas kerja namun ternyata diam-diam menemui Issabel dan menemaninya pergi memeriksa kandungannya ke rumah sakit.Hari itu adalah hari terakhir Emier melihat wajahn
Rachel duduk dengan tangan bersedekap, wajahnya merah padam menahan amarah melihat Issabel yang terang-terangan keluar dari kamar Nolan sambil memperbaiki pakaiannya yang kusut masai. Setelah perselingkuhannya terbongkar, alih-alih menjaga sikap, justru Issabel semakin terang-terangan memerlihatkan hubungan gelapnya dengan Nolan yang semakin kuat dan tidak mudah untuk dipisahkan .Rachel menarik napasnya dalam-dalam, merasakan sesak yang menyakitkan dada begitu teringat akan ucapan Nolan, jika ternyata Erika adalah anaknya.Jika Erika adalah anak Nolan, bukankah itu artinya, hubungan gelap Issabel dan Nolan sudah terjadi jauh sebelum Nolan bekerja sebagai sopir? Nolan bekerja sebagai sopir pribadi ibunya tepat sejak Issabel hamil besar dan Emier tidak memperbolehkannya berekendara sendirian.“Rachel, ayo kita bicara,” ajak Issabel.“Tidak mau!” jawab Rachel dengan suara penuh tekanan. Rachel teramat marah, dia kecewa dan dia tidak terima dengan kenyataan jika Emier yang sudah banyak
Ketenangan villa menyambut kedatangan Alfred yang kembali masuk. Mata Alfred bergerak lembut menyapu penjuru tempat yang sunyi, mencari keberadaan Floryn yang tidak terlihat.Melewati satu persatu anak tangga, Alfred memasuki kamar utama villa. Samar-samar dia mendengar gemercik air di kamar mandi, menandakan Floryn ada disana.Alfred menuangkan anggur pada gelas kosong, pria itu duduk disebuah kursi panjang menghadap jendela besar yang mengarah langsung pada ladang bunga yang kini tersapu oleh kuningnya matahari sore.Aroma pekat anggur, lebih intens Alfred rasakan ketika dia menyesapnya perlahan.Sepasang mata keemasan yang diteduhi oleh bulu mata panjang dan lentik itu terlihat kosong, pikiran Alfred berkelana memikirkan suatu hal yang tidak akan pernah bisa dia ungkapkan kepada siapapun.Alfred menginginkan perubahan, dan sepertinya perubahan hanya akan terjadi jika setelah dia menjadi pewaris sutuhnya dan mengambil semua keputusan penting, termasuk mengakhiri hubungannya dengan