"Lepaskan aku, Elf!" teriak Kiana ketika Elsa berhasil memisahkan gadis itu untuk menjauhi wanita gila tersebut."Hel, apa kau ingin merusak semua yang ada di sini?" tanya Elisa dengan nada tak suka.Kiana masih saja memberontak sampai akhirnya Elisa tak bisa mencegahnya lagi. Kali ini amarah Kiana lebih parah lagi. Dia bahkan mengeluarkan aura mematikan."Mati kau, Valeri!" teriak Kiana dengan nada berbeda. Elisa hanya tertegun melihat perubahan gadis itu. Dia tidak menyangka jika Kiana bisa seperti itu. Bahkan serigala dalam diri Elisa pun terbangun dari tidurnya mendengar suara khas serigala Kiana."Wow, dia sangat cantik, El," miringkan lyv pada Elisa."Kiana, berhenti!" teriak Daren dengan tatapan tajamnya. Alpha terkuat itu bahkan mengeluarkan feromonnya, membuat siapa pun yang mendekatinya sedikit merasakan hal yang menyakitkan, tak terkecuali Elisa dan Kiana.Kiana merasakan tubuhnya melemah. Saat itu juga ia ambruk begitu saja, sedangkan Valeri masih bisa berdiri meskipun tid
Tanpa memikirkan akibatnya, Elsa mengambil beberapa ramuan yang sudah ada di meja. Mela yang masih tak tersentuh karena perkelahian mereka tadi. Ramuan yang dia yakini adalah sebuah obat, bukan racun. Walaupun racun, itu tak masalah baginya.Dia tak tahu ramuan untuk apa itu. Yang jelas, dirinya membutuhkan hal itu sekarang. Dia mencampurkan semuanya ke dalam satu wadah, setelah itu pergi meninggalkan Kiana.Sementara itu, Kiana melihat hal yang aneh pada Elsa dan segera mengejarnya. Dia sepertinya tahu apa yang akan dilakukan gadis itu. Untuk itu, dirinya segera berteriak memanggil nama Elsa. Namun, terlambat. Baru saja keluar dari ruangan itu, dia sudah melihat semuanya."Akhh. Apa-apaan kau!" teriak Daren.Kejadian yang sempat terpikir olehnya pun benar-benar terjadi. Dia terlambat menghentikan Elsa. Di sana, di depannya sudah ada Elsa dengan amarah. Gadis itu menyiramkan ramuan yang dibawanya tadi. Di tangan hanya ada tabung yang kosong. Wajah Elsa begitu membuat orang takut. Namu
"Apa yang terjadi pada Daren?" tanya Ratu khawatir pada putranya tersebut. Ia berjalan mendekati anaknya dengan rasa cemas, mengelus rambut putranya dengan lembut. Meskipun mereka sering bertengkar, hati seorang ibu tetap khawatir saat anaknya terluka bahkan tak bisa bangun seperti sekarang. Apalagi Daren adalah putra satu-satunya, hanya pria itu saja yang bisa meneruskan dirinya dan keluarga.Wajah pucat Daren begitu terlihat jelas. Pria itu tertidur di ranjangnya dengan perut yang diperban, seolah luka bakar yang menyebar akibat sebuah belati. "Ada apa dengan luka itu?" tanya Ratu lagi pada tabib yang sedang mengobati putranya.Ia melihat putranya yang terbaring lemah, perasaan sedih membuat matanya berkaca-kaca. Setetes demi setetes pun keluar dari matanya. "Itu karena racun, Ratu. Ramuan yang tertumpah di tubuh Alpha membuatnya sedikit terbakar," jawab sang tabib.Tabib tersebut melihat ke arah Elisa, sementara Elisa hanya diam melihat hal itu. Ia tahu maksud dari pria itu. Elisa
"Apa yang terjadi pada Daren?" tanya Ratu khawatir pada putranya tersebut. Ia berjalan menghampiri anaknya dengan rasa iba, mengelus rambutnya dengan lembut. Meskipun mereka sering bertengkar, hati seorang ibu tetap khawatir saat anaknya terluka bahkan tak bisa bangun seperti sekarang. Apalagi Daren adalah putra satu-satunya. Hanya pria itu saja yang bisa meneruskan dirinya dan keluarga. Wajah pucat Daren begitu terlihat jelas. Pria itu tertidur di ranjangnya dengan perut yang diperban, seolah-olah luka bakar yang menyebar. Padahal itu hanya karena sebuah belati saja."Ada apa dengan luka itu?" tanya Ratu lagi pada tabib yang sedang mengobati putranya. Ia melihat putranya yang terbaring lemah, perasaan sedih membuat matanya berkaca-kaca. Setetes demi setetes pun keluar dari matanya."Itu karena racun, Ratu. Ramuan yang tertumpah di tubuh Alpha membuatnya terbakar sedikit," jawab sang tabib. Tabib tersebut melihat ke arah Elisa, sedangkan Elisa hanya diam saja melihat hal itu. Ia tahu
Elsa hanya diam, merasakan sensasi yang diberikan oleh pria itu sebelum tak sadar bahwa pria itu sudah pergi dari kamar."Arrghh! Suara itu begitu mengagetkan," terkejutnya. Dia langsung menoleh ke arah sumber suara dan benar saja, Daren mulai sadar. Elisa tetap diam di tempatnya, meskipun matanya tetap waspada terhadap gerakan Alpha."Apa yang kau lakukan padaku tadi?" teriak Daren ketika ingat apa yang telah terjadi padanya sebelumnya."Seharusnya kau berterima kasih padaku, bukan malah bersikap seperti ini sekarang!" sarkas Elisa, tanpa rasa hormat, sambil menatap Daren.Pria itu menatap Elisa dengan tajam, tapi dia tidak takut. Dia bahkan dengan tenang membalas tatapan tajam pria berhati batu itu. Jika dia tahu hal ini akan terjadi, dia tidak akan memberikan ramuan itu pada pria sinting itu.Tiba-tiba, saat keduanya saling menatap, seseorang menerobos masuk tanpa izin. Keduanya langsung menoleh ke arah suara. Seorang wanita yang Elisa bisa ditebak datang mendekati mereka, dengan w
Hutan Hitam, tempat yang menyeramkan bagi semua kaum werewolf. Tidak ada yang berani mendatanginya, bahkan hanya sekedar lewat di perbatasan. Hanya beberapa serigala saja yang berani memasuki hutan tersebut, terpaksa untuk mencari tanaman herbal langka atau berburu Rouge.Namun, tidak bagi Elisa. Entah apa yang membawanya ke sana saat ini. Dia tidak merasa takut atau trauma karena kejadian lalu yang sempat menimpanya. Awalnya, ia hanya ingin keluar dari istana untuk menghilangkan kejenuhan. Namun, ia pun tidak tahu kenapa langkahnya membawanya ke sana. Langkahnya terus saja berjalan sampai ke perbatasan Lotus pack dan hutan Hitam, seolah ada yang membawanya."Kau ingin masuk ke dalam sana?" tanya Ivy."Aku tidak tahu kenapa kita bisa berada di sini," jawab Elisa.Ia pun sama bingung dengan serigala pasangannya. Mereka berdua memikirkan hal yang sama. Namun, setelah itu, Elisa memiliki ide."Hei, apa kau ingin masuk ke dalam hutan menyeramkan itu?" tanya Ivy.Sedangkan Elisa tidak menj
Burung dengan ekor panjang yang menjuntai di ujung bulunya sedang merentangkan sayapnya. Nama burung itu adalah Phoenix, burung besar dengan bulu merah dan ekor keemasan yang memancarkan nuansa merah tua.Phoenix diyakini sebagai simbol keabadian dan kembali setelah kematian. Burung Phoenix dapat hidup selama lima ratus tahun. Setelah mencapai batas usianya, burung ini akan membakar dirinya sendiri dan berubah menjadi abu. Dari abu tersebut, Phoenix akan bangkit kembali. Karena itulah Phoenix juga dikenal sebagai burung kehidupan setelah kematian.Elisa beruntung bisa menyaksikan proses kelahiran Phoenix yang baru. Burung itu duduk dengan tenang sambil menunggu sarangnya terbakar. Aroma rempah-rempah seperti kayu manis tercium oleh indera penciuman Elisa."Wow, dia terbakar," bisik Elisa melalui pikiran kepada Ivy saat melihat api perlahan membakar burung itu. Bagi orang awam, pasti mereka akan menganggapnya menyakitkan dan merasa kasihan. Namun, bagi mereka yang tahu, pandangan merek
Daren merasakan sesuatu yang berbeda saat Inl. Tubuhnya tiba-tiba saja kepanasan seperti sedang berada di antara api yang ingin melahapnya. Dia tahu apa itu. Ini pasti ulah gadis itu."Apa yang dilakukan Elisa kali ini?" tanya Daren dengan nada amarahnya. Meskipun begitu, dia tetap merasa khawatir pada gadis tersebut, terutama karena panas semakin terasa saat ini.Dia segera mencari keberadaan gadis tersebut dan memerintahkan beberapa omega dan prajurit untuk mencarinya di dalam istana."Maaf Alpha, Luna tak ada di istana," mindlink salah satu omega yang mencari keberadaannya memberi tahu.Saat itu juga, Daren bangkit dari tempat tidurnya. Dia bahkan tidak peduli lagi dengan luka dan rasa sakit tubuhnya. Yang dia pikirkan sekarang hanyalah Elisa, gadis lemah yang selalu membuat masalah saat sendiri.Tiba-tiba, seorang prajurit mendatanginya begitu dia berada di luar kamar. Dia terkejut dengan ucapan prajurit tersebut."Alpha, kami menerima berita bahwa di hutan hitam sedang terjadi ke