“Amanda! Amanda!” teriak Alex sambil mengedor pintu kos Amanda.
Tidak ada sahutan, apalagi tindakan. Pintu di depannya masih kokoh, tak bergeming, masih terkunci. Karena tidak ada reaksi seperti yang diinginkan, Alex kembali mengedor-gedor pintu tersebut, lebih keras dari sebelumnya. Bahkan teriakannya memanggil nama Amanda semakin keras.
“AMANDA! AMANDA!”
Lalu pekikan Alex berhenti sebab air dingin menguyur tubuhnya sampai basah. Rahangnya mengeras dan siapapun yang melakukan hal buruk ini padanya akan mendapatkan balasa. Alex berbalik, ingin memberi pelajaran si penyiram, tetapi dihentikan oleh fakta tentang siapa yang sudah menyiramnya.
“Aku sudah tidak senang melihatmu saat pertama kali anak itu membawamu kemari. Tukang buat onar!” sembur wanita yang ada pemilik kos-kosan tempat Amanda tinggal. “Amanda tidak ada di sini lagi! Sana keluar!” Ia mengusir Alex dengan kejam.
Tidak ada di sini lagi?
“Besok luangkan waktu untukku.”Sebelum tidur kemarin William datang ke kamarnya dan membuat Amanda terpekik histeris. Pria tersebut sama sekali tidak minta maaf atau pun menyesal. Hanya menyampaikan pesan tersebut dan kemudian pergi lagi. Sejak William mengambil alih tempat bekerja Amanda, ia hanya mendapatkan shift pagi. Ia menyebutnya keberuntungan, tapi buat yang lain jelas hal tersebut kemalangan.Sehari setelah tempat bekerja Amanda diambil alih, ia sempat menyinggung soal waktu pembagian kerja pada lelaki tersebut. William memberikannya jawaban yang kurang menyenangkan.“Sebagai pemilik kamu punya kesempatan memiliki jam kerja terbaik, jadi jangan tanyakan lagi kenapa kamu tidak mendapat shift malam.”Artinya William tidak akan memberi Amanda kesempatan untuk bergabung dengan kelompok masyarakat. Ibarat makhluk hidup, Amanda adalah jenis yang sudah bermutasi menjadi jenis lainnya yang lebih baik.“Kamu menyebalk
“Jadi kamu ingin makan siang di sini?” tanya William setelah mereka berdua selesai pengukuran. Ia merapikan kembali pakaiannya. Dari cermin besar tempat ia mematut diri, William memperhatikan Amanda.Gadis itu tidak menjawab pertanyaan William. Malahan ia berdiri dan pergi begitu saja. Jelas William merasa sangat heran. Ia bahkan tidak melakukan sesuatu yang buruk hingga harus diperlakukan seperti itu.“Amanda!” William langsung berpaling untuk bisa melihat dengan lebih jelas apa yang terjadi.Dipandanginya sekitar, dinilai segera orang-orang yang satu ruangan dengan mereka. Apakah ada salah seorang yang melakukan sesuatu yang buruk pada gadis yang akan menjadi istrinya tak lama lagi itu. Namun, semuanya tampak normal di mata William.“Apa ada sesuatu yang salah?” tanya William pada Stefani yang paling dikenalnya di ruangan ini.Sebagai teman sejak kecil, mereka memang tidak bisa disebut akrab. Hany
Gadis bernama Amanda itu tidak muncul untuk sarapan keesokan paginya. William tentu saja bertanya pada pelayan yang ditugaskan untuk mengawasi Amanda di rumah, di mana Amanda.“Nona bangun pagi sekali dan makan di dapur, Tuan, setelah itu dia kembali ke kamar.” Inel menjawab dengan lekas.William menumpukan siku pada meja makan dan bertumpang dagu segera. Bukan hanya mendiamkannya saja seperti kemarin, sekarang Amanda juga tidak mau melihat wajahnya. “Memangnya apa salahku sebenarnya?” gumamnya pelan.Ia jadi tidak berselera lagi menyantap apapun yang terhidang. Ia menghabiskan isi cangkir kopinya. “Azzar belum datang, kan?” tanyanya pada Inel.“Belum, Tuan. Pak Azzar biasanya datang tepat jam tujuh pagi.”William melirik jam tangan dipergelangan tangannya. Di sana waktu menunjukkan pukul 6:45. Masih ada sekitar lima belas menit lagi. Biasanya ia berangkat pukul tujuh karena ingin membiasakan diri den
Untuk sesaat Amanda sempat lupa pada Alex yang menjadi biang keladi pelaku berubahnya kehidupan yang dijalani 180 derajat. Ia yang hidup dengan sekuat tenaga untuk bahagia, kini juga harus menjadi alat orang lain selain menjadi alat. Untuk fungsi terakhir Amanda benar-benar tidak tahu apa yang bisa terjadi padanya sebagai alat. Ia tidak tahu rencana William atau bagaimana pria tersebut akan mengunakannya. Yang jelas kehidupan William sebagai pewaris tunggal dengan banyak paman dan bibi bahkan ayah tiri di dekatnya lumayan teramcam.“Jangan memandangku dengan tatapan seperti itu, menyebalkan!”“Ah?” Amanda heran. “Aku tidak boleh memandangmu seperti ini setelah kamu menghancurkan hidupku?” tanyanya benar-benar tidak percaya.“Aku tidak menghancurkan hidupmu. Aku membuat hidupmu lebih baik!” tegas Alex dengan sangat yakin.Bahkan Amanda membayangkan semua hal buruk yang bisa dilakukannya saat ini seperti melem
Amanda bisa mendengar banyak suara di sekelilingnya. Saat ia mencoba membuka mata pandangannya sedikit buram. Gemetar di tubuhnya masih belum hilang. Malahan sekarang ia merasa kedinginan.“Bisakah AC di ruangan ini dimatikan?” tanya Amanda pelan.Orang-orang yang sedang bicara di dekatnya diam. Lalu Amanda merasakan tangan yang besar menyentuh kepalanya. “Nona, sepertinya Anda demam,” ujar seorang lelaki.Amanda tersenyum dan menjawab pelan. “Saya baik-baik saja, Pak. Hanya sedikit lelah.”Amanda bertanya-tanya apakah boleh ia tidur sebentar lagi sebelum pergi. Ia bermaksud menanyakan hal tersebut ketika dirasakan tubuhnya melambung ke naik dengan cepat. Ia melihat wajah Azzar yang diliputi kecemasan begitu dekat.“Kita akan pergi ke rumah sakit, Nona. Saya akan membuhubungi Tuan.”Amanda tidak punya keinginan atau tenaga sedikit pun untuk menolak. Ia merebahkan kepala di dada Azzar, mendengar
“Panasnya masih saja tinggi!”William tidak berkomentar. Ini sudah tiga hari sejak Amanda tumbang. Sejak saat itu nyaris seluruh pusat kegiatannya dilakukan di rumah sakit. Untuk alasan yang sama sekali tidak diketahuinya sendiri, William khawatir meninggalkan Amanda sendiri.“Ah ….” William mengosok wajahnya dengan kedua tangan. Ia merasa sangat buruk sekarang.Dengan semua hal yang dimiliki, seharusnya gampang untuk melindungi banyak orang di bawahnya. Namun, setiap kali merasa demikian, William juga merasa masalahnya bertambah berat dan pelik.“Kenapa kamu ada di sini?”William langsung menoleh. Di ranjang rumah sakit, Amanda telah bangun dan kini sedang mencoba duduk. Ia lantas berdiri dari sofa yang sedang diduduki dan kemudian menarik kursi untuk duduk di samping ranjang. Tombol untuk memanggil perawat dan duduk di kursi yang dibawanya.“Jangan bergerak. Sebentar lagi perawat akan
Sudah beberapa hari Alex mengamati. Selama itu tidak sekali pun ia melihat Amanda datang. Gadis itu seolah lenyap ditelan bumi sejak hari ia mengatakan kata-kata yang kejam.“Apa dia kabur, ya?” gumam Alex pelan.Ia mengosok dahinya frustrasi. Ada sedikit penyesalan di dalam dadanya karena terlalu keras pada Amanda. Ia hanya kesal melihat perubahan drastis dalam kehidupan gadis itu. Ia benci melihat orang lain mencapai tempat yang dituju tanpa usaha sedikit pun. Seharusnya dirinya yang mendapatkan semua itu, mengingat semua usaha yang sudah dilakukan sampai sejauh ini.“Apa sebaiknya kuhubungi saja dia, ya?” Alex bergumam lagi.Ponselnya dikeluarkan dari saku celana. Namun, ia tak lekas menyalakan ponsel yang menghubungi nomor Amanda. Maka di putar-putar ponsel tersebut di atas telapak tangannya. Ia memutuskan lima belas menit kemudian.Ponsel Amanda menyala seperti dugaannya. Bahkan setelah semua kejahatan yang dilaku
Untuk apa dia kemari? Alex mengepalkan tangannya erat-erat karena terkejut sekaligus kesal.Tiba-tiba dijemput oleh tiga orang tidak dikenal dan kemudian dijebloskan ke penjara sudah mengejutkannya. Apalagi dengan kedatangan William saat ini.“Wah … di mana bicara besarmu sebentar tadi?” ejek William. Lelaki yang berbading terbalik dengan diri Alex tersebut tersenyum mengejek. Ia memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. “Kamu terlihat pantas berada di sini,” tambah William masih dengan ekspresi mengejek yang sama.BRAk!Alex menguncang terali besi, seolah-olah benda tersebut terbuat dari kayu dan bisa dengan mudah dibengkokan atau dipatahkan. “Jangan sombong kamu!” serunya berang.William tertawa. “Bukankah aku pantas sombong? Aku punya semua hal yang tidak kamu punya.”Ekspresi pria di balik terali tersebut berubah dingin. Alex yang melihat hal tersebut menjadi merinding
Kuburan Wyatt terletak di dekat makan Anna. Nama Wyatt terpampang jelas di sana. William sangat keberatan dengan kedatangan William ke makan Wyatt. Menurutnya tak perlu melakukan hal yang berlebihan menunjukkan rasa hormat yang tak seharusnya tak diterima Wyatt. “Usia kandunganku sekarang tiga bulan! William sangat tidak suka saat aku mengusulkan ke sini! Tapi, aku harus pergi ke sini!” Amanda bermonolog sendiri. Ia berhenti dan menoleh ke arah jalan masuk tempat ia datang. Ada Azzar di sana dan juga Inel. Ia berhasil menyuruh dua orang itu berhenti di pintu masuk. Jadi ia bisa mengatakan apa yang ingin dikatakan di sini. “Aku sama sekali tidak merasa sedih karena kematianmu! Hubungan kita tidak sampai seperti itu, bukan! Kamu tidak menyukaiku, aku juga tidak!” Ia lalu meletakan salah satu buket bunga yang dibawa di makam Wyatt dan satunya lagi di tempat Anna. “Ibu menceritakan padaku seperti apa Anna. Kami berhasil menemukan salah satu foto tua wanita yang kamu cintai itu. Dia .
“Kenapa kamu muncul di sini lagi? Astaga!” Stefani terpekik di depan pintu. Kepala William muncul kembali. Kalau Amanda tak salah hitung itu sudah terjadi sebanyak tiga kali dengan intensitas sepuluh menit sekali. Amanda yang mengetahui perbuatan William hanya berpura-pura saja tak mendengar dan tetap fokus pada riasannya yang sedang dikerjakan. “Apa riasannya sudah selesai?” tanya William datar. “Kalau dia sudah selesai, aku akan mengantarnya ke depan pintu! Pergilah dari sini atau aku akan membawa kabur istrimu!” Ancaman keluar dari mulut Stefani. Saat wanita yang menjadi perancang busana itu menutup pintu dengan dibanting keras, ia masih saja merungut panjang pendek. “Lihat bagaimana pria menyebalkan itu menjadi posesif pada apa yang dimilikinya!” tambahnya sambil menyentak-nyentak ujung gaun Amanda sehingga semakin cantik jatuhnya. “Maafkan dia!” pinta Amanda mewakili William. “Pastikan dia membayar dua kali lipat. Biaya jasa dan permintaan maaf karena sudah menganggu!” seru
Amanda memandangi bayangannya di cermin. Tak menyangka akan bersama William semalam. Mereka berdua bahkan melupakan makan malam. Lalu pagi tadi, William bangun di sampingnya tersenyum dan mengucapkan kata “pagi” dengan senyum cerah.“Jantungku tidak akan kuat!” keluh Amanda.Mengingat bagaimana William begitu menginginkannya saja sudah membuat Amanda meledak karena senang. Benar seperti ini, kan, rasanya dicintai?” Tanya Amanda di dalam hati.Suara ketukan di pintu kamar menyentak lamunan Amanda. Ia menoleh. “Siapa?” tanyanya. Dalam hati ia menebak, Jangan-jangan itu William?Setelah selesai mandi, William bergegas pergi. Amanda sempat melihat Azzar ada di pintu tadi. Ia akan memarahi Azzar nanti saat hanya ada mereka berdua saja.“Ini Inel, Nyonya! Sarapannya mau di kamar atau di ruang makan saja?” tanya Inel.“Ruang makan saja!” seru Amanda.Ia benar
“Astaga ... Pak Azzar! Kenapa berdiri di depan pintu!” seru Amanda kaget.Ia menutup pintu dengan sangat hati-hati supaya tidak terdengar sampai ke dalam kamar mandi. Tetapi, malah hampir menabrak Azzar yang entah bagaimana telah berdiri di sana. Amanda yakin kalau saat ia masuk beberapa saat lalu, tidak ada siapapun di sana. Bahkan saat Inel pelayan yang membantu Amanda membuka pintu, masih tidak ada siapa-siapa.“Tuan William mengirimi saya pesan untuk berada di sekitar sini jika ada apa-apa!” Setelah mengatakan itu Azzar berdehem. Ia sepertinya sedikit malu dengan perintah yang diberikan padanya. Amanda jadi penasaran apa isi perintah sebenarnya. “Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?” tanya Azzar pada Amanda.“Prisilla sebentar lagi akan datang!”Jika William bahkan menempatkan Azzar di depan pintu, maka sepertinya pembicaraan yang akan dilakukan suaminya itu begitu penting.“Jadi?” tanya
“Maafkan aku!” Esme hampir terjatuh karena membungkuk untuk minta maaf pada Amanda.Sementara itu Amanda sama sekali tidak mengerti kenapa wanita yang menjadi ibu suaminya itu minta maaf. Tetapi, Amanda berhasil menyambut tubuh Esme dan membantunya duduk dengan benar kembali.“Jangan lakukan hal yang berbahaya, Bu!” William terdengar memperingatkan dengan kesal.Di telinga Amanda walau terdengar ketus, peringatan William terdengar tulus. Suara dingin setiap kali berbicara pada ibunya yang keras didengar Amanda sudah tidak lagi ada. Ia benar-benar senang mendapati perubaha selama dirinya tak ada.“Ibu mau minum teh denganku di taman?” tanya Amanda.Ia telah banyak tidur di atas pesawat dan penerbangan yang tak sampai dua jam tersebut sama sekali tidak memberinya efek buruk seperti mabuk. Dilihatnya Esme menoleh dahulu pada William.“Tidak ....”Sebelum William selesai mengatakan penolakan
Amanda menatap awan-awan tipis yang ada di bawahnya. Beberapa saat lalu ia melihat hamparan berwarna biru yang diyakini sebagai laut. Kini ada pepohonan dan rumah-rumah yang seperti kotak korek api. Walau Amanda tidak pernah suka dengan getaran yang dirasakan saat pesawat pertama kali naik dan mendarat. Semua terbayarkan dengan apa yang dilihat sekarang.“Kamu menyukainya?” tanya William.Amanda menoleh dan mengangguk senang. Sejak tadi pipinya ia tersenyum dan rahangnya akan mencapai batasnya sebentar lagi. Ia bisa merasakan sentakan rasa ngilu pada persendian rahang. Akan tetapi, ia merasa sangat senang bisa bersama William, bergenggaman tangan, dan tak harus bersikap tak tertarik pada pria yang menjadi suaminya itu. Ia bahkan siap membayar dengan apapun yang dimiliki karena sudah melangar kontrak.“Apa lagi yang kamu sukai?” tanya William selanjutnya.Senyum Amanda tak lantas menghilang walau saat ini ia sedang berpikir. “
Mobil-mobil berhenti tepat di depan rumah sederhana terbuat dari bata merah dan belum d plester. Terasnya cukup lebar dan ada bale-bale bambu di depan sana. Dua wanita berbeda usia keluar dengan tergesa-gesa dari pintu dan tampak terkejut menatap dua mobil yang berhenti di halaman yang rapi. Satu mobil lagi parkir di tepi jalan karena tidak muat di halaman.Ketika para lelaki yang ada di dalam mobil keluar, kedua wanita yang berbeda usia tersebut mundur. Yang lebih muda melindungi wanita yang lebih tua yang berada di belakangnya.“Maaf mengagetkan kalian berdua!” kata William lekas.Begitu turun ia bergegas menghampiri kedua wanita yang berdiri dan menatap takut ke arah mobil-mobil yang datang.“Kalian siapa? Ada urusan apa kemari?”Ada getaran yang jelas-jelas didengar William tanpa usaha. Datang dengan tiga mobil sekaligus ternyata adalah pilihan yang buruk. Ia mendesah dan sekali lagi mengumamkan kata maaf.“
“Aku akan ikut untuk menjemput Amanda!” Keputusan bulat itu mendadak muncul di kepala William dan lekas disuarakan.Mata-mata yang tidak setuju milik Esme dan Azzar langsung terlihat. William sama sekali tidak peduli. Kalau ia mengutus orang lain maka akan butuh waktu untuk bisa melihat Amanda. Waktu yang dibutuhkan menjadi dua kali lipat dihitung saat keberangkatan dan saat pulang.“Ada banyak yang harus kamu urus di sini, Wil!” ingat Esme.“Semuanya bisa diurus atau kalau benar-benar membutuhkanku bisa dipending! Aku akan pergi dengan mereka juga!”Azzar dan juga Esme tahu kalau William sudah mengambil keputusan maka tidak ada seorang pun yang bisa mengubahnya. Mereka berdua hanya bisa menghela napas.“Berhati-hatilah dan bawa istrimu pulang dengan selamat!” Pesan Esme pada akhirnya.Ia mengangat tangan dan seorang pelayan datang lalu mendorong kursi roda milik Esme. Mereka berdua keluar dari
“Kami berhasil membawa wanita yang disebut-sebut dokter itu, Tuan!” kata Azzar memberitahu William.William duduk dengan wajah tegang. Tetapi ia benar-benar sangat bahagia. Akhirnya setelah sebulan lebih pencarian, ia menemukan titik terang ke mana Amanda di bawa oleh Wyatt. Pantas saja tak ada kabarnya kalau Amanda disembunyikan di tempat kecil begitu.“Apa wanita itu mencoba melarikan diri?” tanya William.“Tidak, Tuan, malahan ia langsung pergi saat kami mengatakan kalau merupakan utusan Anda dan memperlihatkan foto pernikahan Anda!” kata Azzar.Ia pikir komplotan Wyatt yang kali ini lumayan bodoh. Atau ia tahu kalau Wyatt sudah tewas dan makanya berpendapat sudah tak ada gunanya membantu. Semakin lama bersama Amanda kemungkinan terciduk juga akan semakin besar.“Bawa dia kemari!” suruh William.Ia ingin mendengar wanita yang sudah menyembunyikan istrinya memohon dan meminta ampun untuk tida