Ruang ventilasi sempit yang tengah dilewati Aidan tersebut mengarah pada ruangan di samping ruangan deposit utama Bank tersebut. Beberapa kali Aidan sempat berhenti dan menenangkan dirinya. Bukan karena tidak muat tapi karena ia memang dulunya punya phobia pada ruangan sempit. Sampai kakinya sempat di pegang oleh Blake yang menanyakan keadaannya.
“Kamu baik-baik saja?” tanya Blake yang sedikit tahu tentang keadaan Aidan. Aidan menarik napas dan menoleh ke belakang lalu mengangguk. Aidan kembali meneruskan merangkak sampai ia tiba di ujung pintu ventilasi dan mendesakkan tubuhnya ke depan.
Setelah keluar dan menginjakkan sepatu bootnya ke lantai, Aidan menarik napas lega. Polisi yang lebih dulu turun lantas memberikan senjata Aidan yang tadi dilemparkan. Aidan lalu berjalan mengendap di balik dinding dan masih mencoba berusaha menghubungi Arjoona, tapi tak ada sinyal sama sekali. Aidan akhirnya memberi tanda pada Juan untuk maju ke dinding di depannya.
Shawn Miller baru bisa masuk ke saluran bawah setelah mendapatkan laporan dari Joona jika Aidan tidak menemukan siapapun di dalam ruang deposit. Jayden yang berjalan di belakangnya terus menodongkan senjatanya melindungi Shawn dari belakang.“Kurasa kita dijebak!” ujar Arya bergumam setelah ia ikut mendengar laporan Arjoona tentang Aidan. Jayden hanya menoleh pada Arya dengan raut kecemasan yang sama tapi mereka harus terus bergerak.Saluran terowongan bawah air New York panjang dan bercabang. Butuh waktu untuk memeriksa dan para perampok bisa bersembunyi dimana pun."Jay, periksa sebelah kirimu!" ujar Shawn memberi arahan. Jayden kemudian berpencar dengan Arya meninggalkan Shawn memeriksa sebuah sambungan terowongan di sebelah kiri. Sementara Shawn dan Grey tetap berjalan memeriksa di depan mereka."Jay ..." panggil Arya lalu menunjuk pada sebuah sisi pintu yang sedikit terbuka. Jayden yang melihat lalu menyuruh Arya untuk bergeser agar ia bi
"James, kita harus mengakhiri ini," jawab Joona pada James. James begitu kesal dan marah. Ia menerobos ke depan dan terus memuntahkan pelurunya."AAAA!" ia menubruk dengan cepat seorang anggota gengster yang telah berhasil masuk lalu menembak kepalanya dengan brutal. Dua peluru yang membuat kepala terbelah mengenaskan. Tanpa jeda, ia memutar kepala anggota gengster lainnya dan terus menembak sampai seor ang gengster menembak dan berhasil mengenai dadanya.James sempat tersentak ke belakang dan meraba dadanya. Peluru itu bersarang di rompi anti peluru yang ia kenakan. James pun menyeringai dan memaksa dengan menembak cepat. Tangan Arjoona lantas menarik kerah rompi James dari belakang. James begitu nekat dan hampir membuatnya terbunuh.Usai menarik dan menyembunyikan James, Joona langsung menyikutnya."Apa yang kamu pikirkan? Kamu bisa mati!" hardik Joona kesal lalu mereka ditembaki lagi dan harus berlindung dibalik meja yang sebentar lagi akan hancu
Udara lembab dengan rembesan menjadi hal yang harus dihadapi Malikha di dalam terowongan air tersebut. Tak hanya rasa sesak karena tak banyak udara di gorong-gorong besar tersebut. Tak jarang saat berjalan, Malikha juga melihat binatang pengerat seperti tikus dan itu membuatnya bergidik.Kehamilan Malikha yang sudah membesar membuatnya jadi lebih cepat lelah dan kesulitan berjalan. Dan itu membuat perampok yang menyanderanya jadi kesal. Malikha dipaksa berjalan cepat sama seperti sandera lainnya dan itu sempat membuatnya kesakitan beberapa kali."Sini kamu!" Malikha ditarik paksa oleh pemimpin perampok tersebut diantara selokan pembatas air. Sepatu dan setengah baju Malikha sudah basah karena beberapa kali ditarik dan jatuh ke kubangan air.“Uhh!” Malikha terjatuh lagi dan bayinya sempat menggeliat membuat Malikha jadi kesulitan. Perampok yang membawanya jadi makin kesal dan langsung menghampiri dan berbuat kasar padanya."Kamu mau mati ya!" h
"Lepaskan aku ... TOLONG!" teriak Malikha sekuat mungkin. Perampok itu tak menggubris teriakan penolakan Malikha, ia malah menampar Malikha dengan keras."JANGAN BANYAK BERGERAK!" teriaknya berusaha menyentuh Malikha. Malikha terus menyudutkan diri dan melawan dengan apapun yang ia bisa."Hei, cepatlah. Kita harus pergi!" seorang temannya lalu membuka pintu dan menegur pemimpinnya itu. Perampok itu berbalik dan mendelik pada temannya."Aku hanya butuh waktu 10 menit, bisakan!" hardiknya pada temannya yang kemudian menyengir setelah melihat keadaan Malikha yang terdesak ke dinding."Sisakan untukku!" ujarnya menyengir jahat."Apa kamu mau melihatnya, masuk saja!" ia malah menawarkan temannya untuk menyaksikan hal yang buruk yang akan dilakukannya pada Malikha. Temannya kemudian masuk dan menyaksikan bagaimana Malikha kemudian ditarik dan akan dilecehkan. Malikha hanya bisa berteriak dan menangis.“Lepaskan aku!”Aidan melew
Dengan marah, Arjoona masuk ke sebuah koridor yang dijaga puluhan orang gengster bersenjata tajam. Ia menembak membabi buta dan menyerang untuk membnuh. Mars, James dan Glenn juga tak kalah brutal. Bryan, Caleb, Han serta Erikkson muncul dari lorong satunya lagi dan membantu menghabisi semua anggota gangster tersebut.Sampai di ujung lorong, Arjoona menghabisi anggota terakhir lalu menendang pintu di sebelahnya. Terlihatlah para sandera yang sudah meringkuk ketakutan karena todongan senjata.Bryan langsung menembak lalu dibantu James menghabisi semua gangster yang tersisa di dalam ruangan itu. Sambil terengah dengan napas terakhir, Arjoona melaporkan keadaannya."Kami menemukan sanderanya!" Joona kemudian berbalik pada Bryan untuk menembakkan pengantar sinyal agar mereka ditemukan. Bryan mengangguk lalu mengambil sebuah alat yang ia sebut 'Spider'. Ia menembakkan Spider ke langit-langit ruangan dan alat itu menancap dan menyala. Tak lama, suara helikopter terden
Arjoona Harristian tak ayal kemudian mencari Aidan pada seluruh orang-orang yang dikeluarkan Polisi dan tim penyelamat dari terowongan bawah tanah itu. Ia memeriksa semua orang tapi tak ada tanda keberadaan Aidan sama sekali. Arjoona ikut bertanya pada Blake dan Grey sebagai orang yang terakhir bersamanya."Tuan Aidan memisahkan diri dan mengikuti beberapa perampok yang membawa sandera ke lorong di sebelah truk kontainer itu," jawab Blake pada Arjoona. Blake yang sedang diobati oleh salah satu paramedis ikut berdiri dan ingin mencari."Duduk saja biar aku yang urus," ujar Joona kemudian. Arjoona kembali pada sahabat-sahabatnya dengan wajah cemas."Aidan masih terjebak di dalam sana. Aku akan masuk dan mencarinya," ujar Arjoona pada Jayden dan Shawn. James, Mars dan Bryan datang kemudian."Joona, hari sudah malam. Bagaimana kita bisa masuk? Sebagian terowongan hancur!" sahut James menghalangi."Tapi Aidan masih menghilang.""Kita tunggu saja
"Aku lah yang seharusnya meminta maaf. Aku sudah menyebabkan kamu ... berbuat hal seperti itu." Aidan membalas dengan suara yang lebih kecil. Ia menarik napas dan menghela dengan berat. Semua keberanian untuk meminta maaf tak dimiliki Aidan saat ini. ia hanya bicara diluar dari rencana."Pernikahan tidak seharusnya menjadi permainan. Aku sudah melakukan kesalahan itu. Aku menyakitimu dan membuatmu tertekan. Maukah kamu memaafkan aku?" ujar Aidan lagi. Malikha mengangguk pelan dan tersenyum."Apa kamu sudah memaafkan aku? Untuk semua yang kulakukan lebih dari 12 tahun lalu, bisakah kamu memaafkannya?" ujar Malikha membalas. Aidan tertegun dan tersenyum."Aku sudah lama memaafkanmu. Yang kulakukan padamu jauh lebih buruk. Aku terus mengancammu seolah tak pernah memaafkanmu. Itu hanya karena aku ... terobsesi padamu, dan itu salah. Maafkan aku," gumam Aidan setengah berbisik. Tangan Aidan kemudian meraba tangan Malikha lalu menggenggamnya. Mereka akhirnya saling te
Suara derap kaki terdengar dari kejauhan. Tim penyelamat berhasil masuk ke dalam lorong itu setelah membuat liang yang cukup untuk menarik orang keluar dari terowongan tersebut. Terowongan itu bisa saja rubuh sewaktu-waktu dan mereka harus cepat menyisir terutama mencari Aidan dan Malikha.Aidan yang sempat terlelap lalu mendengar suara langkah kaki yang semakin dekat menghampiri mereka. Ia bangun dan membuka mata lalu menoleh pada Malikha yang tertidur dalam pelukannya.Tangan Aidan lantas meraba senjata di sebelahnya. Ia tak tau siapa yang akan datang bisa saja para gengster itu juga ikut terjebak bersamanya. Ketika senter mengarah padanya ketika itu pula Aidan menodongkan senjatanya."KAMI TIM PENYELAMAT!" teriak salah satu petugas setelah berhenti di dekat Aidan. Aidan menurunkan senjatanya dan bernapas lega. Malikha pun terjaga dan mulai bangun dari pelukan Aidan."Kami datang untuk mengeluarkan kalian dari sini!" Aidan mengangguk dan berdiri. Ia mem