Share

Pindahan

Penulis: Rini Ermaya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-02 20:09:14

Hari ini resmi mereka pindahan rumah. Celine telah memutuskan pilihan. Pertemuannya dengan Bisma waktu itu tidak menemukan titik temu. Mereka harus tahu diri, hanya menumpang. Sewaktu-waktu jika memang diperlukan, pemilik boleh mengusir.

"Meja yang itu sebelah sini, Pak. Nah, kalau yang ini digeser. Lemari di pojok aja." Dia menunjuk-nujuk supir truk dan anak buahnya untuk mengatur barang.

Diantar Siska dengan motor bebeknya, mereka berdua berkeliling mencari kontrakan. Dari pagi sampai sore, memutari kota dari ujung ke ujung. Mencari yang tidak terlalu jauh dari tempat kerja, tapi dengan harga yang terjangkau. Sehingga dia tidak perlu terlalu pusing memikirkan biaya untuk membayarnya. Mereka sengaja menukar hari off-nya supaya bisa libur bersamaan. Syukurlah, akhirnya dapat juga rumah ini. Rumah kayu tunggal, tidak terlalu besar dengan tiga kamar. Per bulan sewanya satu juta rupiah.

Dia memohon-mohon kepada pemilik rumah agar diberi keringanan untuk bisa membayar biaya sewa bulanan. Awalnya bapak itu tidak mau. Harus membayar per tahun. Namun ketika dia mengatakan untuk ditempati anak-anak yatim, si bapak akhirnya mengalah.

Malamnya mereka langsung mengangkut barang karena sudah tidak ada waktu lagi. Anak-anak sementara di jagakan Bik Onah dan Susi. Dia dan Siska menuju rumah baru itu.

Untunglah ada uang pemberian Abah Ummi. Dia membayar untuk sewa tiga bulan ke depan. Selebihnya untuk menyewa truk dan biaya operasional anak-anak. Masih ada sedikit untuk kebutuhan sehari-hari. Bisa bertahan saja sudah cukup baginya. Menabung apalaginl membawa anak-anak jalan ke pusat keramaian, mungkin untuk saat ini hanyalah mimpi belaka.

Sebenarnya Broto sudah menawarkan salah satu rumah kontrakannya untuk mereka tempati. Rumah itu berdempetan satu dengan yang lain, sedangkan dia akan membawa dua puluh anak-anak yang super aktif dan berisik. Bisa saja mengganggu tetangga yang lain.

Boleh gratis malah, tapi dengan syarat dia mau menerima lamarannya. Celine menolaknya, karena belum siap menikah. Apalagi dengan aki-aki seumuran Broto, yang lebih pantas menjadi ayah dari pada menjadi suaminya. Baginya sekarang, yang terpenting adalah masa depan anak-anak yang sudah menjadi tanggung jawabnya.

"Ayo, kita makan dulu." Siska datang membawa sekantong bungkusan berisi nasi dan es teh.

Celine, Siska, supir truk dan anak buahnya duduk bersila menikmati nasi bungkus yang isinya telur dadar, tumis kangkung dan sambal. Mereka makan dengan lahap. Ternyata, mengangkat dan memindahkan barang lumayan melelahkam juga. Setelah ini mereka harus kembali ke rumah lama untuk membawa anak-anak.

"Berapa semuanya, Sis?" Dia mengeluarkan dompet hendak membayar. Tak enak rasanya ditraktir terus sama teman. Sekalipun akrab, dia tahu sahabatnya juga unya kebutuhan sendiri.

"Udah ga usah. Ga apa-apa." tolak Siska halus. Walau sering merepotkan, Bagaimanapun juga Celine adalah sahabat satu-satunya. Tempatnya membagi cerita, suka dan duka.

"Jangan gitu." Gadis itu merasa tidak enak hati. Sudah terlalu banyak Siska membantunya. Sejak awal mereka kenal, tidak pernah keberatan berbagi berbagai macam hal, termasuk materi demi anak-anaknya.

"Udah. Aku kan juga sering kebagian makan siang gratis dari pacarmu itu. Anggap aja impas." Mereka tertawa geli saat mengingat Pak Broto.

Setelah selesai makan dan membersihkan ruangan, mereka segera bergegas kembali ke panti karena hari sudah sore.

"Ayo, Pak. Kita jemput anak-anak." Celine memberikan instruksi.

* * *

"Halo ... Gimana, Pak?" Bisma mengangkat telepon yang sedari tadi berdering.

"Oh, begitu. Jadi, mereka sudah mengosongkan tempatnya?" Tangannya bergerak memutar pulpen. "Baiklah. Kalau begitu proyek sudah bisa kita mulai, ya."

"Oke. Kita bisa lanjutkan nanti dipertemuan selanjutnya."

Klik. Sambungan telepon terputus.

Bisma menghela napas. Celine belum mau menyerah juga. "Seberapa kuat kamu sayang. Aku akan menunggumu." Senyum penuh arti tersungging di bibirnya.

Sekilas dia teringat akan kenangannya dulu, saat pertama kali mengenal gadis itu.

"Eh, eh ada maba cakep dah." Steven memulai cerita. Lelaki yang satu ini memang selalu up to date kalau bicara soal cewek cantik.

"Yang mana?" tanya Bisma penasaran.

Ada beberapa mahasiswi baru yang cantik dan menggoda. Dia sendiri sudah mengincarnya jauh-jauh hari. Seperti tahun-tahun sebelumnya, sudah menjadi kebiasaan mereka menandai salah satu untuk dijadikan pacar. Siapa sih yang tidak tahu? Anak pemilik yayasan gitu loh. Mana ada yang berani menolak. Malah dia selalu menjadi rebutan. Suatu kebanggaan bagi para wanita jika bisa menggandeng salah satu dari mereka.

Dasar player cap kapak.

"Nih, liatin." Steven mengeluarkan kamera sony terbarunya. Seraut wajah ayu nan lembut muncul menghiasi layar benda canggih itu. Mereka berlima berebutan melihat karena penasaran.

"Gue ga sengaja ngambil gambarnya pas moto kegiatan ospek." Dia memperlihatkan foto Celine kepada teman-temannya.

"Iya. Boleh juga, manis." Dave, salah satu diantara mereka ikut mengomentari.

"Biasa aja sih." jawab Bisma. "Culun, polos. Paling dari kampung." Mulutnya tidak bisa dijaga. Sayang sekali keluar dari seorang lelaki yang berwajah tampan dan berpendidikan.

"Wah, justru itu yang gue cari. Polos, culun, masih fresh, belum terjamah lelaki manapun. Pasti masih virgin." Steven mengedipkan mata.

Mendengar perkataan Steven, mereka tertawa terbahak-bahak. Beberapa bahkan menggelengkan kepala karena lucunya.

"Bolehlah. Ayu tenan rek." Arthur menggeser beberapa foto. Matanya masih terfokus melihat-lihat beberapa gadis itu.

"Ya, elu. Muka bule', lahir besar di Amerika. Pulang ke sini bahasa ibu keluar lagi. Dasar wong ndeso." Dion ikut menimpali dengan meniru logat bahasa Jawa yang sangat kental.

Teriakan semakin kencang. Tawa mereka bergema di cafe ini. Pengunjung yang lain sampai menoleh dan bertanya-tanya. Ada apa gerangan yang dibicarakan lima lelaki ini, sampai berisik sekali.

"Eh, gimana kalau kita taruhan ni cewek." Steven ngusulkan. Asyik juga kalau sesekali main begini.

"Yah, basi lu. Taruhan cewek mulu. Minum aja lu ga kuat. Maen PS kalah. Nonton bokep lu muncrat duluan." jawab Bisma ketus. Lelaki yang satu ini memang suka sekali bicara asal. T**o the point.

"Anjir lu. Ayolah buat seru-seruan aja. Bosen nih gue." Steven masih mencoba merayu teman-temannya.

"Gue males. Mending ke club, dapet yang cakep, sikat." Dave menolak. Dia anti pacaran. Tapi kalau ONS, demen banget. Menjalin hubungan serius dengan wanita itu merepotkan. Baginya, wanita itu lebih nyaman  dijadikan sebagai alat untuk bersenang-senang.

"Lagian taruhan begitu buang-buang waktu. Kita semua ni udah pada mau skripsi. Bisa di getok pala gue sama Babe." Arthur juga menolak. Tidak berminat sama sekali.

"Eh, biar aja gue payah kalau taruhan begitu. Tapi gue pemecah rekor. Bobol perawan. Lu semua pada belum pernah kan?" ejek Steven Memang begitulah kenyataannya.

"Iya, deh. Kalau yang itu kita ngaku." Dion berkata malas. Pengen sungkeman dengan temannya yang satu ini. Kalau perlu berguru, bagaimana caranya bisa mendapatkan pacar seorang perawan.

"Mantep, bro. Rasanya beda." Semua terdiam. Masing-masing membuang muka. Kalau sudah begini, mereka berempat merasa eneg dengan kelakuan Steven yang super kepedean.

"Lu boleh bangga dapet yang cakep bahenol di club. Tapi pas dipake rasanya ga enak. Beda sama yang virgin, apalagi dia masih malu-malu. Gemes gue." lanjut Steven. Membayangkannya saja membuat dia tidak tahan.

"Lah, napa jadi gue jadi mau," kata Arthur.

"Ah, banyak bacot. Lu kira, lu aja yang bisa dapet virgin. Gue juga bisa." Bisma terpancing emosi. Tidak terima dia. Dia ingin membuktikan bahwa dia juga bisa.

"Yaudah, lu berani gak?" Steven menantang.

"Okeh. Siapa takut!" jawab Bisma mantap.

"Wah, seru nih. Hadiahnya apaan?" Dave ikut menimpali.

"Kalau Bisma bisa dapetin tu cewek. Ambil ni kamera gue." Steven meletakkan kameranya di meja.

"Oke. Tapi lu yakin dia masih perawan?"

"Yakin gue." Lelaki itu memasang wajah serius dan meyakinkan.

"Kalau gak? Kita kan ga tau. Bisa aja muka polos tapi aslinya udah bobol."

"Gini aja. Kalau emang dia udah ga virgin pas lo tidurin, gue kasih lu tiket traveling ke Labuan Bajo. Kebetulan di travel Mama lagi ada promo."

Bisma mengangguk tanda setuju.

"Tapi kalau dia nolak lu, berarti gue yang menang. Lu bantu penelitian skripsi gue. Lu kan otaknya paling encer diantara kita berlima." Steven menepuk bahu Bisma.

"Gampang kalau skripsi itu. Gue punya udah kelar kok. Tinggal maju sidang."

"Nah, keren tuh. Tapi gue mau bukti. Kalau emang benar dia masih segel. Lu foto bekas darahnya."

"Sip. Tapi gue ga buru-buru, ya. Mau gue pacarin dulu tuh cewek. Pengen ngerasain pacaran sama cewek model begitu. Gue belum pernah."

"Deal?"

"Deal!" Mereka berdua bersalaman.

"Eh, siapa namanya?" Tanya Bisma penasaran.

"Celina Andini. Anak-anak manggilnya Celine."

Bisma tersenyum jumawa. Merasa dirinya yang akan memenangkan taruhan ini. Gadis polos begitu, pasti dengan cepat akan didapatkannya. Dia lupa, bahwa tak semua wanita bisa dipermainkan.

Kring ....

Lamunan Bisma terhenti saat terdengar suara telepon masuk. Kenangannya akan Celine dan masa-masa kuliah, tiba-tiba buyar saat melihat nama yang tertera di layar ponsel.

Mama.

"Halo ..." Dia menjawab panggilan dari istrinya. Sudah beberapa bulan ini mereka menjalani *long distance marriage.

"Mas masih di kantor*?"

"Iya, sayang. Kenapa?"

"Ga, cuma mau nelpon aja. Ngasih tau, Deva udah mulai masuk sekolah di sini. Play grup."

"Baguslah kalau begitu. Minta baby sitter-nya terus ngawasin, ya. Anak umur segitu, hati-hati jagainnya." Dia berpesan.

"Mas, jangan nakal ya selama aku pergi." Ada nada curiga dalam suaranya.

"Engga, lah. Jangan gitu sama suaminya," bisiknya mesra. Padahal dia telah merencanakan sesuatu, untuk menjerat wanita lain.

"Yaudah, nanti aku telpon mas lagi. Bubbye."

Klik ....

Sambungan telepon terputus. Bisma melipat kakinya. Tubuhnya bersandar di kursi. Tangannya terlipat di belakang kepala. Matanya terpejam. Membayangkan semua hal yang sulit diterima dengan nalar. Hal-hal yang beberapa bulan terakhir ini telah terjadi.

Apa yang sebenarnya telah kau lakukan? Dia bertanya pada diri sendiri. Hati kecilnya menjawab.

Aku akan memenangkan pertaruhan ini.

Bab terkait

  • Perawan Menjadi Taruhan   Putri

    "Lin. Liinnnn ..." Siska berlari ke belakang. Tanpa berpamitan lagi, dia langsung saja masuk ke gudang belakang tempat Celine ditugaskan."Apaan, sih? Kamu pake teriak-teriak. Berisik tau. Nanti dimarahin Pak Andre." Dia menghentikan pekerjaannya saat melihat Siska datang berlari-lari sambil berteriak. Seperti orang kesetanan saja."Ada Susi di depan. Katanya ada yang kecelakaan." Napas Siska terengah-engah saat menyampaikan pesan. Pasalnya, dia sendiri pun langsung berasa spot jantung ketika mendengar berita yang dibawa oleh Susi barusan."Ya ampun." Setengah berlari menuju depan mini market. Susi tampak seperti orang kalut. Mondar-mandir di depan sambil menggaruk kepala seperti orang kebingungan."Neng. Neng." Susi menangis terisak. Begitu melihat Celine dia langsung memeluknya erat. "Putri kecelakaan. Ditabrak lari sama motor," katanya terbata-bata.Wajah Celine langsung pucat mendengarnya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-02
  • Perawan Menjadi Taruhan   Usaha

    Andre memandang gadis di depannya ini dengan penuh rasa iba. Ingin membantu lebih banyak pun dia belum mampu. Sebagai atasan, dia hanya bisa mengupayakan yang terbaik sebisanya."Ini, bisa saya ajukan lewat koperasi. Mungkin prosesnya lama. Belum tentu disetujui. Lagi pula, jumlahnya tidak banyak. Maksimal hanya tiga jutaa. Itu juga nanti gaji kamu dipotong setiap bulan. Kamu mau?" Dia menjelaskan panjang lebar.Celine adalah karyawan yang sangat kritis jika menyangkut soal keuangan. Bonus dan luang lemburnya dia hafal jumlahnya, sekian koma sekian. Tidak boleh kurang kalau bisa lebih.Andre mengerti. Gaji segitu dipakai untuk menghidupi dan memberi makan banyak mulut. Jika dia menjadi Celine, Andre pasti akan stres setiap hari memikirkan bagaimana mengelolanya.Penghasilannya yang cukup lumayan saja masih terasa kekurangan jika menuruti kehendak istrinya di rumah. Entah bagaimana gadis itu bisa bertahan hidup

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-02
  • Perawan Menjadi Taruhan   Buntu

    Celine menceritakan semua kejadian di rumah Broto kepada Siska. Berdua mereka duduk di kantin bakso dan soto langganan tempat mereka makan siang. Kali ini Siska yang membayarkan. Biasanya setiap hari Broto mengantarkan makanan. Namun, sejak kejadian itu, dia tidak pernah muncul. Tidak ada ada makanan gratis lagi. Celine sendiri tidak membawa bekal. Alhasil, terdamparlah mereka di sini."Lin, Lin. Ngapain kamu ke situ sendirian. Kan bisa ngajakin aku." Siska tak habis pikir mengapa sahabatnya itu nekat berbuat itu, tanpa berdiskusi dulu dengannya."Aku udah ga tau lagi mau gimana. Aku bingung. Sementara tagihan terus berjalan. Ga mungkin kan, aku bawa putri kabur dari rumah sakit."Siska menggelengkan kepalanya. "Eh, si Broto mesum juga. Kupikir dia mau ngambil kamu baik-baik. Ternyata ..., ah dasar laki-laki semua begitu." Dia mengomel panjang lebar. Tak menyangka si bandot tua yang satu itu nekat juga. Tak bisa terbayangkan jika sesuatu terjadi pada Celine kare

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-02
  • Perawan Menjadi Taruhan   Pernikahan

    Siska mengetuk meja dengan gelisah. Kenapa jadi dia yang grogi, padahal yang mau bertemu Bisma kan Celine. Berkali-kali matanya melirik ke arah pintu cafe, namun, yang mereka tunggu belum datang juga. Celine sendiri pura-pura sibuk dengan ponselnya, untuk menutupi kegugupan."Celine?" Seorang pria menghampiri mereka.Mereka serentak mengangkat muka. Jantung Siska berdebar. Lidahnya kelu. Padahal dia yang tadi sangat semangat menemani Celine untuk menemui pria ini. Dia tidak mau kejadian di rumah Broto terulang lagi kepada sahabatnya. Bisa saja kan Bisma juga ikut nekat? Merayu sahabatnya kemudian menjebaknya. Jika sampai itu terjadi, dia yang akan mengahajar pria itu jika berani berbuat macam-macam."Lama menunggu?" Bisma mengambil tempat duduk di depan gadisnya. Pandangan matanya lekat penuh dengan cinta."Eh, engga kok," jawab Siska. Wajahnya tersipu malu. Kenapa pula dia yang jadi grogi?

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-02
  • Perawan Menjadi Taruhan   Pertaruhan

    "Cheers!"Suara dentingan gelas berisi minuman beralkohol terdengar bersahutan. Lima orang pria mature sedang bersulang merayakan sesuatu. Gelak tawa dan perbincangan hangat memenuhi ruangan itu. Beberapa wanita penghibur yang super seksi ikut meramaikan pesta mereka. Masing-masing duduk di pangkuan para pria itu. Kecuali satu orang, dia tokoh utamanya."Gilaaaa! Gue ga nyangka ternyata lu dapet juga. Keren, men." Arthur menepuk bahu Bisma. Lelaki yang ditepuk hanya tersenyum sedari tadi.Tersenyum jumawa."Lu masih inget aja ya, Bisma. Gue aja udah lupa. Udah lama banget kan, ya?" tanya Dave. Sambil berbincang, tangannya memeluk gadis dipangkuannya. Si wanita itu tersenyum senang.Sungguh menjijikkan."Ingetlahlah, men. Dia cakep begitu, gue juga kan pengen ngerasain gimana itu cewek." Bisma meneguk minumannya. Tidak. Dia tidak boleh teler malam ini. Ini kan malam pertama, kala

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-02
  • Perawan Menjadi Taruhan   Bulan Madu

    Sebuah kecupan di pipi membangunkan tidurnya. Celine menggeliat perlahan saat cahaya sinar matahari masuk ke kamar ketika gorden dibuka. Matanya mengernyit. Tangannya menutup wajah."Pagi, sayang."Aroma mint segar menguar di hidungnya. Siapa in yang mencium? Rasanya tadi malam dia sendirian. Setelah berkeliling melihat satu persatu bagian dari apartemen ini, dia langsung tertidur pulas.Perlahan Celine membuka mata, mendapati Bisma sedang tersenyum melihatnya. Lelaki itu memang tampan sejak dulu. Penampilannya bersih, wangi dan berkharisma."Eh pagi, Kak," jawabny malu-malu. Dia teringat bahwa sekarang sudah menjadi istri Bisma."Ayo sarapan. Nanti kita terlambat. Flight kita sebentar lagi."Bisma menarik lengan istrinya, berusaha memeluk, tapi Celine melepasnya karena malu, juga canggung."Iya. Aku mandi dulu. Sebentar, ya." Dia berjalan menuju kamar mandi. Bis

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-02
  • Perawan Menjadi Taruhan   Halal

    Celine menggeliat di bawah tindihan tubuh besar di atasnya. Lelaki ini penuh gairah, sehingga bernapas baginya pun sulit rasanya. Dia diserang dari berbagai arah. Dipuaskan dengan berbagai sentuhan, kecupan dan cumbuan yang menari-nari tiada henti.Tubuhnya bereaksi dengan sangat baik akan semua ini. Belum pernah merasakan sebelumnya, sehingga ketika pertama kali terjadi semua terasa luar biasa.Lelaki itu terengah-engah, sudah saat ingin menyatukan tubuh mereka sejak awal dia melucuti semua pakaian istrinya ini. Tapi dia bersabar. Menunggu ketika wajah cantik itu menganggukkan kepalanya. Memberikannya izin, dengan segera dia meng-eksekusi.Bisma merasakan surga dunia benar-benar ada di genggamannya. Utuh tak bercela. Penuh perjuangan untuk menggapainya, tapi dia tau, dialah lelaki paling berbahagia saat ini. Tetesan air mata celine menambah kebahagiaan di hatinya. Wajah yang meringis kesakitan, bibir yang digigit dengan m

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-12
  • Perawan Menjadi Taruhan   Menang

    Cheers!Suara dentingan gelas berisi minuman beralkohol terdengar bersahutan. Lima orang pria mature sedang bersulang merayakan sesuatu. Gelak tawa dan perbincangan hangat memenuhi ruangan itu.Kali ini tidak ada wanita penghibur diantara mereka. Hanyalah berhamparan berbagai makanan dan minuman sebagai teman mereka berpesta."Gila Bisma! Lu bikin gue ngiri banget dah. Keren, keren, keren, Men!" Arthur menepuk bahu lelaki di sampingnya."Gue gitu loh." Lelaki itu meletakkan sebuah foto bekas darah di seprai sebuah ranjang. Temannya yang lain, berebutan ingin melihatnya. Satu per satu bergantian dan berusaha meyakinkan.Untunglah lelaki ini pintar. Dia hanya memfoto bekasnya. Dia tidak mungkin mengabadikan istrinya yang sedang tertidur pulas. Bagaimana juga, kehormatan Celine harus dia jaga. Kehormatan istrinya merupakan kehormatannya juga. Timbullah rasa sayang dalam hatinya. Ah, persetan

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-12

Bab terbaru

  • Perawan Menjadi Taruhan   Akad Nikah (Ending)

    Di ruangan berukuran lima kali lima meter ini Celine berada, bersama beberapa keluarga dan tim rias. Harusnya ini tertutup dan tak boleh dimasuki banyak orang. Hanya saja beberapa orang kerabat penasaran dan ingin melihat bagaimana wanita itu didandan. Fatma sudah melarang mereka masuk karena mengganggu kegiatan. Sebab, untuk pihak keluarga sudah disiapkan juru rias sendiri di ruangan lain. Hingga tak perlu baur dengan sang pengantin. Mata Celine berair sejak tadi hingga melunturkan make-up. Para juru rias sudah memintanya untuk menahan haru, tetapi wanita itu tetap saja menangis. Hilir mudik beberapa orang yang menyiapkan acara, juga keluarga yang ingin melihatnya dirias, tak membuat Celine bisa menahan perasaannya. Dia teramat bahagia dan itu terlihat dari sikapnya. Impiannya menikah dengan disaksikan banyak orang akan segera terwu

  • Perawan Menjadi Taruhan   Takluk

    Celine meletakkan sebuah amplop di depan Bisma begitu masuk ke ruangannya. Di depan, dia memaksa resepsionis untuk bertemu dengan lelaki ini. De Javu lagi, seperti dulu saat mereka pertama kali bertemu."Apa maksud kamu?" tanya Celine sembari mengepal tangan.Bisma yang terkejut atas kedatangan Celine, langsung berdiri dan mendekatinya."Eh. Tunggu dulu. Kamu datang terus marah-marah sama aku. Ini ada apa?" tanya Bisma heran."Bulek ngasihkan ini ke aku. Katanya terselip di dalam parcel buah yang kamu antar waktu ngeliatin Paklek di rumah sakit," ucap Celine geram.Bisma menarik napas panjang, lalu berdiri dan mencoba menenangkan Celine. Entah dia akan berkata apa kali ini untuk meredam emosi wanita itu."Duduk dulu." Bisma menunjuk sofa dan memerintah Celine."Gak!" to

  • Perawan Menjadi Taruhan   Restu

    "Jadi ini orangnya?" tanya Fatma ketika keluar dan mendapati sosok Bisma sedang duduk di ruang tamu rumahnya."Ya, Bu. Saya Bisma." Lelaki itu langsung berdiri dan mengulurkan salam sebagai tanda perkenalan."Bikin minum, Lin," titah Fatma ketika melihat keponakannya itu hanya bergeming sejak tadi.Mereka tak menyangka jika Bisma datang berkunjung. Ternyata diam-diam, lelaki itu menyelidiki tempat tinggal Celine. Setelah mengamati lingkungan sekitar, akhirnya hari ini dia memberanikan diri untuk datang berkunjung."Tapi, Bulek--""Ada tamu kok ya dibiarkan haus begitu. Sana," titah Fatma lagi.Celine berjalan lesu menuju dapur. Dia tak menyangka jika Bisma nekat datang ke rumah bibinya. Setelah 'penembakan' Devan yang memintanya menjadi mama, kini lelaki itu kembali mendekatinya karena diabaikan.

  • Perawan Menjadi Taruhan   Nasihat

    Bisma menarik napas panjang sebelum memulai cerita. Hari ini mereka memutuskan untuk jalan berdua. Celine sebenarnya malas menanggapi ajakan lelaki itu. Hanya saja dia masih menghargainya demi kesembuhan Devan. "Sejak kamu pergi aku ngerasa hidup aku hampa. Pekerjaan kacau. Tiara yang marah dan kabur dari rumah. Sampai tekanan dari orang tua," jelas Bisma. Bisma kembali mengenang masa lalunya yang pahit sejak pernikahan keduanya dengan Celine terungkap. Lelaki itu bahkan kehilangan kepercayaan dari beberapa relasi sehingga ada tender yang gagal. Salahnya sendiri, malah tidak fokus dan mengabaikan pekerjaan. "Jadi aku kayak pembawa sial buat Kakak, ya?" Celine bertanya tanpa basa-basi. Dia merasa seperti penghancur hidup Bisma. Jika sebelumnya kehidupan rumah tangga dan karir lelaki itu begitu sejahtera, setelah bersamanya menjadi hancur. "Gak gitu, Lin. Aku sadar bahwa ini mungkin balasan Tuhan akan sikap aroganku selama ini," jelasnya.&

  • Perawan Menjadi Taruhan   Kasih Sayang

    Celine menoleh saat namanya dipanggil dan mendapati supir Devan sedang berlari mengejarnya. Wanita itu berhenti dan tersenyum manis saat lelaki paruh baya itu mendekat."Ibu Celina!""Hai, Pak. Apa kabar?" tanya Celine sopan."Den Devan demam," jawab lelaki itu dengan napas tersengal-sengal.Jarak mereka tadi cukup jauh sehingga si supir itu pastilah sudah mengeluarkan tenaga ekstra."Oh. Semoga lekas sembuh," ucap Celine dengan empati. Ini bukan hanya ucapan basa-basi, tetapi tulus dari dalam hatinya."Den Devan ... mau ketemu Ibu Celina."Celine tersentak saat mendengar itu, lalu kembali mengulum senyum untuk menghormati sosok di depannya.Sekalipun status bapak ini hanya supir salah satu murid di sekolah mereka, tetapi usinya lebih tua. Sehingga Celine tetap mengutamakan adab saat berbicara."Maaf, Pak. Tapi saya sedang banyak pekerjaan. Baiknya Devan segera dibawa ke dokter," jawab Celine cepat.

  • Perawan Menjadi Taruhan   Makan Malam

    The Ritz Restoran. Sabtu malam pukul tujuh. Cuaca cerah sejak pagi, sekalipun beberapa hari ini hujan turun cukup deras mengguyur kota. Hanya udara dingin yang terasa menyapu kulit hingga membuat Celine menggigil dan tak mau melepas mantel.Celine memarkir motor dengan gemetaran. Wanita itu berulang kali memeriksa gaunnya yang tampak kusut karena tertiup angin. Awalnya Bisma menawarkan untuk menjemputnya agar bisa pergi bersama. Namun, dia menolak karena tak ingin ada keluarga yang tahu mengenai hubungan mereka."Meja berapa?" tanya seorang pelayan saat menyambutnya di depan."Dua puluh dua," jawabnya dengan gugup.Mata cantik Celine menyapu seluruh ruangan untuk mencari sosok yang membuat darahnya berdesir sejak pertemuan mereka satu minggu yang lalu."Di sebelah sana. Area bebas asap. Mari ikut saya," ucap pelayan itu dengan sopan.Celine mengekorinya hingga mereka tiba di sebuah ruangan yang terletak di ujung. Tadi

  • Perawan Menjadi Taruhan   Hidup Baru

    Empat tahun kemudian."Assalamualaikum anak-anak. Selamat pagi semua.""Waalaikumsalam, Ibu," ucap mereka serentak saat membalas sapaan itu."Apa kalian sudah siap belajar?""Sudah, Ibu!"Celine tersenyum saat menatap mereka satu per satu. Anak-anak berusia lima hingga enam tahun yang menjadi muridnya. Wanita itu memimpin doa sebelum mereka memulai aktivitas hari ini. Lalu, dia membuka tas dan mengambil buku panduan pembelajaran.Dua bulan ini Celine resmi menjadi seorang guru di sebuah taman kanak-kanak. Dia melanjutkan kuliah di sebuah universitas terbuka dengan sisa tabungan yang ada. Wanita itu sudah tak ingin bekerja di mini market seperti dulu.Celine memilih untuk pulang ke kota asal, sekalipun banyak keluarga mengabaikannya. Wanita itu tak punya hak waris karena mendiang orang tuanya tidak memiliki harta apa pun. Hanya ada satu Bibi yang masih menerima dan mau menampungnya. Di sanalah dia tinggal.Hing

  • Perawan Menjadi Taruhan   Penolakan

    Celine terbelalak saat Fauzan menyodorkan sebuah kotak perhiasan yang berisikan sebuah cincin berlian bermata putih. Hari ini lelaki itu mengajaknya kencan setelah beberapa lama sibuk dengan pekerjaan."Lin, apakah kamu mau jadi istriku?" tanya Fauzan dengan sungguh-sungguh.Mata Celine berkaca-kaca. Dia pernah menikah, tapi baru kali ini dia dilamar dengan suasana yang manis dan romantis. Bersama Fauzan wanita itu merasa dihargai, dianggap spesial dan dimanjakan. Hanya, perasaannya tak bisa dibohongi. Dia ....Melihat Celine yang belum memberikan respons, raut wajah Fauzan berubah. Ada rasa kecewa yang menyusup perlahan di hatinya. Laki-laki itu tahu, Celine belum bisa mencintainya dengan sepenuh hati. Kenangan bersama Bisma masih terus saja membayangi hubungan mereka."Jadi, kamu nolak aku?" tanya Fauzan lagi.Celine menunduk karena tak dapat menjawab. Pandangan matanya menatap ke arah l

  • Perawan Menjadi Taruhan   Kisah yang Belum Selesai

    Suasana cafe itu sepi. Entah mengapa hari ini begitu, biasanya ramai dengan tamu yang sekedar duduk bersantai atau makan siang. Di sudut ruang yang agak tertutup, tampak sepasang anak manusia sedang duduk berhadapan namun saling diam. Seolah-olah tak pernah kenal, padahal sebelumnya sempat memadu kasih dan berbagi cinta.Celine mengaduk minuman yang sedari tadi tak disentuhnya. Sementara itu Bisma sibuk mengutak-atik ponsel di tangan. Mereka hanya berbicara sesekali, kemudian terdiam lagi, terasa asing satu dengan yang lain. Bisma bahkan masih mengingat dengan jelas bagaimana rasa mantan istrinya itu. Indah dan pernah membuatnya mabuk kepayang."Kamu sekarang beda." Akhirnya lelaki itu membuka percakapan. "Dan semakin cantik." Ingin dia mengatakan itu, tapi itu hanya terucap dalam hati. Setelah berpisah dengannya, Celine terlihat lebih menggoda. Benar kata orang, mantan itu terlihat lebih menarik karena sudah tak halal."Kakak juga," ucapnya sama. Se

DMCA.com Protection Status