Seorang manajer tengah dipukuli agar ia memberitahukan brankas penyimpanan uang. Ketika ia tak bicara, seorang pria yang sepertinya pimpinan kelompok itu mnembak kepalanya hingga ia tewas. Malikha menahan tangis dan kepanikannya agar tak meledak. Jika tidak, bayinya bisa kekurangan oksigen dan ia tak ingin terjadi hal yang membahayakan.
"Bernapas Malikha ... bernapas," gumamnya pelan ketakutan sambil memejamkan mata. Tangannya lalu meraba perut dan menenangkan bayi yang terus bergerak karena sang ibu sangat stres.
"Tenanglah, Sayang. Mommy di sini. Tenanglah ... kita akan baik-baik saja!" bisik Malikha pada bayinya.
Seorang pengunjung yang juga ikut disandera bersamanya lalu menoleh pada Malikha merasa kasihan melihatnya yang ternyata sedang hamil. Ia berinisiatif untuk menggeserkan tubuhnya agar menutupi Malikha sehingga tak ada perampok yang menyadari kehadirannya.
"Terima kasih!" bisik Malikha dari belakang. Pengunjung pria yang lebih muda darinya
Sementara itu di dalam bank, para perampok sedang mengumpulkan hasil jarahan mereka ke dalam sebuah truk yang diparkir di saluran air di bawah bank tersebut. Sampai salah satu perampok memeriksa satu persatu para sandera. Seorang wanita kemudian dilecehkan dengan ditarik pakaiannya hingga terlepas. Ia sudah berteriak minta tolong namun tak ada yang bisa menolong mereka saat ini."DIAM!" teriak perampok tersebut dan terlihat hendak menggagahi wanita itu di depan para sandera lainnya. Seorang temannya kemudian berteriak."Hei ... kita tidak punya waktu untuk main-main! Lepaskan dia!" ujar temannya itu. Pria itu dengan berang melepaskan wanita malang itu dan melemparnya ke kumpulan pada sandera. Namun matanya kemudian melihat sosok yang menarik matanya, Malikha yang bersembunyi tak sengaja memperlihatkan wajahnya."Halo manis!" panggilnya dengan pandangan nakal dan jahat. Malikha langsung beringsut ke belakang berharap agar ia dilepaskan. Tapi tangan pria itu lebih
Ruang ventilasi sempit yang tengah dilewati Aidan tersebut mengarah pada ruangan di samping ruangan deposit utama Bank tersebut. Beberapa kali Aidan sempat berhenti dan menenangkan dirinya. Bukan karena tidak muat tapi karena ia memang dulunya punya phobia pada ruangan sempit. Sampai kakinya sempat di pegang oleh Blake yang menanyakan keadaannya.“Kamu baik-baik saja?” tanya Blake yang sedikit tahu tentang keadaan Aidan. Aidan menarik napas dan menoleh ke belakang lalu mengangguk. Aidan kembali meneruskan merangkak sampai ia tiba di ujung pintu ventilasi dan mendesakkan tubuhnya ke depan.Setelah keluar dan menginjakkan sepatu bootnya ke lantai, Aidan menarik napas lega. Polisi yang lebih dulu turun lantas memberikan senjata Aidan yang tadi dilemparkan. Aidan lalu berjalan mengendap di balik dinding dan masih mencoba berusaha menghubungi Arjoona, tapi tak ada sinyal sama sekali. Aidan akhirnya memberi tanda pada Juan untuk maju ke dinding di depannya.
Shawn Miller baru bisa masuk ke saluran bawah setelah mendapatkan laporan dari Joona jika Aidan tidak menemukan siapapun di dalam ruang deposit. Jayden yang berjalan di belakangnya terus menodongkan senjatanya melindungi Shawn dari belakang.“Kurasa kita dijebak!” ujar Arya bergumam setelah ia ikut mendengar laporan Arjoona tentang Aidan. Jayden hanya menoleh pada Arya dengan raut kecemasan yang sama tapi mereka harus terus bergerak.Saluran terowongan bawah air New York panjang dan bercabang. Butuh waktu untuk memeriksa dan para perampok bisa bersembunyi dimana pun."Jay, periksa sebelah kirimu!" ujar Shawn memberi arahan. Jayden kemudian berpencar dengan Arya meninggalkan Shawn memeriksa sebuah sambungan terowongan di sebelah kiri. Sementara Shawn dan Grey tetap berjalan memeriksa di depan mereka."Jay ..." panggil Arya lalu menunjuk pada sebuah sisi pintu yang sedikit terbuka. Jayden yang melihat lalu menyuruh Arya untuk bergeser agar ia bi
"James, kita harus mengakhiri ini," jawab Joona pada James. James begitu kesal dan marah. Ia menerobos ke depan dan terus memuntahkan pelurunya."AAAA!" ia menubruk dengan cepat seorang anggota gengster yang telah berhasil masuk lalu menembak kepalanya dengan brutal. Dua peluru yang membuat kepala terbelah mengenaskan. Tanpa jeda, ia memutar kepala anggota gengster lainnya dan terus menembak sampai seor ang gengster menembak dan berhasil mengenai dadanya.James sempat tersentak ke belakang dan meraba dadanya. Peluru itu bersarang di rompi anti peluru yang ia kenakan. James pun menyeringai dan memaksa dengan menembak cepat. Tangan Arjoona lantas menarik kerah rompi James dari belakang. James begitu nekat dan hampir membuatnya terbunuh.Usai menarik dan menyembunyikan James, Joona langsung menyikutnya."Apa yang kamu pikirkan? Kamu bisa mati!" hardik Joona kesal lalu mereka ditembaki lagi dan harus berlindung dibalik meja yang sebentar lagi akan hancu
Udara lembab dengan rembesan menjadi hal yang harus dihadapi Malikha di dalam terowongan air tersebut. Tak hanya rasa sesak karena tak banyak udara di gorong-gorong besar tersebut. Tak jarang saat berjalan, Malikha juga melihat binatang pengerat seperti tikus dan itu membuatnya bergidik.Kehamilan Malikha yang sudah membesar membuatnya jadi lebih cepat lelah dan kesulitan berjalan. Dan itu membuat perampok yang menyanderanya jadi kesal. Malikha dipaksa berjalan cepat sama seperti sandera lainnya dan itu sempat membuatnya kesakitan beberapa kali."Sini kamu!" Malikha ditarik paksa oleh pemimpin perampok tersebut diantara selokan pembatas air. Sepatu dan setengah baju Malikha sudah basah karena beberapa kali ditarik dan jatuh ke kubangan air.“Uhh!” Malikha terjatuh lagi dan bayinya sempat menggeliat membuat Malikha jadi kesulitan. Perampok yang membawanya jadi makin kesal dan langsung menghampiri dan berbuat kasar padanya."Kamu mau mati ya!" h
"Lepaskan aku ... TOLONG!" teriak Malikha sekuat mungkin. Perampok itu tak menggubris teriakan penolakan Malikha, ia malah menampar Malikha dengan keras."JANGAN BANYAK BERGERAK!" teriaknya berusaha menyentuh Malikha. Malikha terus menyudutkan diri dan melawan dengan apapun yang ia bisa."Hei, cepatlah. Kita harus pergi!" seorang temannya lalu membuka pintu dan menegur pemimpinnya itu. Perampok itu berbalik dan mendelik pada temannya."Aku hanya butuh waktu 10 menit, bisakan!" hardiknya pada temannya yang kemudian menyengir setelah melihat keadaan Malikha yang terdesak ke dinding."Sisakan untukku!" ujarnya menyengir jahat."Apa kamu mau melihatnya, masuk saja!" ia malah menawarkan temannya untuk menyaksikan hal yang buruk yang akan dilakukannya pada Malikha. Temannya kemudian masuk dan menyaksikan bagaimana Malikha kemudian ditarik dan akan dilecehkan. Malikha hanya bisa berteriak dan menangis.“Lepaskan aku!”Aidan melew
Dengan marah, Arjoona masuk ke sebuah koridor yang dijaga puluhan orang gengster bersenjata tajam. Ia menembak membabi buta dan menyerang untuk membnuh. Mars, James dan Glenn juga tak kalah brutal. Bryan, Caleb, Han serta Erikkson muncul dari lorong satunya lagi dan membantu menghabisi semua anggota gangster tersebut.Sampai di ujung lorong, Arjoona menghabisi anggota terakhir lalu menendang pintu di sebelahnya. Terlihatlah para sandera yang sudah meringkuk ketakutan karena todongan senjata.Bryan langsung menembak lalu dibantu James menghabisi semua gangster yang tersisa di dalam ruangan itu. Sambil terengah dengan napas terakhir, Arjoona melaporkan keadaannya."Kami menemukan sanderanya!" Joona kemudian berbalik pada Bryan untuk menembakkan pengantar sinyal agar mereka ditemukan. Bryan mengangguk lalu mengambil sebuah alat yang ia sebut 'Spider'. Ia menembakkan Spider ke langit-langit ruangan dan alat itu menancap dan menyala. Tak lama, suara helikopter terden
Arjoona Harristian tak ayal kemudian mencari Aidan pada seluruh orang-orang yang dikeluarkan Polisi dan tim penyelamat dari terowongan bawah tanah itu. Ia memeriksa semua orang tapi tak ada tanda keberadaan Aidan sama sekali. Arjoona ikut bertanya pada Blake dan Grey sebagai orang yang terakhir bersamanya."Tuan Aidan memisahkan diri dan mengikuti beberapa perampok yang membawa sandera ke lorong di sebelah truk kontainer itu," jawab Blake pada Arjoona. Blake yang sedang diobati oleh salah satu paramedis ikut berdiri dan ingin mencari."Duduk saja biar aku yang urus," ujar Joona kemudian. Arjoona kembali pada sahabat-sahabatnya dengan wajah cemas."Aidan masih terjebak di dalam sana. Aku akan masuk dan mencarinya," ujar Arjoona pada Jayden dan Shawn. James, Mars dan Bryan datang kemudian."Joona, hari sudah malam. Bagaimana kita bisa masuk? Sebagian terowongan hancur!" sahut James menghalangi."Tapi Aidan masih menghilang.""Kita tunggu saja