Inayah dan bi Ratih kembali masuk ke dalam kamar Jayden. Laki-laki itu tadi berteriak, dan sekarang matanya menatap tajam ke plafon. Giginya bergemeretak dan tangannya mengepal, kini lengan tangan itu di gigitnya kuat hinga berbekas dan hampir saja mengelupas kulitnya dan mengeluarkan darah.Inayah langsung berlari dan menarik tangan Jayden dengan kuat, dia berteriak pada bi Ratih agar membantunya memegangi tangan Jayden."Bi, tolong tarik tangan tuan Jayden. Jangan sampai tangannya di gigit lagi, ini hampir terluka dan mengeluarkan darah." ucap Inayah pada bi Ratih."Iya Inayah, tapi bagaimana kalau di ikat saja tangannya?" tanya bi Ratih, dia takut Jayden kembali menggigit lengan tangannya lagi."Pegang saja dulu yang kuat, setelah melemah kekuatannya kita lepas dan bila perlu di ikat kedua tangannya." kata Inayah lagi."Kamu pikir aku ini narapidana yang harus di borgol?!" teriak Jayden."Di ikat tangan anda supaya tidak anda tidak menggigit lagi. Bisa terluka dan nanti anda akan s
"Anda mau apa tuan?" tanya Inayah pada asisten Ronan.Laki-laki bertubuh tegap dan berpakaian rapi berjas biru navi tersebut menatap datar pada Inayah. Laki-laki itu menelisik penampilan dan wajah Inayah, dia melihat gadis di depannya baru di lihatnya di rumah Jayden."Nona siapa?" tanya Ronan."Saya ...""Maaf tuan Ronan, dia ini perawat tuan Jayden. Sekarang tuan Jayden sedang tidur tenang, mohon tuan Ronan jangan ganggu tuan Jayden." kata bi Ratih menanggapi asisten Ronan."Hmm, perawat tuan Jayden. Apa kamu itu yang di tunjuk oleh dokter Andrew?" tanya asisten Ronan."Ya tuan Ronan, maaf jika saya lancang. Saat ini tuan Jayden sedang istirahat, dia baru saja tidur." kata Inayah."Saya mau minta tanda tangan tuan Jayden, ini mendesak. Jadi tuan Jayden harus menanda tangani berkas yang saya bawa ini, sebaiknya jangan menghalangi saya untuk urusan perusahaan. Jika ada apa-apa, kamu yang akan bertanggung jawab." kata asisten Ronan."Tuan Ronan, saya juga minta maaf. Kesehatan tuan Jay
Ronan kembali ke rumah Jayden, berkas di tangannya sudah siap untuk di tanda tangani laki-laki itu. Mobil melaju kencang, berharap gadis perawat Jayden tidak ada di rumah bosnnya, karena semuanya sudah di siapkan sejak kemarin barang yang setiap kali datang kesana dia berikan.Tak lama, mobil memasuki halaman rumah besar milik Jayden. Matanya menatap ke arah pintu rumah yang tertutup, tapi kini terbuka dan muncul bi Ratih berdiri di depan itu sambil menatap ke arah Ronan yang masih dalam mobil.Ronan mendengus kasar, tapi dia tetap turun dari mobilnya. Memegangi berkas di tangannya, siap untuk meminta tanda tangan pada Jayden. Langkahnya cepat dan berat, menyapa perempuan yang sudah bekerja di rumah Jayden selama dua puluh tahun sejak Jayden masih remaja tanggung."Tuan Jayden sedang tidak istirahat kan bi Ratih?" tanya Ronan masuk ke dalam rumah."Sedang makan tuan Ronan, di temani Inayah di dalam kamarnya." jawab bi Ratih.Ronan berhenti, menatap ke lantai atas lalu menarik napas ka
Jayden menyembunyikan barang itu dalam kantongnya setelah Inayah keluar dari kamarnya. Dia benar-benar takut jika barang yang di berika oleh Ronan di ambil lagi oleh perawatnya itu."Sial, dia curiga denganku. Aku harus menyembunyikan barang ini agar tidak di buang olehnya." ucap Jayden.Jayden bangkit dari duduknya, melangkah mondar mandir antara walk in kloset dan kamar mandi. Dia bingung mau menyembunyikan di mana barang itu agar tidak di ketahui oleh Inayah. Tapi kemudian dia ingat perkataan Ronan, harus di sembunyikan di bawah kasurnya. Agar Inayah tidak mengetahuinya.Setelah berpikir, Jayden menuju ranjangnya lagi. Mengangkat kasur busanya yang berat baginya karena tenaganya berkurang akibat menyusutnya tubuhnya. Napasnya tersengel ketika selesai mengangkat kasur dan menyembunyikan barang terlarang itu. Dia duduk di sisi ranjang sambil menarik napas panjang."Huh, kenapa tenagaku jadi lemah ya." ucapnya.Dia meraih gelas berisi air putih lalu menenggaknya sampai habis. Di letak
"Hentikan Jayden!" Suara laki-laki yang berteriak pada Jayden itu menggema di kamarnya. Dia dan Inayah menoleh ke arah sumber suara, Jayden mendengus kesal. Inayah pun berjalan mendekat pada dokter Andrew yang tadi berteriak pada Jayden. Beruntung plastik berisi serbuk putih itu masih di genggam oleh Inayah, gadis itu menyerahkan serbuk itu pada dokter Andrew.Dokter Andrew melebarkan matanya, dia mengambil serbuk putih dari tangan Inayah. Dia kesal sekali kenapa Jayden mendapatkan barang itu lagi, dokter Andrew pun mendekat pada Jayden. Menarik napas panjang karena kesal pasien yang dia tangani masih bisa mendapatkan barang itu lagi."Dari mana ini Jayden?" tanya dokter Andrew menatap tajam pada Jayden."Jangan ikut campur!" ucap Jayden balik menatap tajam pada sahabatnya itu."Dari mana barang ini Jayden?!" teriak dokter Andrew mengulang pertanyaannya."Untuk apa kamu tahu?! Bahkan kamu sebagai sahabat tidak bisa mengerti aku, aku hanya butuh barang itu!"Plak!Dokter Andrew menamp
Inayah dan dokter Andrew sepakat untuk memasang cctv di kamar Jayden, tujuannya untuk merekam Ronan yang datang ke kamar laki-laki yang sudah mulai membaik. Karena barang yang kemarin di ambil itu sudah di bakar, Jayden pun sudah lebih baik dalam satu minggu setelah ketahuannya kembali akan mengkonsumsi barang terlarang. Dan sejak saat itu dia memutuskan untuk menghentikannya sendiri, tidak mau terjebak dengan barang itu lagi.Dia ingat akan ucapan Inayah waktu itu, jika tubuhnya bukanlah miliknya seutuhnya. Tubuhnya milik Tuhannya yang sudah menciptakannya begitu sempurna, masa harus di rusak begitu saja. Belum lagi ketika Inayah mengatakan akan dapat balasan dari Tuhan bagi yang sengaja merusak ciptaan Tuhannya."Tuhan akan marah tuan, anda akan terhisab dan di masukkan ke dalam neraka jahanam. Anda kesusahan di dunia, masa iya harus kesusahan di alam baka juga. Setidaknya, tuan perbaiki niat untuk menjaga tubuh anda dari barang yang bisa merusaknya. Jangan lakukan lagi mengkonsumsi
Jayden kaget melihat plastik kecil berisi serbuk putih yang tadi di berikan oleh Ronan. Dia menatap tajam, kemudiam mendengus kasar dengan sikap Inayah yang tiba-tiba mengambil plastik berisi serbuk putih itu."Kamu lancang Inayah," ucap Jayden kesal."Maafkan saya, tapi saya harus menjauhkan anda dari barang ini. Bukankah anda sudah janji akan meninggalkan barang- barang ini lagi?" tanya Inayah."Tapi bukan berarti begitu caranya, aku tidak suka kamu main serobot begitu!" ucap Jayden."Maafkan saya, lain kali saya akan memintanya langsung tanpa mengambil paksa begini. Itu jika anda mau memberikannya dengan suka rela, tapi jika menolaknya. Terpaksa saya akan merampasnya, tuan," ucap Inayah lagi."Sudahlah, buang saja barangnya," ucap Jayden."Tidak, saya akan bakar barang ini. Selama ini yanh saya lakukan pasa barang itu ya di bakar," ucap Inayah."Terserah kamu," ucap Jayden.Dia mendengus kasar, dia duduk lagi di bangku panjang. Inayah memasukkan barang tersebut ke dalam kantong baj
"Besok aku akan kembali ke kantor," ucap Jayden dengan pasti.Inayah menoleh ke arahnya, tampak kaget. Tapi kemudian dia tersenyum senang akhirnya tuannya sudah mulai punya semangat baru. Tidak sia-sia dia terua memberi sugesti dan nasehat meski memang sering sekali Jayden mencibir dan membentaknya, itu bagian dari pekerjaannya mencoba membimbing Jayden jadi lebih baik dan tidak memikirkan tentang barang itu lagi."Itu bagus tuan, anda harus semangat dalam bekerja. Jangan memikirkan apa pun tentang barang itu, ingat dengan diri anda yang sangat berharga. Jangan lagi terpuruk dengan nasib dan cinta yang tidak berpihak pada anda, yang terpenting anda harus tetap hidup dengan baik. Jangan lagi melampiaskan kekecewaan anda pada barang tersebut, itu akan merusak ...""Ya ya ya, Inayah. Akan merusak ciptaan Tuhan, itukan yang kamu mau ucapkan?"Inayah menatap lama Jayden, bibirnya menyungging. Kemudian kembali tertawa kecil, sangat senang apa yang di ucapkannya dulu masuk dan menempel di in