Home / Romansa / Perawan Rasa Janda / 5. Kedekatan Dengan Jason

Share

5. Kedekatan Dengan Jason

Author: Mastuti Rheny
last update Last Updated: 2023-01-23 08:07:53

Aku benar-benar tak menduga kalau Jason akan mengajakmu mampir di sebuah restoran dan memborong makanan mahal.

“Kamu buat apa beli makanan sebanyak ini?” tanyaku heran menampakkan rasa keberatanku ketika Jason sedang membayar semua makanan yang dipesannya.

Jason hanya melirikku,  setelah itu dia menggandeng tangan lalu menyeretku keluar dari restoran.

“Saat di rumah nanti kamu nggak usah masak lagi, kasihan Ghara dan Ghana setiap hari harus makan masakanmu yang tidak enak itu.”

Jason berucap dengan sangat santai.

Aku segera menepuk pundaknya dengan kesal sembari membeliakkan mata.

“Kenapa dulu lu ikut makan di rumahku? Sekarang seenaknya bilang masakanku enggak enak.”

Aku memalingkan wajah sembari berdecih kesal.

Jason menanggapiku dengan tawanya yang lebar, sembari ia segera bergeser menjauh saat aku akan menghujaninya dengan cubitanku yang pastinya terasa pedas di kulit itu.

“Eh enggak deh, masakan kamu enak, tapi Ghara dan Ghana mungkin sedikit bosan makan, makanan rumah, jadi nggak ada salahnya kalau aku membelikan mereka makanan restoran. Kamu jangan tersinggung gitu dong.”

Aku masih membeliakkan mata ke arahnya.

“Tapi kamu tadi nggak bilang gitu, kamu bilang makanan aku nggak enak.”

“Iya deh maaf, aku tadi salah ngomong,” ucap Jason meralat sembari mengangkat kedua tangan.

Aku akhirnya membiarkannya dan tak lagi berusaha menyerangnya dengan cubitanku.

“Ayo kita segera pulang dan memberikan makanan ini pada Ghana dan Ghara,” ajak Jason cepat sembari segera masuk ke dalam mobil.

Aku segera mengikuti masuk ke dalam mobil jeep mahalnya yang besar itu, untuk melesat menuju rumah petak keluargaku, yang berada di sebuah lingkungan pinggiran yang kumuh.

***

Aku merasa sangat bahagia saat melihat ekspresi Ghara dan Ghana yang tampak bergembira saat menyantap semua masakan lezat yang sempat dibelikan Jason di sebuah restoran.

“Wah makanannya lezat sekali!” ungkap Ghara sembari menggigit pizza yang sudah diangsurkan di depan mulutnya.

Jason mengulas senyumnya saat melihat wajah gembira keponakan kembarku itu.

“Kalian makanlah sampai habis, kalau kalian masih pengen lagi, nanti aku akan belikan.”

Jason malah terus saja menawarkan.

Aku langsung menyergap Jason dengan tatapan tajam karena aku tak mau keponakanku jadi ketagihan dengan makanan mahal ini yang dengan keadaan keuanganku yang sekarang jelas aku tak mampu memberikan semua itu pada mereka.

“Kalian syukuri apa yang ada jangan serakah, jangan merepotkan Om Jason ya,” sergahku memperingatkan pada Ghana dan Ghara.

“Nggak apa juga Mala, aku malah senang mereka menyukai makanan yang aku belikan ini.”

Jason menanggapiku dengan ringan.

Aku kembali membeliakkan mata ke arahnya tapi Jason malah membalasku dengan ekspresi mengejek, dengan menjulurkan sedikit lidahnya.

Aku mendengus jengah ke arahnya.

“Biar kamu nggak uring-uringan kamu juga harus ikut makan,” ucap Jason sembari mengangsurkan sepotong pizza padaku, bahkan kemudian dia malah menyuapiku meski malah membuatku kedua pipi dan bibirku belepotan mozarella kala aku memalingkan wajah menghindari suapan Jason.

Tentu saja wajahku yang penuh dengan keju langsung memancing tawa si kembar juga senyuman yang tersungging di bibir bunda, yang sejak tadi hanya memandangiku dengan tatapan lekat saat melihat berinteraksi dengan Jason yang masih saja konyol sama seperti masa kami kecil dulu.

“Kamu itu apaan sih Jas, mulut aku jadi belepotan gini.”

Jason malah tersenyum lebar meski kemudian ia meraih sehelai tisu yang segera ia gunakan untuk mengusap wajahku.

Aku tercenung menjadi diam kala mendapati perhatian Jason yang manis.

Bunda yang masih memandangi kami mengulas senyumnya dengan lebih lebar.

Aku mulai dihinggapi malu yang membuatku menghindar dan langsung merampas tisu dari tangan Jason untuk aku gunakan menghapus mukaku sendiri.

Tapi Jason membiarkan.

Dia kembali mengambil tisu yang lain untuk membersihkan mukaku.

“Apaan sih Jas,  aku bisa sendiri,” sergahku sembari menarik wajahku menghindari usapannya.

“Nggak apa-apa juga Mala, Jason membersihkan muka kamu, dia kan tahu letak kotornya di mana,” celetuk bunda ringan sembari ikut mencicipi pizza yang dibawa Jason.

Lirikan mata bunda benar-benar menggelikan, aku tahu bunda ingin aku bisa menjalin kedekatan dengan Jason yang memang sejak lama sudah memberikan perhatian besar untuk keluarga kami.

Bunda bahkan sudah menganggap Jason seperti anaknya sendiri.

Tapi aku masih menanggapi dengan enggan bila mengingat keluarga Jason yang begitu menyepelekan keadaanku saat ini, terlebih pertemuanku yang terakhir dengan Tante Anggun, maminya Jason yang terang-terangan mengatakan bahwa aku adalah gadis miskin yang tidak selevel dengan Jason.

Kalimat yang sama itu juga aku dengar dari Vania, gadis yang digadang-gadang sudah disiapkan sebagai pendamping hidup Jason di masa depan. Gadis sombong yang terlalu sering mengucapkan kalimat nyinyir padaku.

“Enggak ah,  aku bersihkan sendiri aja, kamu jangan sentuh-sentuh lagi,” larangku tegas.

Jason akhirnya menyerah saat melihat tatapanku yang tajam meski seuntai senyum masih terselip di sudut bibirnya.

***

Menjelang sore Jason berpamitan pulang. Aku melepasnya sampai di ujung jalan, menuju mobil jeep besar kesayangannya yang akan selalu terparkir di sana setiap kali pria itu berkunjung ke rumahku.

“Besok kamu ada kuliah tidak?” tanya Jason sebelum dia memasuki mobil.

Aku yang sedang mendampinginya memberikan jawaban dengan anggukan kepala.

“Kalau begitu besok aku akan jemput kamu lagi,” ucap Jason cepat.

“Nggak usah Jas, kamu nanti repot, lagian aku besok mau ke rumah teman buat ngerjakan tugas.”

Aku melirik pada iris coklatnya yang sekarang memancarkan aura kecewa ketika mendengar penolakanku.

Bagaimanapun aku harus tetap mengurangi kedekatanku dengan Jason, aku tak mau Tante Anggun akan tiba-tiba melabrakku jika melihat aku terus menghabiskan waktu bersama Jason.

Kedatangan Jason sore ini saja sudah membuatku agak khawatir. Bisa saja kunjungan Jason sekarang diketahui oleh maminya dan pastinya akan membuatku harus berhadapan dengan wanita yang jelas-jelas menampakkan rasa tidak sukanya padaku itu.

“Udah sekarang kamu pulang aja,” pintuku tegas sembari membukakan pintu mobil untuknya.

Jason memindaiku lekat untuk beberapa saat.

“Kamu kan lagi sibuk skripsi sekarang, kamu harus fokus biar cepat diwisuda.”

“Andai kamu bisa kuliah lebih awal kamu pasti ikut mengerjakan skripsi sama seperti aku,” ungkap Jason dengan tatapannya yaang agak menerawang.

“Bisa kuliah walau baru semester dua, kamu udah sangat bersyukur Jas. Semua juga berkat jasa kamu, Tuhan sudah mengirim kamu buat keluarga aku.”

Aku semakin tak bisa melepaskan sorot mataku yang penuh arti pada sosok sahabat terbaikku itu.

“Terima kasih buat semua yang udah kamu beri ke keluargaku juga aku.”

Jason membalas tatapanku tapi kemudian dia malah mengacak rambutku yang kali ini aku biarkan tergerai dengan gemas.

“Kamu jangan melo kayak gini, nggak pantes,” sergah Jason sembari tersenyum lebar.

“Udah sana, kamu cepet pulang,” balasku sembari mendorong tubuh jangkung Jason agar segera memasuki mobil yang pintunya sudah aku buka.

Jason sedikit terkekeh ketika melihat semburat merah di wajahku, meski kemudian ia mulai memasuki mobilnya, benar-benar menuruti perintahku agar dia segera pulang.

Untuk beberapa saat aku menunggu mobil Jason yang sudah melaju hingga hilang di tikungan.

Baru setelah itu aku membalikkan badan berniat untuk kembali ke rumah.

Tapi nyatanya sekarang aku malah mendapati seseorang sedang menghadang jalanku, yang dengan sangat sukses mampu membuatku disergap kekagetan karena tatapannya yang tajam menyergap.

“Kita harus bicara!”

***

Related chapters

  • Perawan Rasa Janda   6. Tuduhan Keji

    “Kita harus bicara,” sergah wanita yang selalu sering mengumbar aset tubuhnya. Bahkan saat ini Vania membiarkan kaki jenjangnya terpampang dengan paha mulusnya haanya tertutupi separuh.Aku mendengus jengah ke arahnya dan menjadi sangat malas menghadapi sikapnya yang sering menyudutkan juga mengklaim Jason sebagai miliknya.Aku memilih melanjutkan langkahku alih-alih mengabulkan keinginannya.Sontak Vania mengikuti sembari menghentak-hentakkan kaki di tanah menunjukkan kekesalannya atas pengabaianku.Benar-benar kekanakan menurutku.“Aku nggak mau tahu pokoknya kamu harus jauhin Jason.”Aku memutar malas bola mataku ke arahnya dan mulai menghentikan langkah kala wanita yang sok cantik itu menarik pundakku dengan keras.“Jason dan aku akan tunangan, Tante Anggun yang sudah bilang semua ke aku tentang rencana ini.”Aku menyergap gadis manja di depanku itu dengan tatapan nyalang.“Trus kamu udah dapat persetujuan Jason tidak?” tukasku ketus.Vania tampak tergeragap. Aku membalasnya denga

    Last Updated : 2023-02-11
  • Perawan Rasa Janda   7. Sebuah Fitnah

    Dengan sangat antusias Vania segera membuka ranselku yang sudah aku lemparkan padanya. Raut mukanya yang sarkas benar-benar membuatku menaruh curiga.Aku merasa gadis itu sedang merencanakan sesuatu. Perasaanku benar-benar tidak enak. Terlebih saat aku ingat dia memasuki ruangan loker karyawan dengan gelagat yang sangat mencurigakan.Sampai kemudian Vania menemukan ponsel yang dicarinya itu yang secara ajaib bisa berada di dalam ranselku.“Ini apa?” Vania segera menyergapku dengan tatapan nyalang.Sementara semua orang kemudian menjadi terperangah ketika melihat apa yang sudah ditemukan Vania di dalam ranselku.Aku sendiri juga tak kalah kagetnya, meski kemudian aku mulai menatap gadis yang manipulatif yang sudah menjebakku dengan tuduhan yang sangat keji itu.“Emang mana ada pencuri ngaku, bisa penuh penjara kalau semuanya nga

    Last Updated : 2023-02-12
  • Perawan Rasa Janda   8. Lowongan Pekerjaan

    “Apa yang kamu lakukan di sini?” tanyaku pada sosok sahabatku sejak kecil itu yang sekarang sedang duduk di teras rumah bercengkerama bersama Ghana dan Ghara tapi raut mukanya jelas tampak sedang menantiku.Jason segera memusatkan perhatian padaku, memandangku dengan sangat dalam ketika aku sudah berdiri di hadapannya.“Apa aku tidak boleh mengunjungi sahabatku sendiri?” Jason berusaha menyunggingkan senyuman wajar terhadapku di tengah sikap waspadaku yang sekarang ingin menjaga jarak dengannya.Meski begitu aku tetap menemuinya dan duduk di bangku yang sama dengannya, sembari meladeni kedua keponakanku yang selalu akan bermanja padaku setiap kali aku baru pulang dari manapun.“Jas, sepertinya kamu harus membatasi kunjungan kamu ke sini,” ungkapku datar.Jason memandangku dengan sedih. Lelaki blasteran itu mulai menarik nafas panjang.&n

    Last Updated : 2023-02-13
  • Perawan Rasa Janda   9. Pria Bernama Gamal

    “Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya pria yang pernah aku lihat di jalan dulu sedang mengalami kesulitan dengan mobilnya. Gayanya masih saja dingin dan sarkas. Aku membalas tatapannya dengan tak kalah tegas. “Apa kamu nggak lihat kalau aku sedang kerja di sini? Kalau kamu, untuk apa sopir angkot kayak kamu berada di perkantoran elit ini?” Aku balas menyergah. Nyatanya sosok itu menanggapiku dengan tatapan yang semakin dingin meski aku sempat melihat sebuah seringai muncul di sudut bibirnya. “Kamu bilang aku sopir angkot?” “Lha yang kemarin emang mobil itu bukannya milik kamu?” Pria itu kemudian malah mencebik. “Jadi karena itu kamu menganggapku sopir angkot?” Aku mengedikkan bahu pelan. “Kalau nggak sopir angkot terus apa?” Pria itu malah ikut mengangkat kedua bahunya. “Terserah kamu menganggapku apa.” “Ya sudah, jangan sinis gitu dong.” Aku kembali melakukan pekerjaanku. Tapi nyatanya pria itu malah memindaiku dengan semakin lekat. Sama seperti yang sudah dilakukannya

    Last Updated : 2023-02-14
  • Perawan Rasa Janda   10. Gamal Yang Misterius

    “Pria mesum sebenarnya apa sih kerjaan kamu?” Aku bertanya dengan datar yang segera menarik tatapan pria bertubuh jangkung itu ke arahku. “Kamu menyebutku apa tadi?” Aku bergeming enggan mengulangi perkataanku. Tapi nyatanya pria itu malah melukis segaris senyuman samar yang terkesan misterius di mataku. “Sekali lagi aku mendengarmu, memanggilku pria mesum lihat apa yang akan aku lakukan padamu, hingga definisi pria mesum itu benar-benar akan sesuai dengan perkataan kamu.” Aku terhenyak ketika mendapati kerlingan matanya yang terunggah padaku. Entah mengapa aku malah menjadi takut. Tatapan pria itu terlalu mengintimidasi. Hingga aku enggan untuk menentang tatapan matanya lagi bahkan sampai kemudian pria itu melanjutkan langkahnya dan benar-benar pergi tanpa menjawab pertanyaanku tentang apa yang dikerjakan oleh lelaki itu di area gedung perkantoran ini, padahal kemarin aku sedang melihatnya berkutat dengan mesin mobilnya yang bobrok. Setelah pria berhidung sempurna itu berlal

    Last Updated : 2023-02-15
  • Perawan Rasa Janda   11. Keanehan Gamal

    “Dari mana kamu tahu kalau aku bekerja di bengkel sebelumnya? Siapa sih kamu itu?”Ketika mendengar cecaran pertanyaan dariku, pria yang memiliki dagu yang agak lancip itu malah membalas tatapanku dengan tenang, sembari memajukan wajahnya ke depan mendekatiku yang sedang duduk di hadapannya.“Apa kamu lupa kalau kemarin kamu sempat menolongku memperbaiki mobilku yang mogok? Dari caramu memperbaiki mesin siapapun pasti dapat menduga jika kamu adalah seorang montir.”Aku mendesah panjang.“Bagiku bekerja di mana pun tak akan menjadi masalah asal aku masih bisa menghasilkan uang untuk membiayai keluargaku. Aku memiliki tanggungan dua orang anak juga seorang ibu, belum lagi aku harus membayar kuliahku sendiri.”Lelaki itu kini ganti mengerutkan kening di depanku setelah menarik wajahnya mundur dariku.“Kamu memiliki anak?

    Last Updated : 2023-02-16
  • Perawan Rasa Janda   12. Sosok Pria Idaman

    “Hey, kenapa sih kalian melihat aku kayak gitu?”Aku segera mencecar teman-temanku yang kini malah bersikap sangat tak wajar itu.Senyuman mereka kemudian malah tampak dipaksakan, bahkan mereka sekarang menjadi canggung saat berinteraksi denganku.Hingga akhirnya sampai pada pembagian tugas dan aku berniat untuk melakukan tugasku seperti biasanya.Tapi kepala divisiku malah memerintahkan seorang temanku yang lain untuk segera membantu, melakukan pekerjaan yang biasanya aku lakukan sendirian.“Kenapa sekarang aku harus dibantu Pak? Aku kan biasa melakukan semua ini sendiri.”“Kami tak ingin kamu terlalu letih,” jawab kepala divisiku itu.Sontak aku berjengit sengit.“Maksud ucapan Bapak tadi apa ya?”Lelaki bertubuh gemuk itu agak tersen

    Last Updated : 2023-02-17
  • Perawan Rasa Janda   13. Bukan Lelaki Biasa

    “Kalau gitu coba bilang padaku, pria seperti apa yang menjadi pria idaman kamu?”Gamal seperti sedang memancingku.Aku menautkan alisku saat memandangnya meski kemudian aku berpaling ke depan mulai menatap nanar dengan pandangan menerawang.“Apa yang sedang kamu pikirkan sekarang? Apa kamu tidak punya kriteria pria idaman?”Aku bergeming ketika mendengar Gamal kembali bertanya. Mendadak sekarang aku teringat pada sosok kakakku yang selama ini aku tahu berusaha untuk menjadi suami terbaik juga seorang putra yang berbakti walau itu kadang mengukungnya dalam dilema.“Hey, kok kamu malah bengong.”Aku menanggapinya dengan kedikan tipis di bahuku.“Sebenarnya aku tak terlalu percaya pada pria,” gumamku pelan sembari mengingat tentang sosok ayahku sendiri yang brengsek.

    Last Updated : 2023-02-18

Latest chapter

  • Perawan Rasa Janda   124. Istri Yang Bahagia

    Sungguh aku tak menduga kalau Sherly akan mengambil jalan pintas yang jelas begitu bodoh.Ketika mendengar berita kematiannya karena bunuh diri, aku benar-benar tak habis pikir.Jadi ini rencana yang sempat dia isyaratkan beberapa waktu lalu, ketika kami berbicara setelah pernikahan ayah dengan bunda.Sherly lebih memilih mati dengan masih mempertahankan kecantikan yang selalu ia banggakan."Sherly, bangun ... !"Lola terus meraung di samping jenazah putri kesayangan, alih-alih mengaji demi menentramkan jiwa anaknya yang sudah berpindah alam.Bunda yang berada di sampingku, hanya melirik sekilas pada mantan madunya. Beliau lebih memilih untuk kembali meneruskan membaca surat Yasin.Aku juga tetap khusyu dengan bacaanku, mengabaikan tangisan Lola yang sudah terasa sangat mengganggu.Sampai akhirnya Sisca mendekat untuk menenangkan. Ketika Lola masih saja menjerit histeris, pada akhirnya Sisca memaksa mamanya untuk beranjak pergi."Ma, ayo ke atas saja, Mama bisa sepuasnya menangis di s

  • Perawan Rasa Janda   123. Proyek Penting

    “Kenapa, Mas?” Aku bertanya dengan penuh rasa penasaran. “Aku tak mau kamu tertulari penyakit kotor yang diderita wanita itu saat ini.” Aku terkesiap dengan wajah terperangah ketika mendengar apa yang dikatakan Gamal. “Maksud kamu apa Mas?” Gamal menatapku lurus. “Kemarin sebelum Tony berangkat ke Eropa untuk berobat, dia mengaku padaku kalau beberapa hari sebelum sakit dia sudah tidur dengan Sherly. Jadi aku menyarankan pada mantan saudara tiri kamu ini untuk melakukan pemeriksaan.” Gamal lalu menegaskan tatapannya pada Sherly yang sedang mendengus kesal padaku. “Perlu kamu tahu kalau sebenarnya Tony terinfeksi HIV, dan dia sekarang harus mendapatkan perawatan insentif di Jerman.” Sekarang malah Sherly yang tampak sangat terkejut dengan kedua matanya membeliak tajam ke arah Gamal.

  • Perawan Rasa Janda   122. Bantuan Gamal Untuk Sherly

    Aku dan Gamal benar-benar tak lagi bisa menghindari permintaan Umi Risa. Pada akhirnya kami mengantar beliau ke rumah sakit menemui Tony yang sekarang tampak semakin melemah bila dibanding saat kami terakhir kali melihatnya beberapa hari lalu.Umi Risa terus saja menjatuhkan air matanya, menjadi sangat tega melihat keadaan putra pertamanya yang sangat kesakitan.Ketika melihat kedatangan Umi Risa bersama kami berdua, Tony yang kian tirus itu tampak sangat kaget bahkan hanya bisa terperangah untuk beberapa saat dengan tatapan yang agak menegas ke arah Gamal sebagai isyarat ketidaksetujuannya atas keputusan Gamal untuk membawa Umi Risa ke rumah sakit.“Aku sudah tidak bisa menutupinya terlalu lama dari Umi,” ucap Gamal seakan menjawab pertanyaan yang terlontar dari tatapan Tony yang tajam.Tony menjawabnya dengan sebuah tarikan nafas panjang sembari ia menggerakkan kepalanya ke samping sepe

  • Perawan Rasa Janda   121. Kecemasan Umi Risa

    “Lalu dia kenapa sampai menangis seperti itu?”Aku tak bisa lagi menahan rasa penasaranku.“Kenapa kamu tak tanyakan saja sama dia?”Aku mendesah jengah melihat sikap suamiku yang masih saja sarkas dan sinis pada kakaknya yang bahkan sekarang masih saja menangis dengan sangat sedih.Aku langsung menegaskan tatapanku pada Gamal yang kemudian malah menanggapiku dengan kedikan di kedua bahunya.Tanpa menunggu lama aku langsung mendekati Tony, berusaha menenangkan pria itu sebisanya.“Jangan menakutkan apapun, percayalah Tuhan itu Maha Pengasih. Aku yakin kalau kamu bertobat dengan sungguh-sungguh Allah pasti akan mengampuni kamu.”Setelah itu aku mulai mengambil sekotak tisu dari atas nakas dekat ranjang dan menariknya beberapa lembar untuk aku ulurkan pada Tony yang sekarang sudah menatap ke

  • Perawan Rasa Janda   120. Permintaan Tony

    “Siapa sih Mas yang sakit?”Aku semakin tak sabar dan terus penasaran.Tapi kemudian Gamal malah menarik nafasnya sangat dalam.“Kamu bilang kemarin aku harus memperbaiki hubunganku dengan kakakku.”Aku sedikit mengernyitkan dahi.“Jadi Mas Tony sekarang yang sedang sakit? Dia sakit apa?” Aku segera mengunggah tebakanku.Gamal malah melirik tajam ke samping ke arahku yang juga sedang melekatkan tatapanku padanya.“Udah aku bilang jangan panggil dia Mas ... “Aku mendesah jengah. Dalam keadaan seperti ini Gamal masih saja posesif dan di depanku malah seringkali bersikap terlalu manja seperti anak kecil.“Iya, iya maksud aku Tony, dia sakit apa?” tanyaku lagi.“Penyakit yang aku yakin pasti akan membuatnya insyaf

  • Perawan Rasa Janda   119. Semakin Possesif

    Semua orang bersungguh-sungguh saling tarik menarik tali tambang, benar-benar berusaha untuk menjadi pemenang.Aku bersama timku yang tampak sangat antusias berusaha untuk memenangkan perlombaan.Sementara pihak Ela juga tak mau mengalah.Semua gigih berjuang hingga akhirnya aku bersama timku berhasil mengalahkan tim Ela.Tapi meski aku menang aku kemudian malah tak bisa menyeimbangkan diri, dan jatuh tersungkur, yang tak pernah aku sangka malah membuat semua orang panik, termasuk juga Gamal yang langsung mendekat untuk membawa tubuhku ke dalam gendongannya.Sikap Gamal yang terlalu berlebihan malah membuatku risih sendiri terlebih saat melihat tatapan iri dari karyawan Gamal yang lain.“Mas, turunkan aku, aku nggak apa-apa!” sergahku kesal dengan kedua kakiku bergelinjang meminta suamiku untuk menurunkan aku dari gendongannya.

  • Perawan Rasa Janda   118. Gathering

    “Sayang bagaimana kalau kita mulai melakukan program kehamilan?” Aku terkesiap menjadi tak bisa menyembunyikan kegusaranku. “Program hamil Mas?” Gamal menatapku kian tegas. “Kenapa, apa kamu keberatan?” “Kan aku tadi sudah bilang aku nggak mau hamil dulu dalam waktu dekat ini.” Aku menegaskan kalimatku. Gamal langsung mengenyit lugas memandangku dengan sorot matanya yang tajam. “Sekarang katakan padaku apa alasan kamu menunda kehamilan?” “Aku masih belum lulus Mas. Bahkan sebentar lagi aku akan sangat sibuk dengan skripsi. Aku nggak mau menunda semua itu lagi Mas.” “Mala, kalau soal kuliah kamu bisa menjalaninya setelah kamu melahirkan, aku janji kehadiran anak kita nantinya tidak merepotkan kamu sama sekali.” Gamal kian gigih meyakinkan aku. Aku menggeleng masih bersikeras dengan cita-citaku. “Sayang, aku tidak menyalahkan kamu yang masih ingin mempertahankan cita-cita kamu. Tapi aku juga minta kamu mempertimbangkan tentang status kamu sekarang.” Aku mendesah pelan dan m

  • Perawan Rasa Janda   117. Program Kehamilan

    “Yakin Mas, akan mengabulkannya?”Aku masih berusaha untuk memastikan.Gamal langsung mengiyakan dengan anggukan pasti sembari ia mulai membelai rambutku yang baru saja mendapat perawatan di salon mahal, yang sekarang aromanya menjadi harum semerbak.Aku masih menelisiknya dengan ragu.“Udah sayang, katakan saja.”“Kalau aku minta Mas Gamal baikan sama Mas Tony, apa Mas Gamal mau melakukannya?”Gamal sontak mengangkat punggungnya padahal tadi bersandar dengan sangat nyaman di sandaran sofa.“Sejak kapan kamu manggil Tony dengan sebutan Mas, kamu hanya boleh manggil sebutan Mas, padaku saja?”Gamal malah marah dengan panggilanku pada Tony, kakaknya satu ibu itu.“Kan panggilan Mas itu buat seorang lelaki yang lebih tua dari kita.”&

  • Perawan Rasa Janda   116. Pengakuan Gamal Yang Mengejutkan

    “Jadi sekarang kalian tinggalkan rumah ini, dan jangan pernah kembali.”Gamal kian menegas dengan tatapan yang sekarang terlihat begitu tajam.“Soal Sisca, dia itu anak kamu jadi urus saja dia sendiri, lagipula sekarang Adeo Pattinama berada di dalam penjara dan sudah tak bisa melakukan apapun seperti yang sudah kamu katakan tadi.”Gamal membalik ucapan Lola, yang membuat wanita itu kian kesal karena ucapannya malah menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.“Jangan bebankan Sisca pada Mala, meski Sisca dan istriku saudara satu ayah bukan berarti dia harus mengambil alih semua tanggung jawab tentang Sisca.”Lola dan Sherly terdiam mereka tampak sangat geram karena telah dikalahkan oleh Gamal yang terus membelaku tanpa jeda.Pada akhirnya tak ada lagi yang bisa mereka lakukan lagi kecuali berbalik pergi bersama Sisca yang kemud

DMCA.com Protection Status