“Apa Amanda sayang sama Mama dan Papa?”
Pria itu melambai dikejauhan, begitu juga dengan wanita cantik yang tersenyum lebar. Walau Amanda berusaha berteriak memanggil keduanya pria dan wanita yang dilihat tetap berbalik dan pergi. Amanda terus berteriak, tetapi keduanya seolah-olah tak peduli. Ketika ia berusaha berjalan untuk mengejar, tangan-tangan hitam muncul dari bawah dan atas, kiri dan kanan menghentikannya, membuat Amanda tetap berada di tempat.
“Mama-Papa!” Ia berteriak hingga tenggorokannya sakit.
Akan tetapi, hanya langit-langit kamar berkelambut kuning pucat yang dilihatnya sekarang. Amanda menyeka air mata yang mengalir di pipinya, ia beringsut pelan untuk bisa duduk dan memeluk lutunya dengan cepat.
“Aku jahat!” gumamnya pelan sekali.
Bagaimana mungkin ia melupakan kedua orang tuanya selama ini?
Amanda semakin memeluk dirinya sendiri. Seluruh tubuhnya berguncang karena menangis. Baga
Eren mengigiti kukunya karena khawatir. Dengan sigap Wyatt mendekati wanita itu dan menarik tangan Eren yang menempel ke mulut. Wanita itu tersentak, menoleh pada Wyatt dan kemudian menangis.“Aku benar-benar tidak bermaksud untuk membuatnya terluka! Aku benar-benar tidak bermaksud begitu!” kata Eren di tengah-tengah isaknya.Wyatt menepuk-nepuk pundak Eren. Mereka berdua ada di depan kamar menanti dokter keluar untuk memberikan diagnosis keadaan Amanda yang tidak sadarkan diri setelah dicekik Eren. Untung saja Amanda tidak tewas dan hanya pingsan.“Apa … dia akan meninggalkanku setelah ini? Apa dia akan meninggalkanku lagi?” Eren menatap Wyatt dengan mata berkaca-kaca sedih.Wyatt menatap pintu kamar yang di sisi kiri dan kananya berdiri seorang pria bertubuh kekar. “Dia tidak akan pergi, tenang saja!” kata Wyatt dengan yakin.Ia benar-benar memiliki alasan yang kuat kenapa sangat yakin Amanda tidak akan
Sakit!Seluruh tubuh Amanda terasa sakit. Tangannya, kaki, pinggang, seluruhnya serasa mau terlepas. Tenggorokannya juga sakit. Ia beringsut dengan segala tenaga yang dimiliki, tetapi tidak berhasil. Ia hanya bisa mengangkat tangannya dan kemudian menatap langit-langit kamar.“Kamu bangun?”Gemetar. Perasaan takut yang menjalar membuat seluruh tubuh Amanda gemetar. Ia kenal pemilik suara yang memukulinya karena kehilangan akal sebelum pingsan dan terbaring di ranjang seperti ini.Amanda berusaha untuk bersuara, tetapi tidak ada satu pun bunyi yang keluar. Napasnya tersengal-sengal. Ia memaksa dirinya untuk berdirinya untuk pergi segera. Rasa sakit yang menyengat seluruh tubuhnya sejak tadi tak dihiraukan. Amanda berhasil, tetapi ia berguling begitu berusaha mengangkat kaki ke lantai.“Anna!” pekik Eren keras.Ia tergopoh-gopoh membantu Amanda untuk duduk di lantai. Amanda semakin takut saat pintu
“Tangkap dia! Tangkap dia!” suruh William. Ia sendiri berusaha melepaskan diri dari pelukan Azzar. Tetapi, pria tua itu sama sekali tak memberinya peluang melakukan itu. Alih-alih diantar ke mobil yang akan mengejar Wyatt, William dimasukan ke mobil lain yang akan keluar dengan mobil pengejar tetapi berbelok ke arah lain. “Kita harus menangkapnya, Azzar! Kejar dia!” William marah, menarik kerah baju pria tua tersebut. Menumpahkan segala kekesalannya yang tak bisa berbuat apa-apa dan memperoleh tatapan kosong Azzar sebagai balasan. “Kenapa kamu melakukan ini padaku? Kenapa?” “Karena Anda adalah tuan saya. Keselamatan Anda adalah prioritas saya!” Azzar berkata dengan suara datar. William merasa kalau Azzar bukanlah manusia, tetapi mesin yang memiliki daging, tulang, dan akal. “Biarkan aku menyelamatkan Amanda!” seru William. Ia mengapai gagang pintu dan berusaha membukanya, padahal mobil sedang melaju cepat membelah jalanan. Tentu saja Azzar menghentikan William segera. Ia menyamba
Kepala Amanda berdengung. Seluruh tubuhnya hampir-hampir mati rasa. Namun, otaknya mengirim sinyal kalau harus berhasil untuk menyelamatkan diri apapun yang terjadi. Karena itu, Amanda tetap berdiam diri di bangku belakang, merasakan kendaraan yang ditumpangi membawanya semakin jauh. Sesekali Amanda mendengar desauan angin yang sangat keras di luar sana. Intuisinya memberitahu kalau mereka baru saja berpapasan dengan truk.Amanda muntah sangat banyak. Eren meminta orang-orang itu berhenti tetapi tak dihiraukan. Karena itu entah dengan keberanian apa, Eren melompat dan menjambak kepala sopir, berteriak-teriak meminta untuk berhenti.“Hentika! Hentikan! Kamu melukai putriku! Hentikan!” teriaknya.Mobil berputar 360 derajat. Kendaraan yang ada di belakang mereka menekan rem mendadak, tak mau terlibat kecelakaan dan terluka. Membiarkan mobil tersebut menghantam pembatas jalan dan terperosok ke lubang.Amanda meringkuk melindungi kepalanya dari puk
Amanda melambai sambil tersenyum. Melihat itu William melotot tak terima. “AMANDA! BERHENTI! AMANDA!” teriak William sampai kerongkongan William sakit. Akan tetapi, sialnya Amanda malah tertawa dan langsung menoleh ke arah lain. Marahkah wanita itu pada William hingga tak mau lagi melihat wajahnya? Tapi, William melakukan semua itu untuk Amanda, supawa wanita itu tak kesusahan. Karena itu William berdiri dan mulai mengejar Amanda. Ia yakin kalau wanita itu akan segera berhasil disusulnya. Semakin William mengejar sekuat tenaga, semakin jauh jarak antara dirinya dan Amanda. “SIAL ... AMANDA!” teriak William sebelum wanita itu menghilang. Napasnya sesak saat berhenti dan berusaha mencari arah di mana Amanda menghilang tadi. Ada yang salah. Pemandangannya terlalu jelas sehingga tak mungkina Amanda menghilang begitu saja. Samar-samar setelah tidak lagi bergerak, William mendengar namanya dipanggil. Ia menoleh, tapi tak ada siapa-siapa. Nam
Tengorokan Amanda semakin sakit dari malam tadi saat ia terbangun. Bukan hanya itu, setiap pukulan yang pernah disarangkan oleh Eren ke tubuh Amanda berdenyut dan ngilu. Lalu ia sudah selama lima belas menit berusaha duduk dari tidurnya dan selalu jatuh setiap beberapa detik.“Semuanya baik-baik saja? Aku mendengar suara benturan di luar!”Amanda berusaha mengeser tubuhnya lagi dan berhasil tidur terlentang. Ia melihat ningrum dengan nampan. Apa itu makanan? Ia bertanya-tanya dalam hati.“Aku tidak bisa bergerak!” jawab Amanda lemah.Ia harus duduk. Jika tumbang, Amanda hanya akan menjadi beban buat Nigrum dan juga kakaknya. Mereka tidak memiliki kewajiban untuk menambah beban saat ini. Namun, masih sama seperti tadi, Amanda tida berhasil melakukannya.“Tetap saja tidur, aku akan membantumu bangun!” Ningrum menatap Amanda dengan iba.Amanda jadi bertanya-tanya seperti apa tampangnya kelihatan sekarang. Apakah terlihat akan mati?Amanda melakukan seperti yang diperintahkan oleh Ningrum
“Jangan kemari!” Wajah cemberut Ningrum langsung terlihat.Amanda tengah mencoba menyapu halaman depan yang didominasi tanah karena banyak dedaunan yang tersebar. Segera setelah melakukan gerakan menyapu selama beberapa saat, ia diusir oleh Andi kakak Ningrum yang baru pulang dari sawah setelah memasukan air padi.“Biarkan aku membantu!” pinta Amanda.Ia sudah jauh lebih baik sejak datang sekitar dua minggu lalu. Ia bahkan yakin kalau bisa menang dalam lomba lari dengan Ningrum. Tapi, tak satu pun dari dua bersaudara itu membiarkannya membantu.“Sudah kubilang tidak!” seru Ningrum tegas.Gelembung pada kedua pipi Amanda semakin menjadi. “Aku benar-benar baik-baik saja! Sungguh!” Amanda meyakinkan Ningrum kalau tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari dirinya.“Duduk di sana dan temani aku mengurus halaman ini! Kamu akan jadi teman ngobrol yang menyenangkan!” seru Ningrum yang sama se
“Apakah Anda sudah menikah, Amanda?”Amanda tidak tahu apa hubungan penyakitnya dengan pernikahannya. Ia menduga-duga pasti hubungannya diselidiki supaya jika terjadi hal buruk padanya, Sinta tak kesulitan untuk menghubungi orang-orang yang mengenal Amanda.“Ya! Saya menikah sekitar sebulan lalu!” jawab Amanda.Sekejap Amanda berhasil menangkap sekelebat ekspresi yang hadir di wajah Sinta. Senangkah? Marah? Amanda berusaha menduga-duga apa yang baru saja ia lihat.“Apakah saya boleh tahu siapa nama suami Anda?” tanya Sinta selanjutnya.Apakah akan ada yang berubah jika Amanda memberitahu siapa suaminya? Namun, Amanda saat ini tidak memiliki pilihan lain selain mengatakan yang sejujurnya. Ia sudah berjanji.“Ya, namanya William Ottelo Derrian!”Sinta berdiri tiba-tiba dan melotot menatap Amanda. “Kamu Nyonya Derrian?”Amanda mengangguk perlahan. Ia tak suka dipelototi p