Inayah masih melongo dengan ucapan Jayden tadi. Berpikir apakah laki-laki itu hanya mengertak dan bercanda saja."Aah, kenapa aku harus memikirkannya dan melakukannya?" gumam Inayah.Dia masuk ke dalam rumah lagi, sangat lega sebenarnya sang majikan sudah bisa berangkat ke kantor lagi. Meski dia tidak tahu apa saja yang di kerjakam oleh Jayden di kantor, kemarin katanya asistennya sedang berkunjung ke proyek di mana kerja sama di lakukan dan sedang di kerjakan proyek kerja sama itu.Inayah tidak tahu bentuk kerja sama seperti apa, tapi mungkin Jayden merasa ada yang janggal jadi dia harus datang ke kantor tanpa sepengetahuan asistennya. Mungkin juga karyawan kantor, karena selama tujuh bulan lebih Jayden tidak masuk kerja lagi."Tuan Jayden sudah pergi?" tanya bi Ratih ketika Inayah kembali duduk dan meneruskan saparan paginya."Sudah, dia pergi terburu-buru. Tapi tadi memintaku untuk datang ke kantornya siang ini membawakan makanan," jawab Inayah dengan santai menyuap makanannya."Ap
Pembicaraan Marisa dengan Ronan di telepon di ketahui Jayden. Laki-laki itu mendengus kasar, ternyata benar ada sesuatu yang di kerjakan Ronan tanpa sepengetahuannya. Berarti Ronan telah melakukan kecurangan di perusahaannya. Beberapa laporan dia ambil dan memeriksannya.Benar saja, ada banyak kejanggalan di sana, dia menarik napas panjang. Ada rasa menyesal kenapa dia mau di ajak ke klub malam waktu itu oleh asistennya, ternyata ada maksud lain dari ajakannya itu. Apa lagi mengetahui dirinya yang kesal dan kecewa akan sahabatnya juga kekasihnya."Sejak kapan Ronan melakukan ini? Apa sejak aku tidak datang ke kantor?" ucap Jayden.Dia masih memeriksa berkas-berkas laporan yang di buat oleh bagian keuangan itu. Banyak sekali yang harus dia periksa, apa lagi di bagian gudang yang memang selalu menyalurkan barang produksi dari pabrik yang menyediakan untuk kebutuhan pembangunan dari sebuah proyek.Perusahaan Jayden memang bergerak di bidang penyediaan produksi aluminium dan juga besi. Sa
"Waah, pasienku sudah bisa masuk kerja lagi."Suara dari pintu yang terbuka membuat kaget Inayah dan Jayden. Keduanya menoleh, Inayah tersenyum sedangkan Jayden berdecak kesal. Dia masih mengunyah makanannya di mulutnya hingga habis, kemudian mengambil gelas berisi air putih.Dokter Andrew, laki-laki itu duduk di depan Jayden dan Inayah dengan senyuman mengembang di bibirnya. Dia senang akhirnya Jayden bisa masuk kantor lagi, janjinya pada tuan Andra menyembuhkan Jayden dalam waktu dua bulan kini selesai hanya dalam waktu satu bulan setengah saja. Itu pun di bantu oleh Inayah yang jadi perawat Jayden."Kamu sudah lebih baik, Jayden?" tanya dokter Andrew memperhatikan kotak makan yang hanya sisa sayur saja."Kamu lihat sendiri, aku sudah lebih baik. Terima kasih kamu bersabar menghadapiku," kata Jayden dengan tulus."Ya, aku tidak akan membiarkan sahabatku terpuruk dan akhirnya jauh melangkah ke jalan yang tidak baik. Tapi bukan hanya sama aku, kamu juga harus berterima kasih sama Inay
Malam ini, Inayah sedang duduk setelah selesai sholat isya. Dia duduk termenung sambil memikirkan sesuatu. Entah apa, tapi akhir-akhir ini dia sering banyak diam. Bahkan berusaha menjauh dari Jayden.Sejak dia menjadi asisten laki-laki itu sewaktu masih jadi pecandu, bahkan dia sering di bentak dan juga di kata-katai kasar. Dan semua sudah berlalu, Jayden sudah berubah. Waktu pertama kali masuk ke kantor, dia sangat terkejut dan senang. Tapi akhirnya memintanya untuk membawakan makan siang ke kantor.Kini, sudah hari ke lima puluh tiga.tinggal satu minggu dia tinggal di rumah Jayden sebagai perawatnya. Meski laki-laki itu sudah sepenuhnya sembuh, tapi ada kalanya dia khawatir dengan keadaan Jayden. Apa lagi kini Ronan sudah kembali ke kantor, dan hampir perseteruan itu terjadi di kantornya.Jayden murka dengan tindakan Ronan yang seenaknya saja menerima kerja sama dengan pihak yang belum di kenalnya. Setelah di telusuri ternyata perusahaan itu hanya fiktif dan memang Ronan sedang memb
"Inayah, kamu di dalam?"Satu suara mengagetkan lamunan Inayah tentang tadi siang, dia bergegas bangkit dan langsung menuju pintu kamar tanpa melepas mukenanya. Membuka pintu dan sudah pasti dari suaranya, laki-laki berdiri di depannya dengan menatapnya."Ada apa tuan memanggil saya?" tanya Inayah pada Jayden di depannya."Kamu sedang apa? Kok masih mengenakan mukenah, mau sholat?" tanya Jayden."Saya selesai sholat tuan, ada apa memangnya anda mencari saya?" tanya Inayah."Kamu sudah makan?" tanya Jayden lagi."Sebelum sholat isya tadi saya sudah makan malam lebih dulu, tuan," jawab Inayah."Waah, sayang sekali," ucap Jayden sedikit kecewa."Memangnya ada apa? Dari tadi saya bertanya pada tuan, tapi selalu saja tidak dapat jawaban," ucap Inayah."Hmm, aku mau ajak kamu makan di luar. Ya, sebagai rasa terima kasihku sama kamu yang telah merawatku," jawab Jayden.Inayah diam, Jayden menunggu jawaban dari Inayah. Tapi gadis itu masih diam saja."Inayah?""Emm, apa harus ya berterima kas
Lambaian tangan dokter Andrew pada Jayden dan Inayah ketika keduanya terlihat mencari sosok dokter tampan tersebut. Mereka pun menghampiri laki-laki yang memakai kemeja biru muda dengan lengan di gulung tiga perempat. Dokter Andrew meletakkan jasnya di senderan kuris, dia tampak masih memakai baju tadi pagi."Sudah sejak tadi?" tanya Jayden duduk di depan, Inayah masih berdiri. Dia bingung di antara dua laki-laki duduk itu, apa itu etis baginya?"Kenapa kamu berdiri saja?" tanya Jayden heran."Apa saya duduk di sini? Apa lebih baik duduk di kursi lain, di sana misalnya," kata Inayah."Heh, aku ajak kamu makan bareng. Kenapa kamu mau duduk terpisah? Sudah, jangan membantah. Duduk saja di sini," kata Jayden menunjuk dengan tangannya kursi di sebelahnya.Inayah menarik napas panjang, melirik dokter Andrew kemudian dia duduk setelah dokter Andrew memberi kode padanya untuk duduk.Suasana malam ini tampak tenang di restoran langganan Jayden ketika dulu masih pacaran dengan Marlyn. Laki-lak
"Jayden, tunggu!""Inayah, cepat!""Eh, iya tuan," ucap Inayah segera berjalan cepat meinggalkan kedua orang yang sedang berdiri menatap Jayden. Dua orang itu, ketika berpapasan dengan Jayden adalah Aldo dan Marlyn. Jayden tidak menyangka akan bertemu dengan kedua orang yang telah menghianatinya. Sebaliknya, Aldo dan Marlyn kaget dengan Jayden berada di restoran dengan seorang gadis berkerudung."Tuan? Apa dia pelayan Jayden?" gumam Marlyn masih syok dengan pertemuan tak terduga dengan mantan kekasihnya itu."Apa Jayden sudah sehat lagi?" ucap Aldo.Kedua orang yang sedang bingung dan penasaran itu masih terpaku lama di depan pintu masuk. Sehingga petugas jaga di depan pun menghampiri dan menyuruh keduanya untuk masuk ke dalam restoran."Al, apa kamu tahu kabar tentang Jayden? Bagaimana kabarnya? Tadi itu dia kelihatan sehat saja, ya meski kurus badannya," tanya Marlyn."Aku juga kaget sayang, beberapa bulan aku tidak menemuinya. Mungkin sudah tiga bulan sejak kita ke rumahnya waktu
Jayden menghentikan mobilnya, kilauan cahaya mobil di depannya itu membuatnya silau dan menyipitkan matanya. Begitu juga dengan Inayah, tangannya sengaja di tutupi ke wajahnya agar tidak menimpa langsung ke matanya."Siapa mereka tuan?" tanya Inayah menatap ke depan mobil yang berhenti di depan."Aku tidak tahu, mereka sepertinya memang mau menghalangi jalanku," kata Jayden masih memegangi kemudi.Mesin tidak mati, tapi lampunya juga ikut menyoroti mobil yang menghadang di depannya. Tidak jelas siapa yang menghadang jalannya, Jayden pun tidak sabar. Dia akhirnya keluar dari dalam mobil dan hendak menghampiri pengemudi mobil tersebut.Baru beberapa langkah dia mendekat, mobil hitam yang berhenti di depan Jayden itu mundur dan bergerak meninggalkan Jayden yang berdiri terpaku, menatap kepergian mobil hitam misterius itu. Jayden masuk lagi ke dalam mobilnya, bingung siapa penumpang mobil tadi itu."Anda mengenali pengemudinya tuan?" tanya Inayah."Tidak jelas, kaca mobilnya hitam. Apa la