Share

Chapter. 2

Penulis: yukidua
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-25 06:29:10

'Aku bersumpah akan membalas semua yang kau lakukan padaku. Seluruh keturunan dan kaummu akan aku musnahkan!' Kalimat itu selalu terngiang di pikirannya. Sumpah itu membuat dirinya harus kembali ke dunia ini.

Ivi bereinkarnasi menjadi seorang gadis yang sedikit lusuh bernama Elisa Oswald. Entah memang takdirnya atau hanya sebuah kebetulan belaka, dirinya terlahir kembali di pack tempat dirinya terbunuh secara tidak hormat. Sudah sekitar tiga minggu lebih ia berada di wilayah ini. Selama itu juga dirinya mencari informasi di pack terbesar. Terkadang ia akan pergi ke tengah kota untuk memantau situasi.

Pack adalah sebuah wilayah kekuasaan yang dimiliki oleh kaum werewolf. Lotus pack adalah sebuah pack terbesar dari tiga pack di benua Marel. Bukan hanya itu, ini adalah pack terkuat. Semua pack takut dan tunduk pada kekuasaan Lotus pack. Informasi itulah yang didapatkannya beberapa minggu ini.

Padahal dahulu, setau dirinya ada lima pack di benua Marel. Namun, mungkin karena peperangan dua pack lainnya telah musnah. Meskipun dia dilahirkan kembali di Lotus pack untuk membalaskan dendamnya, dirinya tidak menyangka jika semesta menjadikannya seorang gadis lemah. Tubuhnya tak seperti gadis kebanyakan. Padahal bagi kaum werewolf, usia tujuh belas tahun seharusnya sudah bisa berganti shift dengan wolf masing-masing. Sedangkan Elisa, untuk berbicara dengan wolfnya saja ia tidak bisa, apalagi untuk berganti shift dengan serigala yang ada di dalam dirinya. Dia sudah berkali-kali mencoba berbicara pada wolfnya, tapi tetap sama. Wolfnya tak pernah datang. Mungkin dia tidak akan pernah melihat bagaimana bentuk serigalanya itu. Sampai akhirnya ia bosan dan memulai hidupnya seperti sekarang.

Dia selalu berusaha melatih diri untuk bertahan dari para Serigala ataupun binatang buas. Meskipun tidak bisa berganti shift, tapi dia masih bisa menggunakan kekuatan sebelumnya. Hanya saja tidak bisa menggunakan secara sembarangan. Jika terlalu sering menggunakan, tubuhnya akan lemah.

"Huh, sepertinya hanya ini yang dapat aku gunakan untuk bertahan hidup sekarang," ucap Elisa sambil memainkan api di tangannya. Tak lama setelah itu, ia melempar api ke arah tumpukan kayu bakar yang sudah dibuat. Matanya terus menatap benda gas berwarna oren ke merah-merahan tersebut. Memperhatikan kobaran api memakan sedikit demi sedikit kayu yang tertumpuk.

"Aku akan membunuh keluargamu seperti api membakar kayu perlahan-lahan," monolog Elisa dengan penuh dendam. Dari mata Elisa terlihat bayangan api yang semakin lama semakin membesar hingga menghabiskan semua kayu. Melihat hal itu, Elisa segera meletakkan beberapa ikan di antara bara api. Siang ini ia ingin memakan ikan bakar. Liurnya hampir saja jatuh saat mencium aroma ikan bakar yang menguar setelah terkena panasnya bara kayu.

"Ini pasti lezat sekali," ucap Elisa senang sambil membolak-balikkan ikan-ikan yang terlihat begitu menggiurkan. Baru saja ia akan mencicipi salah satu ikan yang sudah masak, suara dari arah belakang membuatnya berhenti. Elisa mempertajam pendengarannya. Sesaat kemudian, ia mengambil ancang-ancang jika tiba-tiba seseorang menyerangnya.

"Siapa di sana!" teriak Elisa memegang belati yang tak pernah lepas darinya. Tidak ada jawaban apa pun. Namun, suara berisik itu semakin mendekat.

"Tolong! Tolong!" suara kesakitan itu membuat Elisa penasaran. Elisa berlari mendekati suara itu dengan perlahan. Setibanya di sana, ia melihat seorang gadis seumurannya sedang terkulai lemas. Luka di sekujur tubuhnya menambah prihatin gadis tersebut.

Tiga ekor serigala sedang mencoba menerkam gadis tersebut. Mereka terlihat begitu beringas. Mulut mereka dipenuhi dengan liur bercampur darah. Mungkin darah itu berasal dari sang gadis.

"Siapapun, tolong aku!" teriak gadis itu sambil terisak. Mendengar hal itu, Elisa pun akhirnya merasa iba. Dengan cepat ia berlari menuju sang gadis dan membantunya untuk berdiri. Ketiga serigala itu sontak terkejut dengan kedatangan Elisa. Mereka mengeluarkan geraman menakutkan membuat gadis tadi menggigil. Namun, tidak untuk Elisa, ia malah terlihat santai.

"Wah, sepertinya kamu terlalu baik untuk membantu gadis itu," ejek salah satu serigala tersebut. "Biarkan saja Jo, malam ini kita bisa mendapatkan santapan yang lezat dan tentunya berbanyak."

Mendengar hal itu, Elisa yang berusaha membangunkan tubuh gadis cantik itu pun menatap ketiga makhluk berbulu tersebut. "Jangan membuatku marah," ucap Elisa datar melihat ketiga Rogue yang merupakan serigala bebas tanpa memiliki pack.

"Wow, ternyata kamu berani juga melawan kami. Sebaiknya kamu pergi saja, kami tidak akan mengejarmu gadis lemah," ucap serigala lainnya.

"Cih. Kalau aku tidak mau, bagaimana?" tantang Elisa.

"Hahaha. Sepertinya kau tidak sadar diri. Kau hanya gadis terlemah di pack ini. Salah satu dari kami saja sudah bisa menghabisi nyawamu." Salah satu serigala tersebut maju mendekati Elisa. Elisa langsung mengubah posisinya menjadi lebih berhati-hati. Ia tidak ingin beberapa detik kemudian hewan bertaring dan menjijikkan tersebut menyerangnya.

"Siapa kamu?" bisik sang gadis, "apakah kamu bisa membantuku?" lanjutnya.

Elisa kesal mendapat pertanyaan seperti itu. Meskipun tubuhnya lemah, tapi ia masih bisa membunuh para binatang buas di kawasan ini. Apalagi hanya dengan tiga serigala kotor di depannya yang terlihat begitu lapar.

"Kalau begitu aku pergi saja, sepertinya kau tak butuh bantuanku." Elisa melepas pegangannya dan ingin melangkah pergi keluar dari gerombolan serigala tersebut.

"Tidak!" teriak gadis itu sambil menegang tangan Elisa, "jangan tinggalkan aku sendiri di sini," cicitnya menatap mata Elisa.

"Untuk apa? Bukankah kamu tak percaya padaku?" tanya Elisa tanpa membalas tatapan dari gadis itu.

Memang benar yang dikatakan salah satu di antara serigala tersebut. Jika tubuh Elisa lemah, untuk menghadapi salah satu dari mereka saja, ia berpikir dengan keras bagaimana caranya. Meskipun begitu, ia masih sanggup melumpuhkan mereka dengan kemampuannya yang sekarang.

"Aku percaya padamu, tolonglah aku." Gadis itu memelas diri pada Elisa.

"Ok, dengarkan aku, kamu lari lah ke belakang pohon besar itu dan jangan keluar sampai aku mendatangi dirimu. Aku akan mengalihkan mereka bertiga dari dirimu."

Elisa menatap gadis yang masih belum diketahui namanya. Dengan ragu-ragu gadis itu menganggukkan kepala dan bersiap-siap untuk berlari. Elisa kembali menatap ketiga serigala untuk mendapatkan kesempatan menyerang, lalu tersenyum mengejek.

"Aku tidak takut pada kalian. Aku bisa membunuh kalian bertiga sekaligus sekarang juga."

"Kau sombong sekali," ucap salah satunya.

Semua berjalan sesuai kemauan Elisa. Mereka bertiga terlihat marah mendengar pernyataan darinya. Tanpa menunggu waktu lama, ketiga serigala itu menyerangnya. Elisa yang sudah siap dengan serangan tersebut pun menghindari mereka bertiga. Sedangkan gadis tadi berlari menuju pohon besar di dekat mereka.

"Kau akan aman sementara di sana. Mereka tidak bisa melihatmu," ucap Elisa memperhatikan gadis yang berlari dengan tergopoh-gopoh.

Elisa sudah memantrai pohon tersebut. Hanya dirinya yang bisa menemukan gadis di balik pohon itu.

"Kau sudah membuat kami marah, maka rasakan ini dari kami!" geram salah satu Serigala itu.

Mereka bertiga dengan cepat menerkam Elisa. Berusaha mencakar tubuh Elisa. Namun, dengan cepat pula Elisa menghindari ketiganya. Salah satunya mulai memperlihatkan taringnya.

Elisa hanya menyeringai dan mulai menyerang balik. Meskipun dirinya tak dapat menjadi wolt, tapi pergerakannya cukup cepat. Hingga pisaunya mengenai tubuh sang Serigala.

"Akhhh. Sialan kau!"

Serigala tersebut kembali menyerang Elisa dengan ganas. Hampir saja tangannya di terkam jika tak bergerak cepat. Melihat serigala yang sudah lelah dan kesakitan karena lukanya membuat Elisa mengambil kesempatan. Dengan cepat dirinya menekan pisau ke arah jantung hingga serigala tersebut tak dapat bergerak lagi.

"Apa yang kau lakukan padanya!" teriak serigala yang lain.

"Membunuhnya," jawab Elisa datar.

"Aku akan membunuhmu!" Kedua serigala tersebut langsung menyerang Elisa.

Elisa terlihat sedikit kesulitan menghadapi keduanya. Sampai ketika dirinya tak bisa menghindari serangan salah satu dari mereka. Bahunya diterkam kuat oleh Serigala tersebut. Elisa berusaha sekuat tenaga mencoba melepaskan gigitan tersebut. Dia menusukkan pisau kecil itu ke daerah leher Serigala hingga mengiris urat leher sampai putus.

Bersamaan dengan tewasnya Serigala tersebut, gigitannya pun terlepas. Darah mengalir begitu saja dari bahu Elisa. Serigala yang tersisa pun melarikan diri ketika melihat kedua temannya tewas.

Elisa menyentuh bahunya dan mengucapkan salah satu mantra penyihir agar darahnya berhenti keluar. Setelah itu, dia kembali menuju pohon besar untuk menemui gadis tadi.

"Apa mereka sudah pergi?" tanya gadis itu menatap dari balik pohon.

"Keluarlah, mereka sudah tewas," jawab Elisa cuek lalu meninggalkan gadis itu.

Sudah cukup rasanya untuk membantu sang gadis. Dia tidak ingin terlalu banyak berurusan dengan orang asing.

"Tunggu aku," teriak gadis bersurai coklat itu.

"Ada apa?" tanya Elisa malas.

"Bantu aku, aku takut di sini sendirian," cicit gadis itu.

Mau tidak mau Elisa pun kembali kepada gadis itu. Dia juga membantu sang gadis untuk berdiri. Melihat keadaannya, membuat Elisa tak tega dan akhirnya membuatnya harus membawa gubuk kecil miliknya di atas pohon.

"Wow, aku baru tahu ada rumah di sekitar sini? Apa kau yang membuatnya?" tanya Kiana yang sudah terlihat cukup baik.

"Ya, ini rumahku," jawab Elisa sambil terus membawanya menuju tempat tidur.

"Apa kau tinggal sendiri?"

"Tahanlah, ini akan sakit tapi bisa membuat lukanya cepat kering." Elisa memberikan sedikit bubuk di atas luka yang terbuka pada tangan gadis itu.

"Akkhhh. Sakit," jerit gadis itu, meskipun begitu ia tetap tak menarik tangannya.

Lambat laun rasa sakit itu berubah menjadi rasa dingin yang mengenakan. Tak ada lagi rasa sakit atau pun perih.

"Minumlah, aku rasa kau kehau..."

Belum selesai Elisa berbicara, gelas itu sudah berpindah tangan. Ila menatap gadis itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Terima kasih," ucap gadis itu tulus, "kamu siapa? Aku Kiana," ucap gadis itu kembali.

"Elisa," jawabnya.

"Bubuk apa yang kau berikan padaku tadi?" tanya Kiana yang sudah terlihat cukup baik. Tubuhnya terasa lebih baik setelah bubuk tadi menyembuhkan lukanya.

"Hanya obat penyembuh saja," jawab Elisa.

"Apa kau seorang tabib?"

"Tidak, aku hanya suka mempelajari tentang obat-obatan dan penyembuhan saja."

"Wow, kau sama denganku, aku seorang calon tabib di pack ini. Mungkin kau bisa datang dan belajar di istana bersamaku." Kiana terlihat antusias.

"Benarkah? Aku pikir pack ini masih menggunakan para witch untuk menyembuhkan," ucap Elisa sedikit memancing Kiana.

"Apa kau gila! Di pack ini sudah tidak ada witch. Mereka semua musnah beberapa ratus tahun silam, dan kau tahu kenapa? Karena salah satu di antara mereka membunuh nenekku," jelas Kiana dengan nada sedikit marah.

Tanpa sadar kedua tangan Elisa mengepal kuat. Ia tidak senang mendengar penuturan Kiana, seolah-olah kaum witch begitu bersalah.

"Ada apa?" tanya Kiana melihat perubahan sikap Elisa.

"Tidak, hanya berpikir mengapa kalian memusnahkan mereka hanya karena satu orang yang bersalah," jawab Elisa.

Kiana sedikit terkejut, tapi setelah itu dia kembali bersikap biasa.

"Aku tidak tahu pasti, karena saat itu aku belum lahir ke dunia ini."

"Kembalilah ke tempatmu. Aku rasa semua orang sedang mencarimu." Elisa menatap Kiana dan ke bawah dari jendela.

"Ya, sepertinya mereka sedang mencariku. Aku akan kembali, tapi kamu harus berjanji nanti akan ke istana melihatku," ucapnya berjalan ke tangga di samping pintu.

"Ya, aku pasti akan datang."

Kiana pergi meninggalkan Elisa. Ia hilang di balik semak-semak jalan masuk ke gubuk Elisa. Sedangkan Elisa tersenyum menyeramkan ketika melihat kepergian Kiana. Dia merasa semesta begitu berpihak padanya kali ini.

Bab terkait

  • Penyihir Serigala   Chapter. 3

    Hari ini, Elisa sedang berjalan-jalan ditengah kota Lotus pack. Kota tersebut terletak tak jauh dari istana. Suasana di kota tersebut begitu ramai. Banyak orang-orang membuat toko untuk menjual barang mereka. Mulai dari toko penempa besi sampai toko penjual hasil buruan pun ada.Tidak hanya itu, udara di kota ini juga begitu segar. Meskipun dikatakan kota, suasana dan udaranya masih asri. Itu dikarenakan kota tersebut dikelilingi oleh hutan di kawasan pack. Elisa berjalan-jalan melihat beberapa toko. Dia berencana mencari beberapa tanaman herbal untuk membuat ramuan dan berbagai obat untuk dirinya sendiri.Beberapa orang yang ditemuinya seminggu yang lalu mengatakan jika ada sebuah toko tanaman herbal terkenal di tengah kota. Toko tersebut berada di antara toko pakaian dan juga toko pedang. Di depannya terdapat kolam bunga teratai yang memanjang sepanjang tiga toko tersebut.Sebenarnya, jika tidak karena menolong gadis kemarin, hari ini ia akan tetap berada di gubuk miliknya. Ramuanny

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-25
  • Penyihir Serigala   Chapter. 4

    Pagi-pagi, Elisa sudah berada di Rainforest. Sebenarnya, ia tidak berniat untuk datang, tapi mengingat wajah Kiana kemarin, akhirnya ia pun di sini sekarang. Dia melihat sekeliling, tetapi tidak ada tanda-tanda Kiana. Tidak ada jejak sama sekali. Elisa pun duduk bersandar di pohon besar sambil terus menunggu."Kau sudah datang, maaf aku ada sedikit kegiatan tadi," kata Kiana sambil berlari menghampiri Elisa."Tidak masalah. Kau adalah tuan putri," Elisa berdiri dan membersihkan pakaian yang terkena tanah."Apa kau sudah siap?" tanya Kiana lagi.Elisa bingung dan bertanya, "Untuk apa?""Hari ini kita akan mencari bahan-bahan untuk membuat ramuan. Ini aku sudah dapat apa saja yang dibutuhkan," Kiana menunjukkan secarik kertas dengan tulisan.Elisa mengambil dan membacanya. Dia tahu benar jika isinya tentang bahan-bahan yang diperlukan. Hanya saja, ada satu bahan yang tidak diketahui olehnya."Daun Autumn, aku tidak pernah tahu tanaman ini," ujar Elisa sambil mengembalikan kertas kepada

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-25
  • Penyihir Serigala   Chapter. 5

    Seorang gadis berlari menjauhi perkelahian itu. Dia terlalu takut untuk membantu kedua gadis yang sedang membuat pertahanan diri. Tanpa menoleh lagi, dirinya berlari dan menghilang di antara semak-semak.Sementara itu, Elisa dan Kiana masih bertarung. Mereka mengeluarkan semua tenaga untuk melawan para Rogue. Satu Rogue sudah tewas di tangan Kiana. Entah sejak kapan gadis itu berganti shift dengan wolfnya.Sedangkan Elisa masih bertarung dengan salah satu Rogue menggunakan belatinya. Seandainya saja ia bisa berganti shift, sudah sejak tadi ia menggigit, memisahkan kepala dari badan para Rogue itu. Sayangnya, ia tidak bisa.Untung saja ia sudah melatih ilmu bela diri, jadi mudah baginya untuk menghindari gigitan para Rogue tersebut. Meskipun begitu, para Rogue tetap lebih kuat daripada dirinya."Mereka terlalu kuat, bagaimana ini?" wolf Kiana berbicara pada Elisa.Keduanya saling membantu satu sama lain. Jika Elisa tersudut, maka Kiana akan menerkam Rogue itu."Kau harus membunuh dua s

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-07
  • Penyihir Serigala   Chapter. 6

    Seorang gadis cantik bersurai panjang memasuki sebuah ruangan. Ia memakai sebuah mahkota kecil di kepala, menandakan bahwa ia adalah seorang putri. Dengan langkah anggun, ia melangkah ke dalam ruangan di mana seseorang sedang tertidur.Ruangan itu luas dengan dominasi warna putih. Tidak banyak properti yang digunakan di dalamnya, hanya ada satu tempat tidur besar, dua lemari, meja, dan beberapa kursi. Meskipun begitu, ruangan tersebut terlihat elegan. Vas bunga menambah kecantikan ruangan tersebut, tetapi sang putri tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari ranjang di hadapannya. Salah satu tabib terkenal sudah berada di sana.Seorang gadis bersurai panjang dengan rambut coklat sedang tertidur. Tidak diketahui kapan ia akan bangun. Tubuhnya terlihat pucat, dan luka di pergelangan tangannya belum sembuh sama sekali. Meskipun telah ada beberapa tabib yang mencoba mengobatinya."Putri Kiana, Alpha Daren," sapa tabib tersebut.Kiana tersenyum membalas sapaan tabib itu, sementara Daren teta

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-07
  • Penyihir Serigala   Chapter. 7

    Kiana tergesa-gesa di Lorong Istana. Dia sedikit berlari setelah mendengar berita hari ini. Elisa sudah bangun dari tidurnya. Itulah yang didengarnya dari tabib baru-baru ini. Padahal belum ada sejam dirinya meninggalkan gadis itu.Sebenarnya bukan hanya itu, ada yang lebih mengejutkan lagi. Maka dari itu ia ingin melihat dengan matanya sendiri. Ia tidak bisa mempercayai tabib itu tanpa adanya bukti."Tidak mungkin!" ucap Kiana saat sudah berada di sana. Kedua tangannya refleks menutup mulut setelah melihat apa yang ada di hadapannya sekarang. Ia benar-benar tidak bisa mempercayainya.Seorang gadis telah duduk dan tersenyum manis padanya. Padahal baru beberapa jam yang lalu, ia melihat Elisa masih terbaring lemah. Bahkan wajahnya begitu pucat. Namun, sekarang sepertinya berbalik arah. Wajah gadis itu sudah cerah kembali. Tak hanya itu, apa yang dikatakan tabib tadi benar adanya. Luka di tubuh Elisa telah hilang tak berbekas.Apa yang terjadi sebenarnya? Bagaimana mungkin luka sebesar

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-07
  • Penyihir Serigala   Chapter. 8

    Di dalam sudah ada tiga orang yang menatap kedatangan Elisa dan juga Kiana. Dua orang tersenyum ramah pada dirinya. Sedangkan satu yang lain, menatapnya tajam. Seakan-akan Elisa hanyalah sampah baginya."Gadis ini yang menyelamatkanmu Kia?" tanya wanita yang duduk disebelah seorang pria. Wanita itu begitu cantik dan juga terlihat masih muda. Dia memakai gaun yang begitu indah. Ditambah sebuah mahkota cantik bertengger di kepala wanita tersebut. Siapa lagi kalau bukan sang ratu. Wajahnya hampir sama dengan Kiana."lya ratu," ucap Kiana memberi hormat padanya."Salam hormat raja dan ratu," sapa Elisa ketika sudah di depan mereka. Dia merasa begitu familiar dengan tempat itu. Tempat yang tidak pernah diubah sama sekali. Bahkan perabotan yang ada di dalam masih sama. Saat dirinya masih berada di dalam istana Ratusan tahun yang lalu."Kau sangat cantik El," puji wanita bergaun panjang turun dari singgasananya. Elisa hanya bisa tersenyum malu. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan ratu se

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-07
  • Penyihir Serigala   Chapter. 9

    "Aku Alpha Daren Gregson dari Lotus pack akan-.""Stop!" teriak ratu. Dirinya melepaskan pelukan raja dan tanpa basa-basi menarik pedang yang berada di pinggang suaminya, menempelkannya pada lehernya sendiri. Matanya menatap sang putra tajam."Ibu!" teriak Kiana melihat ratu yang begitu menakutkan. Gadis itu berlari mendekati sang ratu."Jangan ada yang mendekat!" Teriakan ratu membuat Kiana berhenti saat itu juga. Kepalanya menggeleng pelan, berharap ibunya tak melakukan hal aneh."Ibu, Kiana mohon jangan lakukan itu," pinta Kiana mulai terisak. Namun, ibunya tak menghiraukan Kiana. Bahkan kini, pedang itu semakin mendekat ke lehernya."Jika kau mengeluarkan kata itu, maka ibu akan memutuskan leher ini sekarang juga!" ancam ratu, membuat raja bergidik.Tidak hanya itu, putrinya juga merasa takut. Meskipun ia tahu ratu hanya mengancam, tapi tetap saja dirinya takut jika ibunya berbuat nekat."Daren, jika leher ibumu sedikit saja tergores, ayah akan membunuhmu!" geram raja pada putrany

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-07
  • Penyihir Serigala   Chapter. 10

    "Lepaskan Ren!" teriak Valeri. Dia mengayunkan tangannya yang ditarik oleh pria yang menjadi kekasihnya sekaligus sang Alpha. Cekalan pria itu terlepas, tapi hanya sebentar saja. Ketika tangan itu terlepas, dengan cepat dirinya dibawa ke pelukan Daren. Pria itu berusaha menenangkan Valeri dalam pelukannya. Dia tidak ingin kekasihnya mengamuk di istana, karena bisa merusak barang-barang di sana. Terlebih lagi, Valeri adalah serigala yang kuat. Oleh karena itu, ia memilih gadis tersebut menjadi kekasihnya, berharap bisa menjadi luna pack ini kelak."Dengarkan aku, Val," ucap Daren masih berusaha menenangkan wanita itu.Plak. Sebuah tamparan mengenai wajah sang wanita. Valeri terdiam sambil menatap Daren, terkejut karena kekasihnya baru saja menamparnya."Maafkan aku, jika tidak begitu, kau tak akan tenang," ucap Daren menyesal. Dia tidak pernah memukul Valeri sedikit pun sebelumnya, bahkan ini adalah yang pertama kalinya. Dan itulah mengapa ia sangat menyesal. Valeri pasti akan sangat m

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-07

Bab terbaru

  • Penyihir Serigala   Chapter. 79

    Tentu, berikut paragraf yang lebih rapi:Aroma khas ikan bakar memenuhi udara, membuat perut keduanya bergemuruh lapar. Mereka sama-sama tak sabar untuk mencicipi hidangan itu.Elisa duduk di dekat perapian, matanya terus terpaku pada ikan yang tengah dipanggang. Air liur tak henti mengalir, dan matanya tak berkedip sejenak pun. Api- api perapian memanggilnya, mengeluarkan aroma khas ikan yang membuatnya semakin lapar.Melihat bahwa ikan-ikan tersebut telah matang, Daren segera mengambil satu dan menusukkannya dengan sebatang ranting pohon. "Silakan, cicipi," kata Daren saat menawarkan ikan tersebut kepada Elisa. Daren tahu Elisa tak bisa melepaskan pandangannya dari ikan yang telah matang. Aromanya yang menggoda membuatnya terus merasa haus.Setelah menawarkan ikan, Daren kembali ke tempat semula. Waktu sudah menjelang senja, dan udara menjadi semakin dingin setelah panas siang tadi. Angin pun semakin kencang, memaksa mereka untuk tetap berdekatan dengan api.Namun, Elisa masih belu

  • Penyihir Serigala   Chapter. 78

    "Wah ini indah sekali!" Elisa terlihat kagum dengan apa yang ada di depannya. Hingga dirinya tak tahu telah mendorong Daren sehingga pria itu menjauh darinya. Detik kemudian ia tersadar. Dirinya mulai melototkan matanya. Tersadar dengan apa yang telah dilakukan. Tidak hanya itu, ia juga memutarkan tubuhnya perlahan menghadap Daren. Pria itu menatapnya tak percaya. Matanya begitu tajam melihat gadis tersebut. Elisa hanya bisa cengengesan karena hal tersebut. Dia sebenarnya bingung dengan sikap pria itu. Apakah marah atau tidak?Sementara itu, Daren yang telah kembali pada tubuhnya kesal dengan Greg. Bisa-bisanya ingin berganti shift tanpa berbicara dengannya. Ia rasa wolfnya sedang marah saat ini."Kau marah?" tanya Elisa dengan polosnya. Daren terus menatap gadis itu. Dia sedikit bingung pada Elisa. Menurutnya gadis itu plin plan. Terkadang bersikap baik seolah-olah tak terjadi apa-apa. Terkadang bersikap layaknya seorang musuh. Saat memikirkannya, sebuah ide pun muncul dari pikiran D

  • Penyihir Serigala   Chapter. 77

    Seorang pria sedang berdiri diam sejak tadi tanpa ada pergerakan. Gelar alpha terkuat yang melekat padanya tidak mempengaruhi keadaannya. Pria itu terus menatap gadis yang sedang tersenyum pada pria lain. Tatapannya begitu menakutkan, bahkan beberapa warrior di sekitarnya merasa ketakutan karena aura yang dikeluarkannya. Daren melangkah mendekati gadis itu, tidak tahan dengan adegan yang menurutnya sangat tidak menyenangkan. Ia melangkah tanpa memperdulikan tatapan aneh orang-orang di sekitarnya. Ketika sudah sampai, ia dengan kasar menangkap leher rogue yang sedang terikat. Elisa yang berada di samping terkejut dan terhuyung beberapa langkah. "Apa yang kau lakukan!" teriak Elisa saat menyadari apa yang dilakukan oleh Daren. Pria itu dengan kasar mencekik rogue yang tidak bisa bergerak. Daren menahan pria itu dengan tangan di lehernya sambil mengangkatnya dari tanah. Wajah rogue itu sudah pucat, tanpa ada darah yang mengalir. Matanya melotot seolah-olah ingin keluar dari lubangnya. El

  • Penyihir Serigala   Chapter. 76

    Semua orang telah berkumpul di lapangan, termasuk Elisa dan anggota kerajaan. Mereka semua menantikan acara pengumuman kontes yang telah berlangsung selama satu minggu. Kinan juga sangat antusias pada acara ini. Semua peserta berkumpul dengan antusias untuk mengetahui siapa pemenangnya, termasuk Elisa dan Kiana yang berharap bisa menjadi yang terbaik.Elisa merasa bahwa hadiah yang dia dapatkan tidaklah penting. Yang dia inginkan adalah diakui kemampuannya oleh semua orang. Dia ingin mendapatkan penghormatan dan rasa takjub dari mereka. Meskipun dia telah menjadi Luna, tetapi masih ada rakyatnya yang belum sepenuhnya menerima keberadaannya sebagai pasangan pemimpin mereka."Hai, aku yakin kita akan menang, El," ujar Kiana mendekati Elisa dengan kebahagiaan yang terpancar di wajahnya. Kebahagiaan itu menular pada Elisa dan membuatnya tersenyum bahagia. Mereka berdua yakin bahwa mereka akan menjadi pemenang. Tidak banyak rogue yang bertahan sampai akhir kontes, hanya beberapa yang berha

  • Penyihir Serigala   Chapter. 75

    Warna air yang semula bening berubah menjadi sedikit kemerahan akibat darah yang menempel pada kain itu. Seorang gadis terlihat sangat telaten dalam membersihkan lukanya. Terkadang, raut wajahnya tampak lebih garang dari biasanya, dan mulutnya komat-kamit seperti seorang dukun yang sedang membaca mantra. Sesekali, tangannya menyeka kulit pria itu dengan kasar."Pria sialan! Seharusnya kau mati, bukan tertidur. Hanya membuatku terbebani saja," ujar Elisa sambil memasukkan kain ke dalam air yang telah tercampur dengan darah Daren.Sudah tiga puluh menit Elisa berada di ruangan itu, hanya mereka berdua. Tak ada yang menemaninya untuk berbincang, yang membuatnya merasa bosan.Elisa mengambil kain lain untuk menyeka sisa-sisa air yang menempel di tubuh pria itu. Tangannya dengan kasar mengelap di daerah bahu."Ivy, kenapa kau histeris begitu? Ya ampun!" ujar Elisa, merasakan sakit kepala."Kau sangat tidak peka, El! Kau tidak melihat itu? Ya ampun, begitu seksi. Aku ingin menyentuhnya, El!

  • Penyihir Serigala   Chapter. 74

    2 / 2Elisa masih menutup matanya, berpikir sejenak. Apa yang sedang terjadi? Mengapa ia tidak merasakan apa-apa? Apakah ia sudah mati? Setelah menghitung dalam hati, ia membuka matanya perlahan-lahan. Namun, alih-alih menemui keadaan yang diharapkan, ia merasakan kecupan di dahinya yang membuatnya terkejut. Ketika ia menatap, ia melihat Daren tersenyum padanya.Pedang yang tadi disentuh oleh Daren sudah jauh dari dirinya. Ia tidak mendengar suara benda itu jatuh atau tersingkir. Daren tiba-tiba saja terjatuh dan menabrak tubuh Elisa. Terkejut, Elisa langsung menangkap tubuh pria tersebut yang begitu berat. Namun, karena keterbatasan kekuatannya, Elisa tidak bisa menahannya dan akhirnya ikut terjatuh bersama Daren yang telah menutup matanya."Hei, jangan bermain-main!" bisik Elisa dengan suara bergetar di telinga Daren.Namun, pria itu tetap tak bergerak, semakin melemah. Elisa mencoba mengguncang-guncangkan tubuh Daren, tetapi ia tetap tidak bereaksi. Bahkan semakin melemah."Apa kau

  • Penyihir Serigala   Chapter. 73

    Teriakan dari para pejuang bergema di lapangan. Mereka terkejut dengan apa yang terjadi. Alpha mereka terluka.Sementara itu, Elisa semakin menarik pedangnya untuk membuat luka semakin dalam. Berbeda dengan Elisa, Daren tetap tenang. Ia bahkan tampak menikmati gesekan pedang tersebut. Ia tidak memperdulikan darah yang mengalir dari lehernya."El! Berhenti! Kau akan membuat Daren kehabisan darah!" teriak Kiana yang telah memperhatikan pertarungan mereka berdua.Namun, Elisa tidak menghiraukannya. Tanpa sadar, tubuhnya terhuyung ke samping. Kiana mendorong gadis itu dengan kekuatan serigalanya. Ia tidak menyadari tindakannya.Ketika menyadari apa yang telah dilakukannya, ia berlari mendekati Elisa untuk membantu gadis itu berdiri. Ia juga meminta maaf pada Elisa."El, apa yang terjadi padamu?" tanya Kiana ketika berada di depan gadis itu."Kia, kembalilah ke tempatmu. Aku akan menyelesaikan urusan dengan pria gila itu!" ejek Elisa sambil tetap menatap pria di hadapannya yang meremehkann

  • Penyihir Serigala   Chapter. 72

    Daren sangat marah. Elisa belum ditemukan selama lebih dari satu jam. Ia telah menebas beberapa kepala prajurit yang gagal menjalankan tugasnya, termasuk dua pengawal yang telah diperintahkannya satu atau dua hari yang lalu. Tanpa ragu, ia mengayunkan pedang yang masih berlumuran darah prajurit tak bersalah. Para pejuang yang berkumpul di sana merasa cemas melihat teman-teman seperjuangan mereka mati sia-sia. Mereka merasa seperti menunggu kematian yang menjemput mereka, semakin dekat dan dekat."Mengapa kalian membiarkannya pergi begitu saja? Aku sudah mengatakan agar tidak meninggalkan luna kalian sendiri, bukan!" teriak Daren sambil mengayunkan pedang ke arah pejuang lain yang menunggu giliran. Suara pedang menyambar, dua kepala terlepas dan darah mengalir dari sayatan di leher mereka seperti air yang deras.Daren menghentikan gerakan pedangnya setengah ayunan. Ia merasakan aroma yang dikenalnya dengan baik. Aroma vanilla dan kayu manis yang memikatnya. Daren menoleh ke arah sumber

  • Penyihir Serigala   Chapter. 71

    Greg sibuk bermain dengan para rogue yang semakin banyak menyerangnya, tetapi bukannya takut, ia malah menyeringai dengan senang hati. Meskipun begitu, ia bingung dari mana datangnya mereka semua. Sepertinya mereka tidak pernah habis. Mati satu, muncul lagi yang lain. Tubuhnya sudah dipenuhi dengan bekas cakaran dari para rogue, tetapi itu tidak mengurangi semangatnya untuk membunuh mereka. Meskipun sudah dua hari bertempur, ia tetap tidak kelelahan. Kemampuannya tidak diragukan lagi. Daren bahkan bisa bertempur selama seminggu hanya untuk mempertahankan wilayahnya.Tiba-tiba, suara sang beta mengganggu Greg. Seketika itu, dia tidak bisa berkonsentrasi. Beberapa rogue bahkan sempat melukainya. Greg mundur sedikit dan menggeram marah pada mereka. Main-mainnya telah hilang. Kali ini, dia akan menyelesaikan semuanya dalam sekejap. Dia bahkan mengaum keras sehingga terdengar oleh seluruh kaum werewolf yang ada di sana. Tanpa menunggu lagi, dia menerjang rogue-rogue di sana.Dia mencakar d

DMCA.com Protection Status