"Malikha, aku tidak ingin kamu mencari pekerjaan di tempat lain. Tak ada salahnya kan kembali ke Noxtrot. Lagipula aku sudah menyewa tempat untuk kantormu, tapi kamu harus mewawancari beberapa orang untuk menjadi bawahanmu nanti." Malikha tergelak dan masih belum mengiyakan.
"Aku tidak enak terus merepotkanmu," ujar Malikha dengan lembut. Bruce langsung menggeleng dan tersenyum.
"Aku tidak pernah merasa repot, sungguh. Bekerjalah kembali di Noxtrot ya, meski bukan dalam posisi yang sama. Aku yakin kamu pasti akan bisa beradaptasi dengan baik. Kamu adalah wanita yang pintar," puji Bruce pada Malikha. Malikha hanya membalas pujian itu dengan senyuman manis saja.
Bruce mengambil kesempatannya dengan baik. Sejak Malikha resmi bercerai lima hari yang lalu, ia sudah berada di LA selama itu. Bruce mendekat dan memulai sebagai teman.
Kini tak ada lagi Aidan yang menghalangi perasaannya, namun Bruce bergerak dengan halus. Tak seperti Aidan yang langsung menyerobot
Sementara di ruangannya, Aidan tersenyum setelah mendapatkan sambungan telepon dari Shawn yang mengajaknya untuk berlatih. Aidan duduk diam dan memejamkan matanya sejenak. Ia kemudian mendehem pelan untuk mengalihkan rasa di hatinya.Aidan merasa begitu terenyuh melihat usaha semua teman-temannya termasuk Shawn yang super sibuk untuk meluangkan waktu bersama dirinya. Shawn sudah menjadi anggota kongres dan jadwal kegiatan politiknya bahkan membuatnya harus selalu mengikuti pertemuan The Seven Wolves lewat video conference online. Namun kali ini, ia membatalkan seluruh kegiatannya setengah hari hanya untuk Aidan.BALWIN HILLS, LOS ANGELESBerita soal perceraian Aidan kini sudah sampai ke depan pintu rumah Malikha. Berita itu muncul di koran yang sekarnag Malikha memungut koran yang dilemparkan ke halaman rumahnya setiap pagi oleh pengantar koran. Wajah Aidan menjadi tajuk depan koran tersebut. Ia terlihat dengan sebelah tangan berusaha menghalangi kamera agar tak
Tidak ada yang lebih mengejutkan bagi Aidan selain tau bahwa salah satu sahabatnya ternyata mengetahui dimana Malikha selama ini. Shawn masih menyengir sambil menaikkan sebelah alisnya pada Aidan yang terkejut mendengar perkataannya. Ia lalu meluruskan pandangan sementara Aidan masih di sebelahnya bertanya dengan pandangannya yang penasaran."Benarkah kamu tau dimana dia?" tanya Aidan masih belum percaya. Shawn melirik pada Aidan dan menarik ke atas ujung bibirnya."Jika aku mengatakannya sekarang, maka kamu tidak akan berlatih lagi dan mengejar dia kembali, iya kan?""Shawn, aku harus bicara pada Malikha!" sahut Aidan masih menyampingkan tubuhnya bicara pada Shawn. Shawn menggeleng."Kalian sudah bercerai, tak ada lagi yang harus dibicarakan!""Apa maksudmu! Aku ingin bicara dengannya!" Aidan masih bersikeras. Shawn lalu mendekat dan mengernyitkan keningnya."Mana Aidan Caesar yang kukenal dan memiliki prinsip seperti seorang pria! Kenapa s
"Dia masih tidak mau makan yang lain?" tanya Jessica berbisik pada Eva. Eva hanya bisa menggeleng sedih. "Dia makin kelihatan kurus," sambung Jessica lagi dan Eva hanya bisa menarik napas sambil memperhatikan Aidan yang mengunyah pelan sambil menatap kosong meja di depannya. Usai sarapan, Aidan berangkat bekerja seperti biasa. Ia ditunggu Glenn di lobi Gowanus dengan senyuman pagi. "Pagi Tuan!" "Pagi Glenn. Apa jadwalku hari ini?" tanya Aidan sebelum masuk ke mobil dan Glenn memberitahukan rapat yang harus dihadiri Aidan dari pagi menjelang siang. Aidan hanya mengangguk dan masuk ke mobilnya. Glenn akan menjadi supirnya seperti biasa. Aidan sudah tak lagi memakai orang lain selain Glenn untuk mengantarnya ke Orcanza. Seperti hari-hari sebelumnya, Aidan akan terus menatap kosong pemandangan luar dari dalam mobil tanpa bicara satu patah kata pun. Glenn kerap memperhatikan dan kadang mengajak mengobrol tapi Aidan hanya menjawab seadanya. Ia sudah
APARTEMEN JAYDEN"Happy birthday!!" pekik Jayden diikuti oleh Joona dan Bryan yang begitu antusias ikut merayakan ulang tahun Devon Kagawa, putra pertama Han dan Stevia. Jayden terlihat memberikan pelukan dan banyak kecupan di pipi dan kening bagi Devon yang berulang tahun. Seluruh anggota keluarga The Seven Wolves menggunakan kesempatan itu untuk saling mengumpulkan anak mereka sehingga mereka bisa saling mengenal dan bermain bersama.Beberapa anak anggota The Seven Wolves yang masih bayi juga ikut berkumpul. Ada Ares dan Jupiter yang baru saja belajar merangkak. Lalu si kecil Venus yang begitu feminim dengan pakaian Cinderella-nya dan kompak dengan sang Kakak Rei yang memakai setelan vest yang lucu. Arion dan Brema yang lebih mirip anak kembar karena selalu lengket, ditambah si kembar Mila dan Izzy. Andrew Miller juga telihat masih sibuk menaikkan tubuhnya untuk bisa merangkak bersama Ares.Para istri juga menemani anak-anak mereka sambil berbincang. James ter
Lucy mengikat rambut coklatnya menjadi gundukan sanggul acak yang membuatnya jadi sensual. Memakai kaos yang kebesaran dan celana super pendek, ia hendak bersiap untuk tidur ketika ada ketukan pintu depan apartemennya. Ia mengernyitkan kening dan melongok dari kamar ke pintu depan."Siapa yang datang malam-malam begini!" gerutu Lucy masih tak beranjak dari tempatnya. Tak cukup ketukan kini bunyi bel juga terus dibunyikan. Lucy jadi makin kesal dan menghentakkan kakinya beberapa kali ke lantai."Ugh!" rutuknya kesal lalu berjalan marah ke depan pintu siap menghardik siapapun yang ada di depan pintunya. Wajahnya yang merah hendak marah langsung berubah pink saat melihat senyuman Aidan di depan pintunya. Lucy sampai membuka mulutnya melihat Aidan yang agak sedikit lusuh dengan pakaian hitam dan rompi di depannya itu."Selamat malam, Lucy!" sapa Aidan dengan ramah dan santun. Lucy spontan tersenyum ramah dan menggoda."Maaf aku mengganggumu malam-malam tapi a
Lucy makin menghentak-hentakkan kakinya dan Glenn hanya menyengir sinis melihat sikap Lucy di depannya. Ia begitu kesal karena Glenn dengan seenaknya menaikkan kedua kakinya yang memakai sepatu dan kotor ke atas sofa. Karena tak bisa berbuat apa pun dan Glenn tak mungkin pergi Lucy pun menyerah. Dengan kesal, ia lalu masuk ke dalam kamarnya dan membawa kotak P3K ke ruang tengah itu lalu duduk di sebelah Glenn."Jangan bergerak, aku mau bersihkan lukamu!" perintah Lucy ketus lalu mulai membersihkan luka Glenn dengan handuk basah hangat.Sementara itu, Aidan pulang sendirian ke apartemennya dalam keadaan lusuh. Ia terluka di bagian tangan akibat terkena pecahan kaca, selebihnya, ia baik-baik saja. Eva datang menghampiri setelah menunggu Aidan yang pulang lewat tengah malam."Tuan, baru pulang? Tuan baik-baik saja?" tanya Eva dengan nada khawatir. Aidan hanya tersenyum dan mengangguk."Aku tak apa, Eva. Aku mau ke kamar dulu." Eva mengangguk dan memperhatika
Aidan tak menjalankan niatnya untuk menemui Malikha, ia malah kembali ke New York. Turun dari pesawatnya, Aidan mengarahkan mobilnya untuk pergi ke klub First, tempat The Seven Wolves biasa berkumpul."Tanganmu baik-baik saja?" tanya Jayden yang juga baru datang menghentakkan Aidan dari lamunannya. Aidan hanya mendehem saja dan mengangguk. Ia meminum lagi birnya dan melamun kembali."Aidan, aku khawatir padamu," ujar Jayden dengan wajah cemas."Aku baik-baik saja, Jay," jawab Aidan tanpa menoleh."Aku tidak bilang kamu sakit, tapi jiwamu terluka. Dan aku sudah sangat jarang melihat kamu tersenyum sekarang. Kamu jadi tidak imut lagi, tau!" Aidan tersenyum tipis mendengar Jayden yang menggodanya. Ia tak menjawab dan hanya terus memandang ujung botol bir di depannya."Kamu sudah mencari Malikha?" tanya Jayden setelah diam cukup lama. Aidan mengangguk."Kamu menemukannya?" Aidan mengangguk lagi."Lalu kenapa kamu bersedih?" Aidan menghela
Aidan tiba dengan mobil BMW M4 berwarna hitam di dekat jalan di depan rumah Malikha. Ia sengaja tak memakai mobil sport mewah agar tak terlalu mencolok. Aidan sudah berada di sana pagi-pagi sekali. Ia bahkan membawa sandwich untuk sarapan paginya. Hanya saja ia berharap tidak muntah tiba-tiba ketika sedang menguntit begini. Sambil berada di dalam mobilnya, dengan sabar Aidan menunggu Malikha keluar untuk beraktivitas.Malikha baru keluar dari rumahnya sekitar pukul 8.30 pagi dengan pakaian dress biasa dan cardigan. Ia menggunakan sepatu converse dan terlihat seperti anak kuliahan dari pada pekerja kantoran. Malikha memang membiasakan agar tak lagi memakai hak tinggi karena sedang hamil dan juga karena setiap hari ia memilih berjalan kaki. Keluar dari beranda rumah dan mengunci pintu pagar, Malikha kemudian berjalan di pinggir jalan melewati mobil Aidan ke arah yang berlawanan.Aidan menggigit bibir bawahnya sambil memundurkan posisi tubuhnya agar tak ketahuan oleh Mali
BEBERAPA TAHUN KEMUDIANPanggung yang cukup besar karena berada di tengah aula SMA Jersey Rey New York. Sorak-sorai seluruh siswa yang berdiri ikut mengangkat tangan dan bertepuk di atas kepala mereka saat gebukan drum Aldrich menggema memulai sebuah lagu. Dan suara Aldrich memulai lagu tersebut setelah gitar Ares dan piano milik Andrew mengiringinya."I don't even know how I can talk to you now, It's not you the you who talks to me anymore, And sure I know that sometimes it gets hard, But even with all my love, what we had you just gave it up!"Usai Aldrich, lalu Andrew adalah giliran kedua menyanyikan liriknya,"Thought we were meant to be, I thought that you belonged to me, I'll play the fool instead, Oh but then I know that this is the end!" mata Aldrich tak sengaja melirik pada satu orang gadis yang menjadi musuh abadinya, Chloe Harristian. Tak biasanya ia datang melihat pertunjukan bandnya The Skylar.Aldrich masih terus menggebuk drumnya dan
HUTAN TIJUANABryan, Mars, Aidan, Juan, Arya, Blake, Shawn, Erikkson, Han, Glenn, Earth, serta beberapa anggota Golden Dragon membentuh empat kelompok untuk melakukan pencarian terhadap pesawat James yang belum ditemukan. Bryan menerbangkan beberapa drone untuk mengawasi dari udara dan menentukan letak titik jatuh pesawat tersebut. Ia juga telah berkoordinasi dengan tim keamanan untuk saling memberi berita saat menemukan jejak apapun.Cukup lama mereka harus berputar-putar untuk bisa mencari jejak. Sampai salah satu drone milik Bryan kemudian mendeteksi ekor pesawat."Sebelah timur, 3 km lagi dari sini. Kita sudah agak dekat!" ujar Bryan memperlihatkan alatnya pada Aidan. Aidan mengangguk lalu memanggil kelompok yang lain agar mengikuti mereka.Bryan memimpin kelompok pencarian dan mulai memanggil nama James tak lama kemudian."JAMES ... DELILAH! JAMES! J!" tapi tak ada jawaban sama sekali sampai akhirnya Bryan melihat ekor pesawat yang tersangkut
BEBERAPA TAHUN KEMUDIANAidan tak berhenti tersengal saat ia keluar dari apartemen Arjoona. Ia harus menenangkan diri dengan bersandar dan memejamkan matanya. Ludahnya ia telan berkali-kali tapi masalahnya tenggorokannya begitu kering. Ia nyaris tak bisa bernapas.Di dalam, Aidan menahan mati-matian air matanya saat tahu jika pesawat James Belgenza mengalami kecelakaan di hutan Mexico. Ia hilang dan kabarnya tak ada yang selamat.“Aku harus tenang, aku harus tenang!” gumam Aidan pada dirinya sambil bersandar. Aidan memandang ke arah lobi apartemen mewah tersebut dan berjalan kembali separuh berlari ke arah mobilnya. Mobilnya datang diberikan oleh petugas parkir valet dan ia segera masuk ke dalamnya.Aidan harus cepat ke apartemen James untuk menjemput anak-anaknya. Selama perjalanan, ia kemudian menghubungi Glenn.“Di mana kamu?”“Aku sedang terjebak macet akan kembali ke Orcanza, Tuan!” jawab Gle
"Bersediakah kamu menikah denganku lagi, Malikha Swan?" tanya Aidan bergumam lembut. Malikha terus memandanginya dan Aidan pun tak melepaskannya sama sekali. Semua cinta rasanya berpendar di mata Aidan untuk Malikha. Cinta yang tak mungkin ditutupinya lagi. Malikha pun tersenyum dengan mata berkaca-kaca."Ya ... aku bersedia jadi istrimu, Aidan Caesar," jawab Malikha bergumam lembut pula. Malikha mendekat lebih dulu dan mencumbu Aidan dengan lembut. Aidan ikut membalas dan memperdalam pagutan bibirnya sambil memeluk Malikha lebih dekat dan erat. Pemandangan tengah kota dan taman New York dari atas menjadi saksi bersatunya cinta Aidan dan Malikha kembali."I do love you ... too much," bisik Aidan di sela bibirnya yang masih menempel pada Malikha. Malikha hanya melingkarkan kedua tangannya memeluk leher dan pundak Aidan."I love you too.""Benarkah? Kali ini kamu tidak berbohong kan!" goda Aidan tak melepaskan dirinya sama sekali. Malikha tergelak kecil dan
Malikha menaikkan pandangannya sambil berbaring menyamping pada Aidan yang baru saja menghubungi Glenn, asistennya. Ia tersenyum dan masih belum bicara. Malikha tampak tenang padahal ia baru saja disatroni perampok. Sementara Aidan sudah cemas setengah mati gara-gara kejadian itu. Ia bahkan belum membuka jasnya sama sekali dan terus berada di dekat Malikha yang tengah menjaga AldrichSetelah berpikir beberapa saat, Aidan akhirnya memutuskan untuk menelepon Arjoona melaporkan yang baru saja terjadi. Arjoona harus tahu setidaknya untuk mengantisipasi yang terjadi."Halo, Aidan.""Joona, rumah Malikha baru saja mengalami perampokan," ujar Aidan tanpa basa basi."APA! apa yang terjadi!" Arjoona sampai berteriak karena berita tersebut."Aku pergi keluar sebentar mengurus pekerjaan. Dua pria masuk lewat pintu depan dan membongkar semua laci. Mereka tidak mengambil apa pun, aku rasa ini bukan perampokan. Tapi apa yang mereka cari?" dengu
Malikha yang mendengar bunyi pintu berdecit mengira pelayan di rumahnya sudah tiba. Sambil tersenyum, ia kemudian berjalan hendak melihat dan menyapa. Dengan langkah agak cepat ia akan turun sampai akhirnya matanya membesar. Ia melihat dua orang pria bertopeng masuk lewat pintu depan.Mereka membawa senjata tajam dan sedang mengendap masuk lewat ruang tamu. Malikha yang hampir saja menuju tangga kemudian berbalik dan bersembunyi pada dinding di dekat tangga. Malikha benar-benar terkejut dan jantungnya berdegup kencang."Oh, tidak. Mereka bukan pelayan!" gumam Malikha pada dirinya sendiri. Malikha langsung mundur dan mencari tempat bersembunyi sambil bisa melihat apa yang sebenarnya tengah terjadi. Ia mengintip lagi dan melihat dua orang itu tengah membongkar laci dan lemari di lantai bawah. Malikha langsung berbalik dan mengendap separuh berlari masuk ke kamarnya. Satu orang pasti akan naik ke atas dan memeriksa.Dengan panik Malikha ingat jika ia meletakkan pon
Beberapa hari kemudian, keadaan Malikha tak juga kunjung membaik. Ia sudah diperbolehkan pulang karena luka operasinya semakin membaik tapi ia tak ingin berada di dekat bayinya sama sekali. Aidan otomatis harus pindah ke rumah Malikha karena ia tak mungkin bolak balik dari rumahnya meskipun jaraknya dekat.Aidan berubah menjadi seperti Ayah single yang merawat Aldrich sendirian. Ia otodidak belajar mengganti popok dan mengambil donor ASI dari istri Mars King, Vanylla King. Tak hanya Vanylla yang mendonorkan ASI-nya, Kiran Miller juga ikut memberikan ASI-nya.Saat malam hari, Aidan menggendong Aldrich memberinya botol ASI sampai ia tertidur sembari membacakan puisi atau mengumamkan sebuah lagu. Aldrich yang mengerti bahwa ia sementara hanya bisa bersama sang Ayah, tak banyak rewel. Ia bayi yang manis dan penurut."Cobalah untuk menggendongnya, Sayang," bujuk Aidan lembut sambil mencoba mendekatkan Aldrich pada Malikha. Malikha yang awalnya tersenyum jadi defensif
Sampai hari yang ditunggu-tunggu tiba adalah saat Malikha akan menyusui bayinya untuk yang pertama kali. Keadaan bayinya sudah semakin baik dan kembali sehat."Kamu sudah mendapatkan nama yang pas?" tanya Bryan pada Aidan saat menunggu bayi tersebut di bawa ke kamar Malikha. Aidan mengangguk tersenyum"Aldrich Tristan Caesar," jawab Aidan sambil tersenyum pada Bryan yang mengangguk ikut tersenyum.Saat mereka selesai bicara, kereta bayi kemudian terlihat sedang didorong menuju kamar Malikha dan Aidan pun mengikutinya. Di kamar Malikha, seluruh keluarga besar The Seven Wolves dan anak-anak mereka sudah menunggu."Mila kemari, Sayang. Coba lihat itu ... ada bayi!" ujar Bryan menggendong balitanya Mila yang terkekeh menggemaskan saat melihat salah satu "adiknya" yang baru lahir beberapa hari lalu. Kembarannya Izzy digendong oleh Nisa ikut mendekat melihat bayi Aldrich yang menyihir banyak orang dengan ketampanannya. Setelah bayi itu diletakkan di dekat tempa
Tak ada yang dirasakan Aidan saat ini kecuali rasa bahagia. Ia telah resmi menjadi seorang Ayah. Segala perjuangan dan rasa sakit akibat dendam dan perceraian yang terjadi pada pernikahannya, terbayar sudah. Aidan tak berhenti mengecup Malikha yang terlihat semakin mengantuk pasca bayi mereka lahir. Namun usai dibersihkan, bayi itu harus dipantau karena ia mulai membiru."Apa yang terjadi?" tanya Aidan setelah ia dikeluarkan dari ruang operasi."Bayinya sudah melewati waktunya lahir, dia harus masuk ruang ruang intensif untuk dimasukkan dalam inkubator. Aku tidak berharap dia sudah keracunan air ketuban, tapi aku benar-benar harus memantau keadaan putramu. Untuk saat ini, temani istrimu. Bayimu akan baik-baik saja," ujar salah satu Dokter Anak yang ikut dalam operasi tersebut."Lakukan apa pun untuk putraku, aku tidak mau terjadi sesuatu padanya!""Aku yakin kondisi ini hanya sementara, setelah dia pulih, aku sendiri yang akan memberikannya pada kalian."