Jayden kaget melihat plastik kecil berisi serbuk putih yang tadi di berikan oleh Ronan. Dia menatap tajam, kemudiam mendengus kasar dengan sikap Inayah yang tiba-tiba mengambil plastik berisi serbuk putih itu."Kamu lancang Inayah," ucap Jayden kesal."Maafkan saya, tapi saya harus menjauhkan anda dari barang ini. Bukankah anda sudah janji akan meninggalkan barang- barang ini lagi?" tanya Inayah."Tapi bukan berarti begitu caranya, aku tidak suka kamu main serobot begitu!" ucap Jayden."Maafkan saya, lain kali saya akan memintanya langsung tanpa mengambil paksa begini. Itu jika anda mau memberikannya dengan suka rela, tapi jika menolaknya. Terpaksa saya akan merampasnya, tuan," ucap Inayah lagi."Sudahlah, buang saja barangnya," ucap Jayden."Tidak, saya akan bakar barang ini. Selama ini yanh saya lakukan pasa barang itu ya di bakar," ucap Inayah."Terserah kamu," ucap Jayden.Dia mendengus kasar, dia duduk lagi di bangku panjang. Inayah memasukkan barang tersebut ke dalam kantong baj
"Besok aku akan kembali ke kantor," ucap Jayden dengan pasti.Inayah menoleh ke arahnya, tampak kaget. Tapi kemudian dia tersenyum senang akhirnya tuannya sudah mulai punya semangat baru. Tidak sia-sia dia terua memberi sugesti dan nasehat meski memang sering sekali Jayden mencibir dan membentaknya, itu bagian dari pekerjaannya mencoba membimbing Jayden jadi lebih baik dan tidak memikirkan tentang barang itu lagi."Itu bagus tuan, anda harus semangat dalam bekerja. Jangan memikirkan apa pun tentang barang itu, ingat dengan diri anda yang sangat berharga. Jangan lagi terpuruk dengan nasib dan cinta yang tidak berpihak pada anda, yang terpenting anda harus tetap hidup dengan baik. Jangan lagi melampiaskan kekecewaan anda pada barang tersebut, itu akan merusak ...""Ya ya ya, Inayah. Akan merusak ciptaan Tuhan, itukan yang kamu mau ucapkan?"Inayah menatap lama Jayden, bibirnya menyungging. Kemudian kembali tertawa kecil, sangat senang apa yang di ucapkannya dulu masuk dan menempel di in
Inayah masih melongo dengan ucapan Jayden tadi. Berpikir apakah laki-laki itu hanya mengertak dan bercanda saja."Aah, kenapa aku harus memikirkannya dan melakukannya?" gumam Inayah.Dia masuk ke dalam rumah lagi, sangat lega sebenarnya sang majikan sudah bisa berangkat ke kantor lagi. Meski dia tidak tahu apa saja yang di kerjakam oleh Jayden di kantor, kemarin katanya asistennya sedang berkunjung ke proyek di mana kerja sama di lakukan dan sedang di kerjakan proyek kerja sama itu.Inayah tidak tahu bentuk kerja sama seperti apa, tapi mungkin Jayden merasa ada yang janggal jadi dia harus datang ke kantor tanpa sepengetahuan asistennya. Mungkin juga karyawan kantor, karena selama tujuh bulan lebih Jayden tidak masuk kerja lagi."Tuan Jayden sudah pergi?" tanya bi Ratih ketika Inayah kembali duduk dan meneruskan saparan paginya."Sudah, dia pergi terburu-buru. Tapi tadi memintaku untuk datang ke kantornya siang ini membawakan makanan," jawab Inayah dengan santai menyuap makanannya."Ap
Pembicaraan Marisa dengan Ronan di telepon di ketahui Jayden. Laki-laki itu mendengus kasar, ternyata benar ada sesuatu yang di kerjakan Ronan tanpa sepengetahuannya. Berarti Ronan telah melakukan kecurangan di perusahaannya. Beberapa laporan dia ambil dan memeriksannya.Benar saja, ada banyak kejanggalan di sana, dia menarik napas panjang. Ada rasa menyesal kenapa dia mau di ajak ke klub malam waktu itu oleh asistennya, ternyata ada maksud lain dari ajakannya itu. Apa lagi mengetahui dirinya yang kesal dan kecewa akan sahabatnya juga kekasihnya."Sejak kapan Ronan melakukan ini? Apa sejak aku tidak datang ke kantor?" ucap Jayden.Dia masih memeriksa berkas-berkas laporan yang di buat oleh bagian keuangan itu. Banyak sekali yang harus dia periksa, apa lagi di bagian gudang yang memang selalu menyalurkan barang produksi dari pabrik yang menyediakan untuk kebutuhan pembangunan dari sebuah proyek.Perusahaan Jayden memang bergerak di bidang penyediaan produksi aluminium dan juga besi. Sa
"Waah, pasienku sudah bisa masuk kerja lagi."Suara dari pintu yang terbuka membuat kaget Inayah dan Jayden. Keduanya menoleh, Inayah tersenyum sedangkan Jayden berdecak kesal. Dia masih mengunyah makanannya di mulutnya hingga habis, kemudian mengambil gelas berisi air putih.Dokter Andrew, laki-laki itu duduk di depan Jayden dan Inayah dengan senyuman mengembang di bibirnya. Dia senang akhirnya Jayden bisa masuk kantor lagi, janjinya pada tuan Andra menyembuhkan Jayden dalam waktu dua bulan kini selesai hanya dalam waktu satu bulan setengah saja. Itu pun di bantu oleh Inayah yang jadi perawat Jayden."Kamu sudah lebih baik, Jayden?" tanya dokter Andrew memperhatikan kotak makan yang hanya sisa sayur saja."Kamu lihat sendiri, aku sudah lebih baik. Terima kasih kamu bersabar menghadapiku," kata Jayden dengan tulus."Ya, aku tidak akan membiarkan sahabatku terpuruk dan akhirnya jauh melangkah ke jalan yang tidak baik. Tapi bukan hanya sama aku, kamu juga harus berterima kasih sama Inay
Malam ini, Inayah sedang duduk setelah selesai sholat isya. Dia duduk termenung sambil memikirkan sesuatu. Entah apa, tapi akhir-akhir ini dia sering banyak diam. Bahkan berusaha menjauh dari Jayden.Sejak dia menjadi asisten laki-laki itu sewaktu masih jadi pecandu, bahkan dia sering di bentak dan juga di kata-katai kasar. Dan semua sudah berlalu, Jayden sudah berubah. Waktu pertama kali masuk ke kantor, dia sangat terkejut dan senang. Tapi akhirnya memintanya untuk membawakan makan siang ke kantor.Kini, sudah hari ke lima puluh tiga.tinggal satu minggu dia tinggal di rumah Jayden sebagai perawatnya. Meski laki-laki itu sudah sepenuhnya sembuh, tapi ada kalanya dia khawatir dengan keadaan Jayden. Apa lagi kini Ronan sudah kembali ke kantor, dan hampir perseteruan itu terjadi di kantornya.Jayden murka dengan tindakan Ronan yang seenaknya saja menerima kerja sama dengan pihak yang belum di kenalnya. Setelah di telusuri ternyata perusahaan itu hanya fiktif dan memang Ronan sedang memb
"Inayah, kamu di dalam?"Satu suara mengagetkan lamunan Inayah tentang tadi siang, dia bergegas bangkit dan langsung menuju pintu kamar tanpa melepas mukenanya. Membuka pintu dan sudah pasti dari suaranya, laki-laki berdiri di depannya dengan menatapnya."Ada apa tuan memanggil saya?" tanya Inayah pada Jayden di depannya."Kamu sedang apa? Kok masih mengenakan mukenah, mau sholat?" tanya Jayden."Saya selesai sholat tuan, ada apa memangnya anda mencari saya?" tanya Inayah."Kamu sudah makan?" tanya Jayden lagi."Sebelum sholat isya tadi saya sudah makan malam lebih dulu, tuan," jawab Inayah."Waah, sayang sekali," ucap Jayden sedikit kecewa."Memangnya ada apa? Dari tadi saya bertanya pada tuan, tapi selalu saja tidak dapat jawaban," ucap Inayah."Hmm, aku mau ajak kamu makan di luar. Ya, sebagai rasa terima kasihku sama kamu yang telah merawatku," jawab Jayden.Inayah diam, Jayden menunggu jawaban dari Inayah. Tapi gadis itu masih diam saja."Inayah?""Emm, apa harus ya berterima kas
Lambaian tangan dokter Andrew pada Jayden dan Inayah ketika keduanya terlihat mencari sosok dokter tampan tersebut. Mereka pun menghampiri laki-laki yang memakai kemeja biru muda dengan lengan di gulung tiga perempat. Dokter Andrew meletakkan jasnya di senderan kuris, dia tampak masih memakai baju tadi pagi."Sudah sejak tadi?" tanya Jayden duduk di depan, Inayah masih berdiri. Dia bingung di antara dua laki-laki duduk itu, apa itu etis baginya?"Kenapa kamu berdiri saja?" tanya Jayden heran."Apa saya duduk di sini? Apa lebih baik duduk di kursi lain, di sana misalnya," kata Inayah."Heh, aku ajak kamu makan bareng. Kenapa kamu mau duduk terpisah? Sudah, jangan membantah. Duduk saja di sini," kata Jayden menunjuk dengan tangannya kursi di sebelahnya.Inayah menarik napas panjang, melirik dokter Andrew kemudian dia duduk setelah dokter Andrew memberi kode padanya untuk duduk.Suasana malam ini tampak tenang di restoran langganan Jayden ketika dulu masih pacaran dengan Marlyn. Laki-lak