"Gabe, apa kau sudah bicara kepada Jonas tentang kehamilanku?" tanya Isabella sembari membelai manja perut six pack kekasihnya yang berbaring di sampingnya."Belum, Jonas sedang sibuk sepulang dari Maldives. Dia menolak untuk ditemui di kantor dan aku tak enak main ke penthousenya karena Audrey tinggal di sana sekarang!" jawab Gabriel apa adanya. Dia memang ingin menikahi Isabella, tetapi juga tidak ingin terlalu merepotkan kakaknya.Sejenak tangan wanita itu berhenti bergerak, dia mencebik mendengar selingkuhan suaminya sudah tinggal bersama di penthouse Jonas. "Ckk ... lantas apa lagi yang ditunggu oleh Jonas? Toh dia sudah tinggal bersama perempuan murahan sok suci itu!" sembur Isabella yang nampak kesal."Bella, kenapa kau marah-marah begini? Jangan-jangan kau cemburu kepada kakakku, lantas apa tujuanmu memilihku menjadi suami pengganti Jonas?" tegur Gabriel, berusaha berpikir logis tentang hubungan mereka."Hey, tidak seperti itu, Gabe. Ohh come on, Baby—jangan ngambek begitu! Ak
Jonas mengemudikan sendiri mobil Lamborghini Veneno miliknya dengan Audrey duduk manis di sebelahnya. Dia membuka kap atas mobil tersebut karena cuaca malam itu sedang cerah. Bintang-bintang menemani rembulan sabit yang tergantung di langit kota Houston. "Pengacaraku tadi menelepon memberi kabar tentang gugatan perceraianmu dan Dicky Bergins, Darling. Pria itu alamat domisilinya berbeda dengan di kartu identitas penduduk. Apa ada email yang dapat digunakan untuk mengirim surat elektronik?" tanya Jonas sambil berkonsentrasi ke jalan raya di depannya."Ada, ini kukirim melalui pesan teks ke nomor ponselmu. Kemarin saat menculikku, Dicky berniat untuk tinggal di rumah Pancho. Itu mechanic kepercayaannya yang mengurus kendaraan balap motoGP Dicky sedari dulu. Mungkin bisa dikirim suratnya ke sana, Jonas!" saran Audrey sambil mengetik di layar ponselnya."Hmm ... kita lakukan dua usaha itu saja, Audrey. Dia harus menerima surat panggilan persidangan perceraian. Tanggalnya sudah diputuskan
"Dad, kita bicarakan ini empat mata nanti. Ehh, tunggu dulu ... Gabe juga harus ikut bicara bersama kita!" ujar Jonas di telepon. Dia tak siap dengan situasi di mana kedekatannya bersama Audrey harus menjadi sorotan ayahnya. Betapa mengerikan karena situasi yang mereka hadapi begitu kacau. Audrey masih istri Dicky Bergins, sedangkan Jonas adalah suami Isabella MacConnor."Kenapa Gabe harus dilibatkan? Lebih baik kau jauhi wanita asing itu, Jo! Istrimu di rumah pasti akan terluka hatinya kalau mengetahui perselingkuhanmu ini!" seru Mister Benneton senior sambil bertolak pinggang di ruang kerja kediaman Benneton.Jonas memijit pelipisnya, dia pening harus menghadapi tekanan dari ayahnya untuk menjauhi Audrey. Maka dia pun menjawab, "Dad, please ... kita bicarakan semuanya dengan baik-baik. Ada banyak hal yang mom and Dad tidak ketahui tentang pernikahanku dengan Isabella!" "Ohh ... damn. Jonas, kau jangan mempermainkan Isabella. Aku harus menghadapi kedua orang tua istrimu juga kalau
"SHIT! Wanita sialan itu menuntut cerai dariku, Guys!" umpat Dicky Bergins setelah membaca email yang dikirimkan oleh kantor pengacara di Houston.Louis bereaksi pertama, "Dari mana kau tahu? Apa kau menerima suratnya?""Pengacaranya mengirim email ke surelku. Sidang pertama Jumat depan, Louis!" jawab Dicky lesu. Dia masih sedikit mencintai Audrey, tetapi yang jelas egonya terluka karena didepak oleh istrinya.Bar di kota Austin malam Minggu itu sangat ramai, hampir semua warga pedesaan pinggir kota turun ke sana mencari hiburan untuk menghilangkan kebosanan.Pancho yang melihat Sherrif Henry Lawrence menyeletuk, "Bagaimana kalau kau ajak sherrif menjemput paksa Audrey dari kantor pria Benneton itu saja besok Senin, Dicky?""Ide cemerlang, Pancho. Itu bisa menggertak Jonas karen
"Kami ingin menjemput Mrs. Bergins, Sir. Dia ditahan di sini dan tidak diperbolehkan pulang ke suaminya oleh Mister Jonas Benneton!" ujar Sherrif Henry Lawrence yakin. Dia berpegang pada cerita Dicky yang salah.Mister Richard Benneton menghampiri Jonas lalu berkata keras, "Lepaskan dia, Son. Setidaknya pilih wanita baik-baik, Jonas!""Dad, ini tidak seperti yang Daddy kira. Mereka membuat situasinya menjadi nampak salah. Audrey sudah akan bercerai dari suaminya besok Jumat. Surat dari pengadilan telah dirilis!" Jonas berusaha menjelaskan fakta yang sebenarnya terjadi."Tetap saja wanita itu masih berstatus istrinya, jadi biarkan dia membawa Audrey!" tepis Mister Richard Benneton tak mau tahu.Dengan seringai kemenangan Dicky mencengkeram tangan Audrey lalu menarik istrinya keluar meninggalkan ruangan presdir Benneton Prime Company.Audrey terisak-isak panik, dia ketakutan
Kedatangan Gabriel dan Isabella di Benneton Prime Building tepat waktu. Setelah keributan karena gerombolan Dicky Bergins berakhir, Jonas masih menenangkan Audrey di kafetaria perusahaannya di lantai lobi."Hey, Jonas. Apa kita bisa menemui Dad sekarang?" sapa Gabriel yang mendekati meja kakaknya bersama Audrey.Jonas segera berdiri dan memeluk hangat adiknya, dia menjawab, "Sure, Gabe. Ayo kita naik, bersama Isabella tentunya karena dia yang harus menjelaskan ke daddy tentang kehamilannya!"Wanita berambut pirang bermata biru itu mengangguk dan berkata, "Aku siap menemui ayah mertuaku, Jonas!""Terserah!" tukas Jonas selalu kesal bila berkaitan dengan Isabella MacConnor. Dia menggandeng tangan Audrey meninggalkan kafetaria lalu naik lift berempat ke lantai teratas gedung.Di sofa ruangan presdir, Mister Richard Benneton duduk santai menikmati kopi hitam. Dia terkejut
"Gabe ... setelah ini jangan kembali ke rumah sakit ya?" rayu Isabella sambil mengecupi pipi kekasihnya di hadapan Audrey.Sedikit tak nyaman dengan pemandangan yang tak seharusnya dia lihat, tetapi Audrey bingung harus pergi dari sofa atau bagaimana. Dia pun diam tertunduk saja menunggu Jonas.Gabriel yang lebih sensitif akan hal itu, dia pun menanggapi ajakan mesra Isabella, "Aku ingin bicara sebentar dengan Jonas empat mata, apa kamu mau menungguku? Seusai itu aku akan menemanimu lagi!""Okay, Baby. Pergilah!" sahut Isabella dengan riang. Dia ingin menyeret Gabriel ke hotel setelah ini.Selepas kepergian Gabriel ke luar ruangan presdir, Isabella berkata kepada Audrey, "Tepat 'kan dugaanku dulu? Kau merangkak naik ke ranjang bosmu, hmm?""Maaf, mungkin hubunganku dengan Jonas membuatmu terganggu. Akan tetapi, sama seperti kamu dan Gabe, kami juga berhak untuk
"Dicky, apa kau yakin bisa menguasai kendaraanmu dan tidak menabrak pembatas sirkuit lagi?" tanya Louis ragu-ragu ketika rekannya duduk di balik kemudi motor supersonic di belakang garis start lintasan."Yeah, pasti aku bisa melakukannya, Dude. Apa kau kuatir? Ini mudah, kenapa harus takut?!" jawab Dicky penuh semangat. Dia menginjak dalam-dalam pedal gas kendaraannya hingga menimbulkan bunyi knalpot meraung kencang.Akhirnya Louis yang menjadi manager Dicky mengendikkan bahunya menyerah. Dia berpesan, "Lakukan dengan hati-hati, nyawamu lebih berharga, Dicky!""Siap, Boss!" sahut Dicky lalu dia mulai untuk memacu kendaraannya dalam kecepatan stabil kencang di bawah stopwatch yang menghitung durasi tempuh dari garis start hingga finish.Woody, Pancho, dan Louis yang menjadi tim pendukungnya di sirkuit mengawasi Dicky dengan rasa cemas yang mencekam."Apa menurutmu Dick
Skylar dan Shine yang telah siap untuk naik ke panggung pertunjukan talent show sekolah dasar siang itu masih menantikan kehadiran sosok ayah mereka."Apa dad terjebak kemacetan lalu lintas?" tanya Skylar ke saudari kembarnya.Shine menghela napas melihat mata biru Skylar yang berkaca-kaca. Dia menghibur kembarannya itu seraya berkata, "Entahlah, kita berdoa saja agar dad bisa segera tiba!" Pembawa acara talent show mengumumkan pertunjukan tari balet berpasangan bertema Swan Lake Dance. Kedua putri kembar Jonas-Audrey mulai naik ke pentas di balik tirai hitam yang masih menutup panggung. Musik rekaman orkestra mengalun merdu seiring tirai yang terangkat ke atas.Tepuk tangan riuh dari para penonton yang sebagian besar adalah orang tua siswa-siswi SD tersebut membahana di auditorium. Sekilas Skylar dan Shine menatap ke bangku penonton, mereka pun tersenyum ceria karena sang ayah tercinta duduk di baris terdepan membawa handicam bersebelahan dengan mommy serta kedua kakak laki-laki mer
Delapan tahun kemudian."Daddy, besok adalah hari pertunjukan balet kami di sekolah. Apa Daddy bisa datang untuk melihat kami menari?" seru Skylar sambil memperagakan gaya tari balet yang telah dia latih bersama Shine sebulan terakhir ini."Wow, tentu saja, Baby Girl! Daddy bangga kepada kalian!" jawab Jonas sembari merangkul bahu kedua putri kembarnya sepulang kantor. Audrey tahu suaminya pasti lelah setelah seharian bekerja lalu berkata kepada gadis-gadis ciliknya, "Sky, Shine, biarkan daddy kalian mandi sebentar ya. Kita bertemu di ruang makan pukul 19.30, okay?" "Okay, Mommy!" sahut Skylar dan Shine serempak lalu mereka berlari-lari riang ke ruang keluarga untuk menonton serial kartun Nickelodeon favorit mereka. Kedua kakak laki-laki mereka sedang berada di kamar Shawn yang sulung untuk merakit miniatur kota Houston. Permainan lego edisi spesial limited edition itu dibelikan Jonas sebagai hadiah untuk Shawn dan Anthony yang meraih ranking satu di kelas masing-masing. Kedua putr
Jonas tak mampu menghilangkan seringai konyol dari wajah tampannya sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya di Woodlands. Istrinya berusaha untuk mengabaikan hal itu, tapi tak bisa. Audrey akhirnya tertawa seraya berkata, "Hubby, nanti otot wajahmu kram karena terlalu banyak tersenyum lebar seperti itu.""Ohh ... aku sangat gembira. Mungkin pria paling bahagia di planet ini!" jawab Jonas terkekeh. Audrey pun tahu alasannya, suaminya itu sangat mendambakan kehadiran anak perempuan. Dan dia baru saja mendapat berita sepasang anak kembar di rahim istrinya. Sekalipun belum pasti jenis kelaminnya, tetapi jikalau benar itu perempuan tentu saja Jonas semakin senang."Okay, aku ingin bertanya kepadamu. Seandainya anak ini perempuan dua-duanya, akan diberi nama siapa, Hubby?" tanya Audrey iseng."Aku sudah memiliki nama panggilan yang cocok untuk mereka berdua. Skylar dan Shine!" jawab Jonas dengan yakin."Nama yang cantik dan bermakna! Hanya Anthony yang memiliki inisial A. Nanti dia sedih ka
Waktu mengalir begitu deras dari hari ke hari berikutnya, Jonas masih saja memuja istrinya bagaikan titisan dewi cinta. Perubahan tubuh Audrey yang lebih menebal di beberapa tempat tidak menyurutkan perasaan cinta suaminya setelah mengarungi kehidupan bersama dengan terpaan badai problematika yang wajar terjadi dalam berumah tangga.Godaan wanita-wanita yang silau akan harta ke suaminya tak terhitung banyaknya. Audrey berusaha memaklumi hal itu setiap kali dia diminta Jonas mendampinginya ke pesta kalangan atas. Para wanita berlomba-lomba mencari perhatian Jonas dan juga mengajak berdansa. Seperti malam ini ketika mereka menghadiri pesta anniversary pasangan MacConnor senior. Orang tua Isabella telah berhasil melalui 30 tahun pernikahan dengan setia satu sama lain. Pesta dansa megah diselenggarakan di ballroom Hotel Royal Triumph Houston. "Jonas, kuharap kau bisa menemaniku berdansa sekali saja!" ujar Kathrine MacLewis seraya menaruh tangannya di lekuk lengan suami Audrey."Ehm ...
Setahun telah berlalu semenjak bulan madu pasangan Benneton ke Eropa. Seorang putra kecil telah hadir lagi di keluarga Jonas dan Audrey. Sementara Shawn telah berusia hampir dua tahun. Kini keluarga kecil itu telah memiliki dua orang anak yang usianya tak terpaut jauh."Audrey, sepertinya aku harus menanyakan kepada dokter kandungan tentang cara mendapatkan anak perempuan. Bisa jadi aku terlalu perkasa jadi kedua keturunanku laki-laki semua!" ujar Jonas sambil menimang-nimang putra keduanya di kamar tidur usai disusui oleh Audrey."Ohh ... ayolah, masa kau sudah memikirkan tentang anak ketiga, Jonas! Aku ingin jeda hamil dan melahirkan setidaknya dua tahun, kumohon!" rengek Audrey nyaris menangis. Dia merasa tubuhnya terlalu lelah dengan aktivitas merawat newborn.Maka Jonas pun membaringkan Anthony Clark Benneton yang telah tertidur pulas di tempat tidur bayi. Kemudian dia duduk di tepi ranjang merangkul bahu Audrey. "Maafkan aku kalau terlalu antusias memiliki banyak anak, Darling.
Perjalanan bulan madu Jonas dan Audrey ke Swiss dan Italia dilalui dengan banyak kenangan manis. Mereka kembali ke Texas setelah seminggu lamanya berada di benua biru itu dan hari selanjutnya Jonas mulai bekerja normal di kantor seperti sedia kala. Audrey di rumah mengurus Shawn sekaligus beristirahat pasca liburan panjang yang cukup melelahkan. Dia menyadari bahwa jadwal menstruasinya terlambat dari tanggal yang seharusnya. Nampaknya dengan segala aktivitas ranjang yang dia jalani bersama Jonas setiap hari tanpa absen, kehamilan kedua terasa nyata di depan mata. "TING TONG." Pelayan rumah Audrey bergegas membukakan pintu untuk tamu yang berkunjung siang itu. Namun, ternyata bukan tamu melainkan seorang tukang pos yang mengirimkan sepucuk surat. "Hello, Miss. Ada surat untuk Nyonya Audrey Newman. Apakah benar tempat tinggalnya di sini?" ujar tukang pos berusia tiga puluh tahunan itu seraya mengulurkan sepucuk surat beramplop putih yang tidak terlalu tebal dengan tulisan tangan."O
Pesawat yang membawa Jonas dan Audrey dari Bandara Zurich menuju ke Bandara Naples mendarat dengan mulus di landasan. Hari sayangnya telah sore sehingga mereka praktis hanya bisa berkendara dengan taksi menuju ke hotel yang terletak di Amalfi Coast.Pesisir pantai di sebelah selatan Italia itu terbentang sejauh kurang lebih 100 kilometer dengan tiga belas kotamadya yang berbeda karakteristiknya sekalipun masih sama-sama menghadap Laut Tirenian dan Teluk Salerno. Jonas sengaja mengajak Audrey langsung ke kota Positano yang paling terkenal akan keindahannya. Mereka berencana menghabiskan lima hari di Amalfi Coast. Dia menunjuk dari jendela taksi yang melaju daerah perkebunan lemon, zaitun, dan jeruk yang tumbuh mencolok di sisi tebing daerah Positano. "Wow, indah sekali tampilan kota ini, Jonas. Gedung-gedungnya dicat berwarna-warni dengan bentuk vertikal karena memang terletak di daerah tebing yang langsung menghadap ke laut. Aku tak bisa tidak takjub melihat panorama di sini!" desah
"Good morning, Audrey Darling! Bersyukur kita tidak terkena hipotermia karena listrik padam semalam ya, bagaimana kondisimu pagi ini?" sapa Jonas ketika istri tercintanya menggeliat terbangun dalam dekapannya.Audrey tersenyum menatap wajah Jonas dan menjawab, "Untungnya aku baik-baik saja. Apa rencanamu hari ini?""Aku ingin bermain ski, apa kau suka juga main ski?" sahut Jonas dengan santai sembari berbaring miring di samping Audrey."Ohh ... tentu saja, pasti asik. Apa kita bisa mandi dan sarapan terlebih dahulu?" Audrey bangkit dari tempat tidur dan merenggangkan otot-ototnya yang kaku sembari melangkah ke kamar mandi.Jonas segera menyusulnya dan menjawab, "Okay, kita mandi lalu turun ke bawah."Setelah mandi singkat dan berpakaian, pasangan Benneton pun turun dengan lift yang telah mulai beroperasi normal sejak listrik padam semalam. Mereka menikmati menu buffet yang disediakan di restoran resort bersama tamu-tamu lainnya yang menginap di tempat yang sama.Sekitar pukul 08.00 wa
Malam pertama yang dilalui Audrey bersama Jonas di Pegunungan Alpen begitu melelahkan, suaminya seperti banteng yang baru saja dikeluarkan dari gerbang arena matador. Memang sedari mereka awal berkenalan gairah pria itu kepadanya begitu tak terkendali. "Baby, suhu udaranya dingin membeku di sini. Bolehkah aku mengenakan pakaian dan tidak bertelanjang di bawah selimut?" tanya Audrey yang masih berkeringat pasca pergumulan marathon bersama Jonas di atas ranjang. Jonas merasakan tubuh istrinya bergidik karena kedinginan. Salju di luar kaca jendela seolah tak akan berhenti tercurah dari langit yang gelap. "Yes, pakailah baju tebal yang hangat, Darling. Tunggu, akan kuambilkan di koper!" jawabnya lalu menyibak selimut untuk turun dari tempat tidur."Terima kasih, Jonas!" ucap Audrey sembari menatap punggung bidang berotot liat itu dari belakang. Kaos berbahan katun dan sweater merah maroon menjadi pilihan Jonas untuk dikenakan oleh Audrey, dia tidak mencarikan bawahan dan berlanjut meng