Share

Abah Ummi

Author: Rini Ermaya
last update Last Updated: 2021-06-02 20:07:24

Tiga orang duduk di beranda rumah sambil menikmati angin sepoi-sepoi sore hari. Mendengarkan burung yang berkicau di dahan pohon. Menikmati semilir angin yang sejuk.

Celine, Abah dan Ummi. Duduk di teras rumah sambil berbincang-bincang.

"Maapin ummi sama abah ye, Neng. Ntu panti jadi dijual. Lu pan tau si Juki banyak utang. Mana bininya mau lahiran lagi."

Abah diam dan mendengarkan istrinya berbicara, sambil tangannya memilin kumis. Rambutnya sudah memutih semua, tapi kumisnya masih tetap saja hitam.

"Iya, Mi. Ga apa-apa. Elin ngerti, kok."

Gadis itu duduk berhadap dengan mereka. Sudah biasa dia di sini. Sudah seperti rumahnya sendiri. Abah dan ummi memang baik sekali pada dia dan anak asuhnya.

Beberapa tahun terakhir ini, dia bersama anak-anak memang mendiami salah satu rumah mereka untuk tinggal.

Celine sungguh beruntung bertemu dua orang tua ini. Mereka tak segan-segan membantu jikalau dia kesusahan. Ummi sangat suka pada Celine. Selain cantik, sikapnya sungguh santun. Sopan kepada orang yang lebih tua.

"Ummi sama abah juga langsung daftar Haji. Udah tua, Neng. Pengen ibadah." Abah menimpali.

"Mana yang terbaik aja, Bah. Elin juga kan cuma numpang." Dia tertunduk lesu. Dia tak punya kuasa atas rumah itu, hanya menyewa. Sewaktu-waktu pemiliknya bisa saja mengusir dan dia harus pergi.

"Jangan bilang gitu, Neng. Lu udah kita anggap anak ndiri."

"Iya, Neng. Coba lu dulu mau kawin ama si Jali. Udah enak idup lu. Ga usah ngurusin anak panti mulu." Ummi berceloteh panjang lebar. Masih menyesalkan ketika Celine menolak lamaran menikahi anak sulungnya.

Abang Jali sebenarnya sangat baik. Ganteng pula. Betawi asli. Tapi, entah kenapa dia tidak terlalu suka. Karena didikannya militer, kadang sifat kasarnya suka muncul. Celine kurang suka dan takut. Kalau Jali lagi marah bisa-bisa kena KDRT. Dia tidak mau. Maaf ya, Bang!

"Terus gimane lu sama anak-anak? Ude dapet rumah baru belom?" Ummi bertanya. Bagaimanapun dia merasa khawatir akan nasib Celine yang sudah dianggapnya seperti anak sendiri.

"Belum, Ummi. Tapi, Elin udah dapat keringanan masih boleh tempati sampai dua bulan ke depan." Celine mencoba menjelaskan.

"Lah, napa bisa begitu, Neng?"

"Orang yang beli rumah abah ntu, udah Elin temuin, Bah. Dia baik masih ngasih waktu buat kami tinggal."

Kalau bicara dengan orang tua harus begini. Harus jelas kalau tidak bisa di tanya berulang kali. Dia sudah paham kalau soal begini.

"Baek juga dia, Neng?" tanya Ummi.

"Iye, Mi. Duitnya banyak. Ga masalah kali kalau ngasih tenggang waktu sebulan dua bulan ini."

"Mudahan ada rezeki ya, Neng. Buat lu sama anak-anak. Kite bedua cuma bisa nulungin ampe di sini aje," lanjut abah.

"Iya, Bah. Ga apa-apa. Elin pamit dulu. Mau istirahat."

"Lembur lagi, lu?"

"Iya, Mi. Lumayan buat nambahin biaya dapur."

Abah segera memberikan kode-kode kepada istrinya. Ummi bergegas masuk ke dalam rumah. Mengambil sesuatu.

"Lin. Lu tunggu bentar. Ummi ada yang mau dititip buat anak-anak." Abah menahan kepergiannya.

Celine menunggu sambil memandang sekeliling. Rumah abah ini terasa sangat nyaman. Teduh banyak pohon. Rumah khas Betawi. Andaikan dia punya rezeki, pasti dia akan membeli satu yang seperti ini untuk tempat tinggal.

"Lin. Ini abah sama ummi titip buat anak-anak. Kagak banyak. Kali-kali aje bisa buat bantu-bantu lu buat bayar kontrakan nanti." Ummi datang dan menyerahkan sebuah amplop.

Tebal. Apa isinya?

Gadis itu terkejut. Selama ini mereka sudah cukup baik pada. Dia merasa tidak enak.

"Lin ga enak, Mi," tolaknya halus.

"Udah lu terima aje. Gua tau lu lagi butuh. Donatur lagi sepi pan yak?" Ummi menggenggam tangannya.

"Iya, tahun ini berat. Tapi Lin yakin pasti ada rezeki." Celine mengangguk, tangannya bergerak memasukkan amplop itu ke dalam tas.

"Si Broto masih suka deketin lu, yak? Berape banyak dia nyumbang?" Ummi penasaran juga akhirnya.

"Ada sejutaan sebulan. Lumayan buat beli beras sm telur." Gadis itu tertunduk.

"Lu mau kawin ama dia?" Wajah Ummi nampak tidak senang.

"Ga tau, Mi. Elin masih belum pengen nikah."

"Coba lu ama si Jali aja. Lu pan cantik, masa mau kawin ama si bangkotan ntu." Ummi mendengus kesal. Bisa-bisanya Celine menolak menjadi menantunya. Malah mau saja di dekati sama si tua bangka itu.

Kurang apa si Jali? Tampang keren, kerjaan bagus pula.

"Belum tau mi. Lin masih mau ngurus anak-anak aja dulu."

"Tapi kagak napa-napa juga lu kawin ama dia. Kontrakannya banyak. Hidup lu sama anak-anak pasti terjamin."

"Engga, Mi. Lin belum ada niat buat nikah. Anak-anak masih kecil. Nanti siapa yang ngurusin mereka?"

"Si Jali mah udah gede anaknya. Tapi ummi kurang sreg ama bininya. Ummi sukanya ama lu." Wanita itu bercerita panjang lebar. Mencurahkan isi hatinya. Masih berharap Celine berubah pikiran waktu itu. Tapi gadis itu tetap menolak.

"Ude, Mi. Jangan di ungkit-ungkit lagi. Ga baek." Abah menengahi. Setiap bertemu Celine selalu saja itu yang dibahas. Ketidak-sukaannya kepada menantu.

"Yaudah. Elin pamit dulu, ya." Dia mengambil tangan Abah dan Ummi. Menciumnya dan berpamitan. Matahari sudah hampir mau tenggelam. Dia harus segera pulang. Anak-anak menunggu apa yang akan dia bawa pulang nanti.

"Ati-ati, Neng."

"Assalamualaikum." Dia mengucap salam dan melambaikan tangan.

* * *

Celine meminta bantuan si abang ojol itu untuk mengangkat barang-barang belanjaan. Motornya penuh. Dengan sigap dia siap membantuku. Sepertinya dia sudah terlatih mendapatkan penumpang yang barang belanjaannya banyak.

Memang terbaik ini abang. "Aku kasih lima bintang deh plus komen yang bagus atas pelayanannya." Celine bergumam.

Hari ini dia membeli dua karung beras, minyak goreng, telur dan berbagai macam keperluan dapur. Ada sosis promo kesukaan anak-anak dan susu bubuk buat Ijal.

Dia meminta ijin lagi hari ini. Pulang lebih cepat. Bertemu Bisma di kantornya kemudian mampir kerumah Abah karena Ummi menelepon. Untunglah si pak bos mengerti. Mungkin lagi baik saja, biasanya juga suka marah-marah.

"Banyak amat, Neng." Susi menyambut di depan pintu. Dia salah satu yang membantu di panti, selain Bik Onah. Susi bagian mencuci dan melipat kain. Bik Onah masak dan mencuci piring. Anak-anak dapat tugas mengepel, menyapu dan membersihkan halaman.

Tapi Susi tidak menginap. Jam empat sore dia sudah pulang ke rumah. Celine mengambilnya karena dia janda. Dia juga tidak cerewet sewaktu Celine mengatakan hanya bisa memberinya sedikit.

"Buat bayar spp anak-anak aja, Neng. Kalau makan minum kan ditanggung sama emak," begitu katanya.

Mungkin beberapa orang akan bertanya bagaimana dia bisa terlibat mengurus panti ini dan membiayai mereka. Sedangkan dia hanya seorang karyawan mini market.

Semua bermula tiga tahun yang lalu. Saat masih kuliah. Kampus yang harus ditinggalkannya karena beasiswa dicabut.

Mengapa? Karena dia pernah menolak menjadi kekasih anak pemilik yayasan. Celine sudah memaafkan lelaki itu sekali pun dia telah menghancurkan masa depanku. Masa depan yang dirancang dengan susah payah agar kehidupannya menjadi lebih baik.

Semua musnah karena kuasa lelaki. Dia yang bisa berbuat dengan sesuka hatinya, tanpa memikirkan nasib orang lain.

Kalian tahu kan siapa dia?


Comments (1)
goodnovel comment avatar
YM
cerita yang bisa membawa pembacanya ke dalam alur ceritanya....sungguh emosional
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perawan Menjadi Taruhan   Bik Onah

    Aku menghempaskan diri di kasur. Tanganku terulur mengambil tas dan mengeluarkan sebuah amplop cokelat."Banyak amat, Neng. Duit dari siapa?" Bik Onah duduk mendekatiku.Aku sedang menghitung uang yang diserahkan Ummi tadi sore. Aku selalu melakukannya di kamar setelah semua anak-anak tertidur. Rahasia dapur biarlah aku saja yang mengetahuinya."Dari Ummi sama Abah. Uang hasil jual ini panti Bik, dibagi buat anak-anak."Bik Onah terdiam. Raut wajahnya terlihat sedih. Jika panti ini dijual dan kami tidak dapat tempat pengganti, bagaimana nasib ke depannya. Dia sudah tidak punya keluarga. Akulah satu-satunya harapan tempat dia bernaung.Sejak awal dia bersama kami, dia sudah menyerahkan hidupnya. Aku berjanji akan merawatnya di sisa usia, menemaninya sampai senja. Menganggap dia sebagai orang tua sendiri.Simbiosis mutualisme.Aku mulai menghitung satu persatu. Mataku segar melihat uang merah berlembar-lembar di hadapanku. Dunia serasa hidup k

    Last Updated : 2021-06-02
  • Perawan Menjadi Taruhan   Negosiasi

    Celine menatap sekeliling ruangan itu. Terakhir kali dia bertamu ke sini suasananya sudah berbeda. Sekarang terlihat lebih mewah. Wallpapernya berbeda motif. Ada sofa baru terletak di sudut dan menempel di dinding.Ada pot bunga yang diletakkan di sudut ruangan. Satu hal yang paling mencolok, foto Bisma bersama keluarganya yang dibingkai indah dengan ukuran ekstra, bepat berada di belakang meja kerja lelaki itu.Jika Bisma duduk, foto itu akan terlihat melatar belakangi meja kerja. Kontras sekali dengan pemandangan indah di yang berada seberangnya. Kaca transparan yang memperlihatkan sibuknya ibu kota jika dilihat ke bawah.Di foto, istri Bisma terlihat anggun dan berkelas, itu terpancar dari gestur tubuh dan penampilannya . Sekalipun memakai gaun dengan model sederhana, wanita itu tetap saja cantik. Harganya pasti mahal, sesuai dengan isi dompet orang yang memakainya."Ehem." S

    Last Updated : 2021-06-02
  • Perawan Menjadi Taruhan   Pindahan

    Hari ini resmi mereka pindahan rumah. Celine telah memutuskan pilihan. Pertemuannya dengan Bisma waktu itu tidak menemukan titik temu. Mereka harus tahu diri, hanya menumpang. Sewaktu-waktu jika memang diperlukan, pemilik boleh mengusir."Meja yang itu sebelah sini, Pak. Nah, kalau yang ini digeser. Lemari di pojok aja." Dia menunjuk-nujuk supir truk dan anak buahnya untuk mengatur barang.Diantar Siska dengan motor bebeknya, mereka berdua berkeliling mencari kontrakan. Dari pagi sampai sore, memutari kota dari ujung ke ujung. Mencari yang tidak terlalu jauh dari tempat kerja, tapi dengan harga yang terjangkau. Sehingga dia tidak perlu terlalu pusing memikirkan biaya untuk membayarnya. Mereka sengaja menukar hari off-nya supaya bisa libur bersamaan. Syukurlah, akhirnya dapat juga rumah ini. Rumah kayu tunggal, tidak terlalu besar dengan tiga kamar. Per bulan sewanya satu juta rupiah.Dia memohon-mohon kepada pemilik rumah aga

    Last Updated : 2021-06-02
  • Perawan Menjadi Taruhan   Putri

    "Lin. Liinnnn ..." Siska berlari ke belakang. Tanpa berpamitan lagi, dia langsung saja masuk ke gudang belakang tempat Celine ditugaskan."Apaan, sih? Kamu pake teriak-teriak. Berisik tau. Nanti dimarahin Pak Andre." Dia menghentikan pekerjaannya saat melihat Siska datang berlari-lari sambil berteriak. Seperti orang kesetanan saja."Ada Susi di depan. Katanya ada yang kecelakaan." Napas Siska terengah-engah saat menyampaikan pesan. Pasalnya, dia sendiri pun langsung berasa spot jantung ketika mendengar berita yang dibawa oleh Susi barusan."Ya ampun." Setengah berlari menuju depan mini market. Susi tampak seperti orang kalut. Mondar-mandir di depan sambil menggaruk kepala seperti orang kebingungan."Neng. Neng." Susi menangis terisak. Begitu melihat Celine dia langsung memeluknya erat. "Putri kecelakaan. Ditabrak lari sama motor," katanya terbata-bata.Wajah Celine langsung pucat mendengarnya.

    Last Updated : 2021-06-02
  • Perawan Menjadi Taruhan   Usaha

    Andre memandang gadis di depannya ini dengan penuh rasa iba. Ingin membantu lebih banyak pun dia belum mampu. Sebagai atasan, dia hanya bisa mengupayakan yang terbaik sebisanya."Ini, bisa saya ajukan lewat koperasi. Mungkin prosesnya lama. Belum tentu disetujui. Lagi pula, jumlahnya tidak banyak. Maksimal hanya tiga jutaa. Itu juga nanti gaji kamu dipotong setiap bulan. Kamu mau?" Dia menjelaskan panjang lebar.Celine adalah karyawan yang sangat kritis jika menyangkut soal keuangan. Bonus dan luang lemburnya dia hafal jumlahnya, sekian koma sekian. Tidak boleh kurang kalau bisa lebih.Andre mengerti. Gaji segitu dipakai untuk menghidupi dan memberi makan banyak mulut. Jika dia menjadi Celine, Andre pasti akan stres setiap hari memikirkan bagaimana mengelolanya.Penghasilannya yang cukup lumayan saja masih terasa kekurangan jika menuruti kehendak istrinya di rumah. Entah bagaimana gadis itu bisa bertahan hidup

    Last Updated : 2021-06-02
  • Perawan Menjadi Taruhan   Buntu

    Celine menceritakan semua kejadian di rumah Broto kepada Siska. Berdua mereka duduk di kantin bakso dan soto langganan tempat mereka makan siang. Kali ini Siska yang membayarkan. Biasanya setiap hari Broto mengantarkan makanan. Namun, sejak kejadian itu, dia tidak pernah muncul. Tidak ada ada makanan gratis lagi. Celine sendiri tidak membawa bekal. Alhasil, terdamparlah mereka di sini."Lin, Lin. Ngapain kamu ke situ sendirian. Kan bisa ngajakin aku." Siska tak habis pikir mengapa sahabatnya itu nekat berbuat itu, tanpa berdiskusi dulu dengannya."Aku udah ga tau lagi mau gimana. Aku bingung. Sementara tagihan terus berjalan. Ga mungkin kan, aku bawa putri kabur dari rumah sakit."Siska menggelengkan kepalanya. "Eh, si Broto mesum juga. Kupikir dia mau ngambil kamu baik-baik. Ternyata ..., ah dasar laki-laki semua begitu." Dia mengomel panjang lebar. Tak menyangka si bandot tua yang satu itu nekat juga. Tak bisa terbayangkan jika sesuatu terjadi pada Celine kare

    Last Updated : 2021-06-02
  • Perawan Menjadi Taruhan   Pernikahan

    Siska mengetuk meja dengan gelisah. Kenapa jadi dia yang grogi, padahal yang mau bertemu Bisma kan Celine. Berkali-kali matanya melirik ke arah pintu cafe, namun, yang mereka tunggu belum datang juga. Celine sendiri pura-pura sibuk dengan ponselnya, untuk menutupi kegugupan."Celine?" Seorang pria menghampiri mereka.Mereka serentak mengangkat muka. Jantung Siska berdebar. Lidahnya kelu. Padahal dia yang tadi sangat semangat menemani Celine untuk menemui pria ini. Dia tidak mau kejadian di rumah Broto terulang lagi kepada sahabatnya. Bisa saja kan Bisma juga ikut nekat? Merayu sahabatnya kemudian menjebaknya. Jika sampai itu terjadi, dia yang akan mengahajar pria itu jika berani berbuat macam-macam."Lama menunggu?" Bisma mengambil tempat duduk di depan gadisnya. Pandangan matanya lekat penuh dengan cinta."Eh, engga kok," jawab Siska. Wajahnya tersipu malu. Kenapa pula dia yang jadi grogi?

    Last Updated : 2021-06-02
  • Perawan Menjadi Taruhan   Pertaruhan

    "Cheers!"Suara dentingan gelas berisi minuman beralkohol terdengar bersahutan. Lima orang pria mature sedang bersulang merayakan sesuatu. Gelak tawa dan perbincangan hangat memenuhi ruangan itu. Beberapa wanita penghibur yang super seksi ikut meramaikan pesta mereka. Masing-masing duduk di pangkuan para pria itu. Kecuali satu orang, dia tokoh utamanya."Gilaaaa! Gue ga nyangka ternyata lu dapet juga. Keren, men." Arthur menepuk bahu Bisma. Lelaki yang ditepuk hanya tersenyum sedari tadi.Tersenyum jumawa."Lu masih inget aja ya, Bisma. Gue aja udah lupa. Udah lama banget kan, ya?" tanya Dave. Sambil berbincang, tangannya memeluk gadis dipangkuannya. Si wanita itu tersenyum senang.Sungguh menjijikkan."Ingetlahlah, men. Dia cakep begitu, gue juga kan pengen ngerasain gimana itu cewek." Bisma meneguk minumannya. Tidak. Dia tidak boleh teler malam ini. Ini kan malam pertama, kala

    Last Updated : 2021-06-02

Latest chapter

  • Perawan Menjadi Taruhan   Akad Nikah (Ending)

    Di ruangan berukuran lima kali lima meter ini Celine berada, bersama beberapa keluarga dan tim rias. Harusnya ini tertutup dan tak boleh dimasuki banyak orang. Hanya saja beberapa orang kerabat penasaran dan ingin melihat bagaimana wanita itu didandan. Fatma sudah melarang mereka masuk karena mengganggu kegiatan. Sebab, untuk pihak keluarga sudah disiapkan juru rias sendiri di ruangan lain. Hingga tak perlu baur dengan sang pengantin. Mata Celine berair sejak tadi hingga melunturkan make-up. Para juru rias sudah memintanya untuk menahan haru, tetapi wanita itu tetap saja menangis. Hilir mudik beberapa orang yang menyiapkan acara, juga keluarga yang ingin melihatnya dirias, tak membuat Celine bisa menahan perasaannya. Dia teramat bahagia dan itu terlihat dari sikapnya. Impiannya menikah dengan disaksikan banyak orang akan segera terwu

  • Perawan Menjadi Taruhan   Takluk

    Celine meletakkan sebuah amplop di depan Bisma begitu masuk ke ruangannya. Di depan, dia memaksa resepsionis untuk bertemu dengan lelaki ini. De Javu lagi, seperti dulu saat mereka pertama kali bertemu."Apa maksud kamu?" tanya Celine sembari mengepal tangan.Bisma yang terkejut atas kedatangan Celine, langsung berdiri dan mendekatinya."Eh. Tunggu dulu. Kamu datang terus marah-marah sama aku. Ini ada apa?" tanya Bisma heran."Bulek ngasihkan ini ke aku. Katanya terselip di dalam parcel buah yang kamu antar waktu ngeliatin Paklek di rumah sakit," ucap Celine geram.Bisma menarik napas panjang, lalu berdiri dan mencoba menenangkan Celine. Entah dia akan berkata apa kali ini untuk meredam emosi wanita itu."Duduk dulu." Bisma menunjuk sofa dan memerintah Celine."Gak!" to

  • Perawan Menjadi Taruhan   Restu

    "Jadi ini orangnya?" tanya Fatma ketika keluar dan mendapati sosok Bisma sedang duduk di ruang tamu rumahnya."Ya, Bu. Saya Bisma." Lelaki itu langsung berdiri dan mengulurkan salam sebagai tanda perkenalan."Bikin minum, Lin," titah Fatma ketika melihat keponakannya itu hanya bergeming sejak tadi.Mereka tak menyangka jika Bisma datang berkunjung. Ternyata diam-diam, lelaki itu menyelidiki tempat tinggal Celine. Setelah mengamati lingkungan sekitar, akhirnya hari ini dia memberanikan diri untuk datang berkunjung."Tapi, Bulek--""Ada tamu kok ya dibiarkan haus begitu. Sana," titah Fatma lagi.Celine berjalan lesu menuju dapur. Dia tak menyangka jika Bisma nekat datang ke rumah bibinya. Setelah 'penembakan' Devan yang memintanya menjadi mama, kini lelaki itu kembali mendekatinya karena diabaikan.

  • Perawan Menjadi Taruhan   Nasihat

    Bisma menarik napas panjang sebelum memulai cerita. Hari ini mereka memutuskan untuk jalan berdua. Celine sebenarnya malas menanggapi ajakan lelaki itu. Hanya saja dia masih menghargainya demi kesembuhan Devan. "Sejak kamu pergi aku ngerasa hidup aku hampa. Pekerjaan kacau. Tiara yang marah dan kabur dari rumah. Sampai tekanan dari orang tua," jelas Bisma. Bisma kembali mengenang masa lalunya yang pahit sejak pernikahan keduanya dengan Celine terungkap. Lelaki itu bahkan kehilangan kepercayaan dari beberapa relasi sehingga ada tender yang gagal. Salahnya sendiri, malah tidak fokus dan mengabaikan pekerjaan. "Jadi aku kayak pembawa sial buat Kakak, ya?" Celine bertanya tanpa basa-basi. Dia merasa seperti penghancur hidup Bisma. Jika sebelumnya kehidupan rumah tangga dan karir lelaki itu begitu sejahtera, setelah bersamanya menjadi hancur. "Gak gitu, Lin. Aku sadar bahwa ini mungkin balasan Tuhan akan sikap aroganku selama ini," jelasnya.&

  • Perawan Menjadi Taruhan   Kasih Sayang

    Celine menoleh saat namanya dipanggil dan mendapati supir Devan sedang berlari mengejarnya. Wanita itu berhenti dan tersenyum manis saat lelaki paruh baya itu mendekat."Ibu Celina!""Hai, Pak. Apa kabar?" tanya Celine sopan."Den Devan demam," jawab lelaki itu dengan napas tersengal-sengal.Jarak mereka tadi cukup jauh sehingga si supir itu pastilah sudah mengeluarkan tenaga ekstra."Oh. Semoga lekas sembuh," ucap Celine dengan empati. Ini bukan hanya ucapan basa-basi, tetapi tulus dari dalam hatinya."Den Devan ... mau ketemu Ibu Celina."Celine tersentak saat mendengar itu, lalu kembali mengulum senyum untuk menghormati sosok di depannya.Sekalipun status bapak ini hanya supir salah satu murid di sekolah mereka, tetapi usinya lebih tua. Sehingga Celine tetap mengutamakan adab saat berbicara."Maaf, Pak. Tapi saya sedang banyak pekerjaan. Baiknya Devan segera dibawa ke dokter," jawab Celine cepat.

  • Perawan Menjadi Taruhan   Makan Malam

    The Ritz Restoran. Sabtu malam pukul tujuh. Cuaca cerah sejak pagi, sekalipun beberapa hari ini hujan turun cukup deras mengguyur kota. Hanya udara dingin yang terasa menyapu kulit hingga membuat Celine menggigil dan tak mau melepas mantel.Celine memarkir motor dengan gemetaran. Wanita itu berulang kali memeriksa gaunnya yang tampak kusut karena tertiup angin. Awalnya Bisma menawarkan untuk menjemputnya agar bisa pergi bersama. Namun, dia menolak karena tak ingin ada keluarga yang tahu mengenai hubungan mereka."Meja berapa?" tanya seorang pelayan saat menyambutnya di depan."Dua puluh dua," jawabnya dengan gugup.Mata cantik Celine menyapu seluruh ruangan untuk mencari sosok yang membuat darahnya berdesir sejak pertemuan mereka satu minggu yang lalu."Di sebelah sana. Area bebas asap. Mari ikut saya," ucap pelayan itu dengan sopan.Celine mengekorinya hingga mereka tiba di sebuah ruangan yang terletak di ujung. Tadi

  • Perawan Menjadi Taruhan   Hidup Baru

    Empat tahun kemudian."Assalamualaikum anak-anak. Selamat pagi semua.""Waalaikumsalam, Ibu," ucap mereka serentak saat membalas sapaan itu."Apa kalian sudah siap belajar?""Sudah, Ibu!"Celine tersenyum saat menatap mereka satu per satu. Anak-anak berusia lima hingga enam tahun yang menjadi muridnya. Wanita itu memimpin doa sebelum mereka memulai aktivitas hari ini. Lalu, dia membuka tas dan mengambil buku panduan pembelajaran.Dua bulan ini Celine resmi menjadi seorang guru di sebuah taman kanak-kanak. Dia melanjutkan kuliah di sebuah universitas terbuka dengan sisa tabungan yang ada. Wanita itu sudah tak ingin bekerja di mini market seperti dulu.Celine memilih untuk pulang ke kota asal, sekalipun banyak keluarga mengabaikannya. Wanita itu tak punya hak waris karena mendiang orang tuanya tidak memiliki harta apa pun. Hanya ada satu Bibi yang masih menerima dan mau menampungnya. Di sanalah dia tinggal.Hing

  • Perawan Menjadi Taruhan   Penolakan

    Celine terbelalak saat Fauzan menyodorkan sebuah kotak perhiasan yang berisikan sebuah cincin berlian bermata putih. Hari ini lelaki itu mengajaknya kencan setelah beberapa lama sibuk dengan pekerjaan."Lin, apakah kamu mau jadi istriku?" tanya Fauzan dengan sungguh-sungguh.Mata Celine berkaca-kaca. Dia pernah menikah, tapi baru kali ini dia dilamar dengan suasana yang manis dan romantis. Bersama Fauzan wanita itu merasa dihargai, dianggap spesial dan dimanjakan. Hanya, perasaannya tak bisa dibohongi. Dia ....Melihat Celine yang belum memberikan respons, raut wajah Fauzan berubah. Ada rasa kecewa yang menyusup perlahan di hatinya. Laki-laki itu tahu, Celine belum bisa mencintainya dengan sepenuh hati. Kenangan bersama Bisma masih terus saja membayangi hubungan mereka."Jadi, kamu nolak aku?" tanya Fauzan lagi.Celine menunduk karena tak dapat menjawab. Pandangan matanya menatap ke arah l

  • Perawan Menjadi Taruhan   Kisah yang Belum Selesai

    Suasana cafe itu sepi. Entah mengapa hari ini begitu, biasanya ramai dengan tamu yang sekedar duduk bersantai atau makan siang. Di sudut ruang yang agak tertutup, tampak sepasang anak manusia sedang duduk berhadapan namun saling diam. Seolah-olah tak pernah kenal, padahal sebelumnya sempat memadu kasih dan berbagi cinta.Celine mengaduk minuman yang sedari tadi tak disentuhnya. Sementara itu Bisma sibuk mengutak-atik ponsel di tangan. Mereka hanya berbicara sesekali, kemudian terdiam lagi, terasa asing satu dengan yang lain. Bisma bahkan masih mengingat dengan jelas bagaimana rasa mantan istrinya itu. Indah dan pernah membuatnya mabuk kepayang."Kamu sekarang beda." Akhirnya lelaki itu membuka percakapan. "Dan semakin cantik." Ingin dia mengatakan itu, tapi itu hanya terucap dalam hati. Setelah berpisah dengannya, Celine terlihat lebih menggoda. Benar kata orang, mantan itu terlihat lebih menarik karena sudah tak halal."Kakak juga," ucapnya sama. Se

DMCA.com Protection Status