BALWIN HILL, LA. KEDIAMAN MALIKHA
Sejak Aidan sudah tak lagi berada di LA dan Malikha belum menyadarinya, ini sudah kali ketiga dalam satu minggu ini, Malikha memanggil Raphael ke rumahnya. Ia semakin gelisah belakangan ini karena terus memimpikan Aidan.
Ia bahkan bermimpi bercumbu dan bercinta dengan Aidan di ranjangnya. Selain juga, Malikha kerap seperti terserang serangan kecemasan dan merasa tak aman sendirian. Padahal sebelumnya, ia merasa baik-baik saja.
"Sejak kapan kamu merasa gelisah seperti ini?" tanya Raphael setelah melewati beberapa sesi tanya jawab sebelumnya.
"Sudah dua bulan. Sejak bulan ke empat kehamilanku," jawab Malikha dengan nada cemas. Ia takut jika sesuatu bisa terjadi lagi karena mimpi-mimpinya.
Raphael yang ikut membawa dokter kandungan bersamanya berdiskusi lagi tentang hasil yang diberikan dokter itu. Ia tampak berpikir sejenak dan meminta Malikha menceritakan seperti apa mimpinya.
“Aku merasa dia datang dan
BULAN KE ENAMORCANZA, NEW YORKAidan kembali pada kebiasaan workaholic-nya seperti dulu. Usai kembali dari Los Angeles, Aidan lebih sering menghabiskan hari dan waktunya untuk bekerja dan bekerja. Yang berubah hanya warna rambut yang sudah menjadi coklat kehitaman dengan potongan yang lebih rapi.Aidan berubah jadi pria maskulin yang stylish dan tampan. Ia juga masih dingin dan misterius seperti biasa. Yang berbeda adalah ia masih memakai cincin kawinnya dan tidak lagi bermain-main dengan wanita maupun alkohol.Perubahan paling drastis adalah Aidan menghapus semua pertunjukan "redroom" di dalam klub dan kasinonya. Semua penari dan pole dancer diangkat menjadi pelayan dan pegawai biasa. Klub kini hanya mengundang DJ-DJ ternama tanpa pertunjukan penari-penari tanpa busana lagi.Dari balik railing lantai dua kasino miliknya, Aidan menyandarkan kedua sikunya mendengar penjelasan menajer pengelola tentang revenue dan perkembangan kasino serta klub pega
Sebuah panggilan lantas membuat Aidan dan Glenn yang berada di lobi Orcanza saling berpandangan. Aidan lalu mengangguk pada Glenn dan asistennya itu lalu menghampiri dan mereka langsung masuk ke dalam lift menuju basement parkir.“Semua peralatan sudah aku siapkan di dalam mobilku, Tuan!” Aidan mengangguk sekali.“Kita pakai mobilmu!” Glenn mengangguk dan keluar bersamaan dengan Aidan. Keduanya membuka jas lantas Glenn membuka bagasi sedan mewahnya. Ia menekan sebuah tombol dan sebuah kotak terbuka. Aidan dan Glenn menyimpan jas dan kemeja yang langsung dilepaskan. Keduanya berganti pakaian dengan kaos lengan panjang warna polos sebelum masuk ke dalam mobil.Aidan dan Glenn tiba di sebuah perkantoran yang sudah dikosongkan oleh NYPD 30 menit kemudian. Garis polisi sudah dipasang sejak sore hari ketika perampokan itu terjadi. Mobil keduanya tak bisa menembus barikade polisi yang telah menutup jalanan sampai beberapa blok. Akibatnya mereka
Seorang manajer tengah dipukuli agar ia memberitahukan brankas penyimpanan uang. Ketika ia tak bicara, seorang pria yang sepertinya pimpinan kelompok itu mnembak kepalanya hingga ia tewas. Malikha menahan tangis dan kepanikannya agar tak meledak. Jika tidak, bayinya bisa kekurangan oksigen dan ia tak ingin terjadi hal yang membahayakan. "Bernapas Malikha ... bernapas," gumamnya pelan ketakutan sambil memejamkan mata. Tangannya lalu meraba perut dan menenangkan bayi yang terus bergerak karena sang ibu sangat stres. "Tenanglah, Sayang. Mommy di sini. Tenanglah ... kita akan baik-baik saja!" bisik Malikha pada bayinya. Seorang pengunjung yang juga ikut disandera bersamanya lalu menoleh pada Malikha merasa kasihan melihatnya yang ternyata sedang hamil. Ia berinisiatif untuk menggeserkan tubuhnya agar menutupi Malikha sehingga tak ada perampok yang menyadari kehadirannya. "Terima kasih!" bisik Malikha dari belakang. Pengunjung pria yang lebih muda darinya
Sementara itu di dalam bank, para perampok sedang mengumpulkan hasil jarahan mereka ke dalam sebuah truk yang diparkir di saluran air di bawah bank tersebut. Sampai salah satu perampok memeriksa satu persatu para sandera. Seorang wanita kemudian dilecehkan dengan ditarik pakaiannya hingga terlepas. Ia sudah berteriak minta tolong namun tak ada yang bisa menolong mereka saat ini."DIAM!" teriak perampok tersebut dan terlihat hendak menggagahi wanita itu di depan para sandera lainnya. Seorang temannya kemudian berteriak."Hei ... kita tidak punya waktu untuk main-main! Lepaskan dia!" ujar temannya itu. Pria itu dengan berang melepaskan wanita malang itu dan melemparnya ke kumpulan pada sandera. Namun matanya kemudian melihat sosok yang menarik matanya, Malikha yang bersembunyi tak sengaja memperlihatkan wajahnya."Halo manis!" panggilnya dengan pandangan nakal dan jahat. Malikha langsung beringsut ke belakang berharap agar ia dilepaskan. Tapi tangan pria itu lebih
Ruang ventilasi sempit yang tengah dilewati Aidan tersebut mengarah pada ruangan di samping ruangan deposit utama Bank tersebut. Beberapa kali Aidan sempat berhenti dan menenangkan dirinya. Bukan karena tidak muat tapi karena ia memang dulunya punya phobia pada ruangan sempit. Sampai kakinya sempat di pegang oleh Blake yang menanyakan keadaannya.“Kamu baik-baik saja?” tanya Blake yang sedikit tahu tentang keadaan Aidan. Aidan menarik napas dan menoleh ke belakang lalu mengangguk. Aidan kembali meneruskan merangkak sampai ia tiba di ujung pintu ventilasi dan mendesakkan tubuhnya ke depan.Setelah keluar dan menginjakkan sepatu bootnya ke lantai, Aidan menarik napas lega. Polisi yang lebih dulu turun lantas memberikan senjata Aidan yang tadi dilemparkan. Aidan lalu berjalan mengendap di balik dinding dan masih mencoba berusaha menghubungi Arjoona, tapi tak ada sinyal sama sekali. Aidan akhirnya memberi tanda pada Juan untuk maju ke dinding di depannya.
Shawn Miller baru bisa masuk ke saluran bawah setelah mendapatkan laporan dari Joona jika Aidan tidak menemukan siapapun di dalam ruang deposit. Jayden yang berjalan di belakangnya terus menodongkan senjatanya melindungi Shawn dari belakang.“Kurasa kita dijebak!” ujar Arya bergumam setelah ia ikut mendengar laporan Arjoona tentang Aidan. Jayden hanya menoleh pada Arya dengan raut kecemasan yang sama tapi mereka harus terus bergerak.Saluran terowongan bawah air New York panjang dan bercabang. Butuh waktu untuk memeriksa dan para perampok bisa bersembunyi dimana pun."Jay, periksa sebelah kirimu!" ujar Shawn memberi arahan. Jayden kemudian berpencar dengan Arya meninggalkan Shawn memeriksa sebuah sambungan terowongan di sebelah kiri. Sementara Shawn dan Grey tetap berjalan memeriksa di depan mereka."Jay ..." panggil Arya lalu menunjuk pada sebuah sisi pintu yang sedikit terbuka. Jayden yang melihat lalu menyuruh Arya untuk bergeser agar ia bi
"James, kita harus mengakhiri ini," jawab Joona pada James. James begitu kesal dan marah. Ia menerobos ke depan dan terus memuntahkan pelurunya."AAAA!" ia menubruk dengan cepat seorang anggota gengster yang telah berhasil masuk lalu menembak kepalanya dengan brutal. Dua peluru yang membuat kepala terbelah mengenaskan. Tanpa jeda, ia memutar kepala anggota gengster lainnya dan terus menembak sampai seor ang gengster menembak dan berhasil mengenai dadanya.James sempat tersentak ke belakang dan meraba dadanya. Peluru itu bersarang di rompi anti peluru yang ia kenakan. James pun menyeringai dan memaksa dengan menembak cepat. Tangan Arjoona lantas menarik kerah rompi James dari belakang. James begitu nekat dan hampir membuatnya terbunuh.Usai menarik dan menyembunyikan James, Joona langsung menyikutnya."Apa yang kamu pikirkan? Kamu bisa mati!" hardik Joona kesal lalu mereka ditembaki lagi dan harus berlindung dibalik meja yang sebentar lagi akan hancu
Udara lembab dengan rembesan menjadi hal yang harus dihadapi Malikha di dalam terowongan air tersebut. Tak hanya rasa sesak karena tak banyak udara di gorong-gorong besar tersebut. Tak jarang saat berjalan, Malikha juga melihat binatang pengerat seperti tikus dan itu membuatnya bergidik.Kehamilan Malikha yang sudah membesar membuatnya jadi lebih cepat lelah dan kesulitan berjalan. Dan itu membuat perampok yang menyanderanya jadi kesal. Malikha dipaksa berjalan cepat sama seperti sandera lainnya dan itu sempat membuatnya kesakitan beberapa kali."Sini kamu!" Malikha ditarik paksa oleh pemimpin perampok tersebut diantara selokan pembatas air. Sepatu dan setengah baju Malikha sudah basah karena beberapa kali ditarik dan jatuh ke kubangan air.“Uhh!” Malikha terjatuh lagi dan bayinya sempat menggeliat membuat Malikha jadi kesulitan. Perampok yang membawanya jadi makin kesal dan langsung menghampiri dan berbuat kasar padanya."Kamu mau mati ya!" h