Setelah kedatangan Naema di Sekolah Sihir, keseharian Linch benar-benar berubah. Dia yang biasanya pergi dengan teman-temannya saat jam istirahat, memilih untuk bermain bersama Naema di kediaman Miss Zoya.
Bahkan Linch akan bergantian dengan Miss Zoya untuk menjaga Naema saat Miss Zoya pergi mengajar."Linch, kau mau kemana buru-buru sekali?" tanya Zlatan yang berjalan di belakang Linch."Pergi ke kediaman Miss Zoya," sahut Linch seraya berhenti dan menoleh ke belakang."Untuk apa kau pergi ke sana?" tanya Zlatan sambil berbisik."Miss Zoya ada jadwal mengajar, aku harus menggantikannya menjaga Naema," ucap Linch panjang lebar."Bukankah sudah kukatakan jangan terlalu dekat dengan bayi itu!" bentak Zlatan."Memang kenapa dengan bayi itu?" protes Linch."Kau bahkan tidak tahu asal-usul bayi itu. Lihatlah matanya yang dapat berubah saat dia menangis," imbuh Zlatan."Mungkin itu kelebihan yang dimilikinya," jawab Linch asal."Tidak ada bayi manusia yang matanya bisa berubah-ubah. Dia itu bayi iblis!" ucap Zlatan menggebu-gebu."Huss... Kecilkan suaramu!" bentak Linch sambil membungkam mulut Zlatan dengan tangannya.Seketika pandangan para murid di yang berada di sekitar menjadi aneh setelah mendengar sedikit percakapan mereka."Kau lihat! Mereka memandang kita dengan tatapan yang sangat mengerikan," bisik Linch."Cepat pergi dari sini!" ajak Zlatan sambil menarik lengan jubah Linch.Mereka pergi ke kediaman Miss Zoya dengan sedikit terburu-buru. Sesampainya di sana Miss Zoya sedang menggendong Naema."Kenapa Kau datang lama sekali? Aku sudah mengatakan kalau hari ini ada jadwal mengajar," gerutu Miss Zoya."Maaf Guru, Aku baru saja keluar dari kelas Master Gilbert," ucap Linch seraya menunduk ke bawah.Master Gilbert adalah guru yang mengajarinya beberapa mantra sihir. Sedangkan Miss Zoya sendiri adalah Guru yang mengajarkan tentang ramuan dan racun."Sudahlah.. Lain kali kalau Kau tidak bisa datang ke sini katakan saja! ", imbuh Miss Zoya."Tidak, bukan begitu! Maksudku, baiiklah," sahut Linch."Tolong jaga Naema sebentar! Setelah selesai mengajar, Aku akan segera kembali," ucap Miss Zoya sambil menyerahkan Naema kepada Linch.Setelah kepergian Miss Zoya, Linch sendirian menjaga Naema karena Zlatan juga ikut pergi. Dia takut berada di dekat bayi itu karena sebelumnya Zlatan melihat mata Naema berubah menjadi merah seperti darah saat dia menangis.Tangisan Naema juga mampu membuat barang-barang di sekitarnya jatuh ke lantai hingga terpecah belah. Sehingga Miss Zoya berulang kali harus menganti perabotannya.Meskipun begitu, Miss Zoya dan Linch menganggap hal itu masih wajar. Mungkin saja Naema memang sudah memiliki kekuatan sihir bawaan dari dia lahir.Atau mungkin juga orang tua Naema adalah orang yang memiliki kekuatan sihir tingkat tinggi, sehingga mewariskan kekuatan itu pada bayinya.Tok tok tok tok tok.Terdengar suara ketukan pintu dari arah depan, namun tak ada seorangpun yang memanggil."Siapa yang datang ke sini," batin Linch sambil meletakkan Naema ke ayunannya.Pada saat Linch hendak berjalan untuk membukakan pintu, tiba-tiba saja pintu terbuka dengan sangat kencang.Braakkkk.Seketika Linch berjingkat karena kaget. Dia mengecek keluar untuk memastikan siapa yang baru saja mengetuk pintu.Setelah dicek, ternyata tidak ada seorangpun di luar. Langit tiba-tiba saja menjadi gelap dan angin bertiup sangat kencang hingga dapat menghempaskan dedaunan."Kenapa langit menjadi begitu gelap dan angin bertiup sangat kencang hari ini? Padahal sebelumnya cuaca sangat cerah," gumam Linch seraya meraih pegangan pintu dan menutupnya kembali.Sebelum Linch berbalik untuk menghampiri Naema tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk kembali.Tok tok tok tok tok.Tok tok tok tok tok."Linch, buka pintunya!" teriak sebuah suara mirip Miss Zoya dari luar.Kemudian Linch membuka pintu dan mendapati Miss Zoya dengan tatapannya yang kosong."Apa ada yang ketinggalan, Guru?" tanya Linch memastikan sambil menutup pintunya kembali.Namun Linch merasa sedikit aneh dengan raut wajah Miss Zoya yang tidak seperti biasanya. Di sana juga terdapat sedikit lingkaran hitam di sekitar mata. Benar-benar tidak seperti Miss Zoya yang biasanya terlihat cantik dan anggun."Tidak, pergilah!" seru Miss Zoya sambil menatap tajam ke arah Linch."Ta- tapi," jawab Linch tergagap.Linch merasa sedikit aneh dengan sikap Miss Zoya. Karena selama ini dia adalah guru yang terkenal lemah lembut dan baik hati. Miss Zoya juga tidak pernah membentaknya meskipun Linch membuat kesalahan."Pergi... Tinggalkan tempat ini!" seru Miss Zoya seraya merapalkan sebuah mantra sihir."Expulsoh!" gumam Miss Zoya.Seketika tubuh Linch terhempas hingga menabrak daun pintu.Braaakk."Argghh!" pekik Linch sambil memegangi lengannya yang membentur pintu cukup keras."Siapa Kau sebenarnya?" pekik Linch sambil berlari ke arah Miss Zoya untuk menyerang."Petrificusoh Totalusoh," ucap Miss Zoya sambil mengayunkan tongkat sihirnya ke arah Linch.Seketika tubuh Linch kaku dan tidak bisa digerakkan. Untuk bicara pun lidahnya juga sedikit kaku, apalagi untuk berteriak minta tolong.Ha ha ha ha ha ha ha.Tawa Miss Zoya menggema di seluruh ruangan. Dia juga menyeringai jahat seakan meremehkan Lich yang bukan tandingannya. Bahkan dengan santainya menghampiri Naema untuk menggendongnya.Anehnya lagi Naema tidak takut sama sekali. Bahkan bayi itu mau saja saat diangkat dari atas ayunannya."Lepaskan bayi itu, dia hanya anak kecil yang tidak berdosa!" lirih Linch sambil memohon agar Naema dilepaskan."Kau tidak perlu ikut campur, aku akan membawanya pergi," ucap Miss Zoya seraya melenggang pergi dari hadapan Linch."Berhenti disitu!" teriak suara yang juga seperti Miss Zoya dari depan pintu.Sebelum Miss Zoya yang menggendong Naema keluar dari pintu, ada satu lagi Miss Zoya yang menghadang di depan pintu."Apa-apaan ini, kenapa ada 2 Mis Zoya di sini?" batin Linch sambil menatap mereka berdua bergantian.Sekilas mereka memang terlihat sama, namun sudah jelas bahwa yang menggendong Naema adalah orang jahat. Dia tidak seperti Miss Zoya yang Dia kenal selama ini."To- tolong Naema, Guru!" teriak Linch namun sedikit tertahan karena lidahnya masih susah untuk di gerakkan."Cepat lepaskan bayi itu!", pekik Miss Zoya sambil melangkah maju untuk merebut Naema.Namun Miss Zoya yang sedang menggendong Naema itu secepat kilat menghindar dan melompat ke belakang."Expelliarmusoh," ucap Miss Zoya sebelum Miss Zoya jahat itu mengayunkan tongkat sihirnya.Alhasil tongkat sihir itu jatuh ke lantai kemudian Miss Zoya menginjaknya hingga patah."Kenapa Kau menghancurkan tongkat sihirku!" pekik Miss Zoya yang masih menggendong Naema."Wingardiumoh Leviosah," ucap Miss Zoya lagi hingga Naema terlepas dari tangan Miss Zoya jahat dan terbang menghampiri Miss Zoya yang asli.Lalu Miss Zoya menangkap Naema dan memeluknya dengan sangat erat dan menciumnya."Siapa Kau, berani menyusup ke kediamanku?" tanya Miss Zoya sambil mengeratkan pelukannya pada Naema, karena takut Naema dirampas kembali secara paksa."Apparationoh," gumam Miss Zoya gadungan yang seketika menghilang karena berteleportasi. Kemudian Miss Zoya mengayunkan tongkat sihirnya ke arah Linch seraya mengucapkan mantra hingga Linch dapat menggerakkan tubuhnya kembali. "Terima kasih, Guru," ucap Linch sambil berjalan mendekat k e arah Miss Zoya. "Aku tidak mengerti, bagaimana dia bisa menyusup ke dalam Sekolah Sihir," ucap Miss Zoya. "Mungkin saja ada orang dalam yang berkomplot dengannya," ucap Linch berspekulasi. "Atau mungkin ada celah pada portal pertahanan Sekolah Sihir," tambah Miss Zoya. "Tapi bagaimana Anda bisa kembali lagi, Guru?""Tadi ada sesuatu yang ketinggalan," sahut Miss Zoya. "Kalau begitu lebih baik Anda segera kembali ke kelas, biar Saya yang menjaga Naema sekarang," putus Linch. "Apa Kau yakin, Linch?" tanya Miss Zoya memastikan. "Sepertinya Dia juga tidak mungkin kembali lagi ke sini untuk saat ini," ucap Linch sambil menyibakkan jubahnya. "Benar juga, Aku akan segera kembali setelah selesai," u
Seketika semua orang yang berada di sana melihat ke belakang. Mereka ingin mengetahui siapa yang datang. Ternyata Dia adalah Zlatan, teman sekamar Linch. "Kapan Kau kembali, kenapa tidak langsung pulang?" ucap Zlatan sambil mendorong bahu Linch. "Saat pulang, yang kuingat Hanya Naema. Jadi Aku pergi mencarinya," sahut Linch sambil menepuk punggung Zlatan. Zlatan yang mengetahui alasan Linch tidak langsung kembali ke kamarnya langsung melihat ke arah Naema yang juga sedang melihat ke arahnya. "Kenapa menatapku seperti itu. Apa Kau pikir, Aku ini hantu?" tanya Naema dengan ketus. "Ti- tidak ada," jawab Zlatan terbata. Kenyataannya Zlatan masih takut melihat Naema. Selain karena kekuatan yang dimiliki Naema, Zlatan juga tidak berani bertatapan langsung dengannya. "Duduklah! Apa Kau sudah makan?" tanya Linch seraya menarik kursi untuk Zlatan agar duduk di sampingnya. "Aku sudah makan," tolak Zlatan. "Kalau begitu, duduk saja di sini!" paksa Linch karena Zlatan masih menolak untuk
"Rebeca! Dia kembali," pekik Naema seraya memeluk pinggang Linch. "Syukurlah, karena Dia menepati janjinya," gumam Linch. "Maafkan Aku Naema. Karena tidak bisa datang ke pertandingan tepat waktu," ucap Rebeca sedih. "Tidak masalah, yang terpenting sekarang Kau sudah kembali," ucap Naena sambil memeluk Rebeca. Kemudian mereka berdua turun ke arena pertandingan. Lawan mereka adalah senior yang sudah biasa mengikuti kompetisi. Linch melihat pertandingan itu di bangku paling depan. Dia tidak begitu banyak menaruh harapan pada Naema. Meskipun Naema kalah, Dia tetap akan mendukungnya. Pada saat Naema dan Rebeca turun ke arena, tiba-tiba saja langit menjadi gelap. Awan hitam mengelilingi sebagian langit di atasnya. "Protegoh diabolicah," ucap Naema sambil mengarahkan tongkat sihirnya ke sekitar arena pertandingan. Seketika api muncul mengelilingi arena pertandingan. Rebeca tidak percaya dengan apa yang dilakukan Naema. Karena jika ada salah satu diantara mereka ada yang terlempar kel
"Jadi sebelumnya Saya sering mengalami mimpi yang sangat aneh, Guru," terang Naema memulai ceritanya. "Mimpi aneh yang seperti apa?" tanya Miss Zoya penasaran sambil membantu Naema untuk duduk.Naema mulai mengatur nafasnya sebelum mulai kembali bercerita. Linch dan Rebeca juga langsung menoleh ke Arah Naema untuk mendengarkan ceritanya."Saya sering bermimpi didatangi oleh seseorang yang mengenakan jubah hitam. Kemudian orang itu mengatakan akan memberikan semua miliknya pada Saya. Dan anehnya mimpi itu selalu saja berulang," lanjut Naema."Apa Kau mengenal orang itu? Atau mungkin pernah melihat orang itu sebelumnya?" tanya Miss Zoya."Belum, Guru! Bahkan Saya tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena orang itu menggunakan penutup kepala," sahut Naema."Lalu apa yang terjadi selanjutnya?" tanya Miss Zoya yang masih menunggu kelanjutan cerita dari Naema."Setiap malam orang itu selalu datang dan menyentuh kening Saya seperti ini," terang Naema sambil memperagakan ceritanya.Mis
"Maaf Master! Kalau boleh Saya tahu, ini tentang masalah apa?" tanya Miss Zoya penasaran karena tidak biasanya Master Gilbert mengajaknya berbincang terlebih dahulu."Duduklah! Biar Kita juga membicarakannya bersama dengan Master Stock Holmes," terang Master Gilbert yang masih berdiri di samping tempat duduk karena menunggu Tuan rumah untuk mempersilahkannya."Kenapa Anda masih berdiri di sana, Master? Silahkan duduk! Dan Anda juga Miss Zoya!" ucap Master Stock Holmes seraya mempersilahkan Master Gilbert untuk duduk begitu juga Miss Zoya."Apa yang ingin Anda sampaikan, Master? Sampai harus jauh-jauh datang ke tempat ini?" tanya Master Stock Holmes penasaran.Pasalnya tidak biasanya Master Gilbert ke kediamannya kalau tidak ada masalah yang serius."Sebenarnya ada sesuatu yang ingin Saya tanyakan mengenai Naema," ucap Master Gilbert seraya melirik ke arah Miss Zoya.Ekspresi Miss Zoya tetap datar seakan tidak terjadi sesuatu dengan Naema."Kalau begitu, silahkan!" ucap Master Stock Ho
Naema dan Rebeca serempak menoleh ke arah belakang."Ada apa, Kak? Kenapa Kau datang kesini?" tanya Naema sambil memperhatikan Linch dan Zlatan yang tiba-tiba saja mencarinya."Apa Kau sudah selesai?" tanya Linch lagi sambil mengambil buku-buku dari tangan Naema dan memberikan sebagiannya pada Zlatan.Dia juga ikut membawakan beberapa buku itu karena Naema membawa banyak sekali buku sampai hampir setinggi kepalanya."Sudah! Aku akan kembali ke asrama dan membaca buku-buku ini di sana," sahut Naema sambil berjalan diikuti oleh Rebeca di belakangnya.Linch sudah tidak heran dengan Naema yang bisa membaca semua buku ini hanya dalam tempo semalam. Karena Dia sudah sering melihat Naema melakukannya sejak masih kecil."Nanti malam, Aku dan para senior lainnya akan pergi ke Perbatasan lagi. Ada tugas dari Master Stock Holmes," terang Linch.Seketika Naema menghentikan langkahnya dan menatap ke arah Linch dan Zlatan bergantian hingga Rebeca tidak sengaja menabrak punggung Naema."Aduh.. Ma- m
"Ma- master Gilbert! pekik Zlatan yang tidak menyangka kalau orang yang tadinya berada di depan podium bersama Master Stock Holmes tiba-tiba saja sekarang sudah berdiri di sampingnya."Dengarkan arahan Kepala sekolah kalau Kau tidak ingin berbicara di depan!" bisik Master Gilbert di dekat telinga Zlatan."Ba- baik, Master!" sahut Zlatan terbata.Seluruh tubuh Zlatan gemetar setelah melihat sorot mata Master Gilbert yang begitu gelap dan tajam."Dan Kau juga Lich," ucap Mater Gilbert sebelum akhirnya kembali ke depan podium dengan berteleportasi. Setelah Master Stock Holmes selesai memberikan arahan, murid-murid dibagi menjadi beberapa kelompok. Mereka juga dibagi untuk beberapa wilayah yang akan diamankan. Termasuk Linch yang masih satu kelompok dengan sahabatnya Zlatan.Kemudian mereka pergi ke perbatasan dengan kelompoknya masing-masing. Linch dan kelompoknya mendapatkan bagian wilayah perbatasan bagian timur. Yang artinya wilayah yang paling jauh jika dijangkau dari Sekolah Sihir.
Ketika Naema dan Rebeca menoleh, Mereka tercengang karena ternyata Dia adalah murid yang tadi datang terlambat. "Apa Kau sedang bertanya padaku?" tanya Naema yang tidak menyangka ada murid yang mau bicara padanya.Karena biasanya tidak ada murid yang mau bicara padanya bahkan hanya sekedar menyapa. Murid itu bernama Jose, putra seorang pedagang perhiasan."Iya, bukankah hanya Kau yang tadi berhasil membuat perisai cahaya itu? tanya Jose."Sayangnya Naema tidak akan pernah mengajarimu! Dia saja tidak mau mengajariku," seru Rebeca."Maaf Jose, Sahabatku memang suka seenaknya kalau berbicara," terang Naema sambil mencubit perut Rebeca."Aww.. Kenapa Kau mencubitku!" seru Rebeca.*****Keesokan harinya semua murid berkumpul di hutan belakang sekolah. Mereka bersiap untuk mengikuti ujian Master Gilbert."Apa Kau merasa gugup?" tanya Naema pada sahabatnya."Bagaimana tidak! Aku sudah menghafal semua mantra yang diajarkan di kelas Master Gilbert semalaman, tapi hanya beberapa yang bisa kupr
"Kalau pergi dari sini, dimana Kami akan tinggal? Sedangkan di desa Kenari masih ada ancaman yang mengintai Putriku," keluh Axcel."Kami akan membantumu mencari akar masalahnya! Aku juga penasaran siapa yang tega berbuat keji kepada Makhluk kecil yang tidak berdosa," imbuh Rebeca."Apa Kau yakin, Nae? Bagaimana dengan tujuan Kita?" tanya Rebeca memastikan."Terimakasih atas perhatian Kalian! Kami akan berusaha untuk bertahan," ujar Axcel menyemangati dirinya sendiri."Kita akan pergi setelah membantu para Penduduk Desa Kenari!" putus Naema."Baiklah kalau begitu! Kita akan kembali lagi ke sana," putus Linch.Kemudian Axcel memperbolehkan Kami untuk menginap di rumahnya malam ini. Baru keesokan harinya Kami akan kembali ke Desa Kenari untuk menggali informasi.*****Di tempat lain, yaitu tepatnya di Desa Kenari seseorang sedang melaporkan sesuatu pada Tuannya. Mereka mengenakan pakaian serba hitam dan jubah dengan penutup kepala sehingga wajahnya tidak terlihat.Tuannya terlihat cukup
Anak itu kembali menutup pintu dan bersembunyi. Sepertinya Dia takut melihat orang asing. Atau mungkin tidak ada seorangpun yang pernah dilihatnya kecuali Ibunya sendiri."Apa Dia putrimu? Sepertinya Dia tidak menyukai Kami, maaf," ucap Naema sembari menatap Wanita paruh baya di depannya."Dia hanya belum mengenal Kalian karena tidak ada yang pernah berkunjung ke sini sebelum ini," sahut Wanita itu."Benarkah? Sayang sekali kalau begitu," ucap Naema menyesal."Masuklah! Akan kuperkenalkan Putriku pada Kalian," ucap Wanita itu mempersilahkan Naema dan yang lainnya."Maaf Nyonya, apa Kalian hanya tungga berdua saja? Kenapa di sini begitu sepi!" tabya Rebeca."Benar! Hanya Aku dan Putriku. Bagaimana tidak sepi, Kami tinggal di dalam hutan dan tidak tetangga di sekitarnya," sahut Wanita itu sambil terkekeh."Siapa Mereka, Bu?" tanya gadis kecil itu polos sambil bersembunyi di balik pintu."Keluarlah! Mereka bukanlah orang jahat," perintah Wanita itu agar anaknya segera keluar dari persembu
"Naema benar! Masih ada satu misteri yang belum terpecahkan," imbuh Linch."Kurasa sebaiknya Kita kembali lagi ke sana! Bagaimana jika para penduduk itu sebenarnya memang masih membutuhkan bantuan Kita," terang Naema."Kau terlalu baik hati, Nae! Kalau Kita kembali lagi ke sana itu akan membuang waktu setengah hari yang seharusnya bisa kita gunakan untuk menempuh Desa selanjutnya," tolak Rebeca."Tapi, Re! Aku masih penasaran kenapa tidak ada satu pendudukpun uang terbangun saat malam hari. Dan lagi, sepertinya ada sihir yang memang digunakan untuk menidurkan Mereka," imbuh Naema."Baiklah! Kalau Kita kembali, dimana Kita akan tinggal? Aku tidak mau kembali ke Penginapan itu lagi," putus Rebeca."Kita bisa mencari Pria Tua itu! Seharusnya Dia sudah terbebas dari sihir sekarang," terang Naema."Baiklah.. Kita kembali ke tempat itu lagi sekarang!" putus Linch sambil menarik tali kekang kudanya.Akhirnya Mereka berempat kembali lagi ke Desa itu. Di sana sudah banyak aktivitas warga seper
"Maaf.. Kami hanya tidak sengaja masuk kesini," sahut Nick sambil mencari ke asal suara.Tak lama kemudian seorang pria berjenggot panjang dan bertubuh pendek keluar dari persembunyiannya.Dia memakai topi yang terbuat dari jerami. Pakaiannya terlihat sedikit compang-camping seperti seorang pengemis."Apa Kalian bukan berasal dari sini? Kenapa berkeliaran di pagi buta!" tanya Pria itu sambil menatap ke arah Naema dan lainnya secara bergantian."Kami memang bukan asli penduduk di sini. Kami hanya numpang lewat dan juga sedang mencari teman Kami yang diculik saat di Penginapan di depan sana," terang Nick."Temanmu tidak ada di sini! Sebaiknya cepat tinggalkan tempat ini!" seru Pria itu."Kami memang hendak pergi dari sini! Maaf telah mengganggu," putus Rebeca sambil menarik tangan Naema untuk segera keluar."Awas! Jangan sentuh benda itu!" pekik si Pria.Nick yang awalnya sedang melihat-lihat dan menyentuh salah satu toples yang ada di depannya kaget mendengar sebuah teriakan dari dalam
Naema hanya menggelengkan kepalanya sembari melihat ke sekelilingnya."Apa tadi Aku pingsan cukup lama? Kenapa diluar sudah tampak gelap!" tanya Naema sambil melihat ke jendela yang sedikit terbuka."Menurutmu bagaimana, Nae!" ucap Rebeca meledek."Sebaiknya Kita istirahat dulu sebelum mulai perjalanan lagi," putus Linch."Lalu bagaimana dengan Jose?" tanya Naema."Kita akan mencarinya besok! Kurasa Dia akan baik-baik saja selama Lucas belum mendapatkanmu," putus Linch."Benar, Nae! Jose hanyalah sebuah umpan. Yang diincar Lucas sebenarnya adalah Kau sendiri," imbuh Nick."Sebenarnya apa yang diinginkan Lucas dari Naema. Aku Jadi penasaran," gumam Rebeca."Tunggu! Kalau mengetahuinya, Kita bisa memancing Lucas dari persembunyiannya dan menemukan Jose lebih cepat," seru Linch."Apa Kau mengetahuinya, Nae?" tanya Nick.Sedangkan Naema hanya menggelengkan kepalnya karena memang Dia tidak tahu."Mungkin saja ini ada hubungannya dengan asal-usulmu, Nae!" celetuk Receca."Aku tidak tahu! Aku
"Kau bisa langsung jalan ke sini! Nanti perisai itu akan menghilang dengan sendirinya," bujuk Naema hingga Rebeca menyetujuinya.Namun saat Rebeca hendak melangkahkan salah satu kakinya keluar, tiba-tiba Jose terbangun dan berteriak. Sontak Rebeca terjatuh sambil duduk.Jose berteriak dan meronta kesakitan hingga membuat Rebeca urung keluar dan mendekati temannya itu."Jose.. Apa Kau baik-baik saja? Semua orang sedang berusaha untuk membantumu, jadi tolong tenang dan bersabarlah!" ucap Rebeca sambil menenangkan Jose yang terus saja berteriak dan mencoba melepaskan ikatan pada tangan dan kakinya."Bagaimana dengan Jose, Nae! Apa yang harus Kita lakukan?" tanya Rebeca sambil menoleh ke arah Naema yang hanya diam saja dan malah berdiri di depan pintu."Biarkan saja! Nanti Dia akan tenang sendiri," seru Naema tanpa berbuat apa-apa."Tapi Nae, ikatannya hampir saja lepas! Tolong bantu Aku untuk mengencangkan ikatannya!" seru Rebeca yang kesal karena Naema terus saja berdiri di sana tanpa a
"Pergi kemana?" tanya Nick spontan."Ayo pergi dari sini!" ajak Jose sambil menarik tangan Naema untuk berjalan keluar.Naema menurut saja saat tangannya ditarik paksa oleh Jose. Sedangkan Nick langsung menarik tangan Naema agar Jose tidak membawa Naema pergi."Berhenti! Kau mau membawa Naema pergi ke mana?" pekik Nick sampai membuat Linch dan Rebeca beranjak dari duduknya.Tiba-tiba saja terlihat kilatan merah pada kedua mata Jose. Naema yang menyadarinya langsung menarik tangannya. Sayangnya pegangan tangan Jose begitu erat hingga membuat Naema kewalahan."Tolong lepaskan tanganku!" pekik Naema sambil terus berusaha menarik tangannya.Banyak pasang mata yang melihat ke arah Naema dan Jose karena keributan yang ditimbulkan.Karena Jose tidak mau melepaskan tangannya, terpaksa Naema menarik tangan kirinya yang dipegang Nick. Dia memukul tengkuk Jose dengan tangan kirinya hingga tubuh Jose roboh dan pingsan."Apa Kau baik-baik saja, Nae?" tanya Nick yang khawatir sambil melihat keadaan
"Mungkin saja Mereka terlibat cinta segitiga," putus Jose.Krik krik krik krik."Jangan bercanda! Mana mungkin seperti itu," protes Rebeca."Benar.. Linch selalu menganggap Naema seperti Adiknya sendiri. Dan lagi Mereka sudah bersama sejak Naema masih bayi," terang Zlatan."Itu hanya perkiraanku saja!" sanggah Jose.Setelahnya Rebeca bergegas kembali ke kamarnya. Di sana Dia mendapati Naema yang sedang membereskan pakaiannya."Apa yang sedang Kau lakukan! Kenapa memasukkan baju-bajumu ke dalam kantong besar?" tanya Rebeca sambil berjalan mendekati Naema.Naema hanya menoleh lalu kembali lagi memasukkan beberapa baju lagi ke dalam kantong besar di depannya."Apa Kau tidak mendengar Aku sedang bertanya?" pekik Rebeca sambil memukul bahu Naema."Aku sedang berkemas! Lelbih baik diam saja jika tidak membantu," sahut Naema ketus.Rebeca langsung saja menelan ludahnya dengan kasar."Apa Kau juga sedang marah padaku?" tanya Rebeca sambil membantu Naema memasukkan beberapa buku ke dalam kanto
"Gu- guru! Kami sedang bersih-bersih," ucap Linch berbobong.Namun Miss Zoya hanya diam saja sambil menyipitkan matanya untuk menatap Linch dan Naema secara bergantian. Dia seperti sedang mencurigai sesuatu."Apa Kalian sedang berbohong padaku! Kenapa Kau juga tidak mengikuti kelasku?" tanya Miss Zoya pada Linch hingga membuatnya sedikit tersentak."Bukankah saat ini adalah kelas Master Stock Holmes, Guru?" tanya Linch memastikan."Jadi.. Kau memang sengaja untuk tidak mengikuti kelas, huh?" tanya Miss Zoya menyelidik."Kakak tidak bersalah, Guru! Dia hanya sedang membantuku," putus Naema.Linch dan Nick langsung saja merasa was-was. Dia takut Naema akan mengakui semuanya dan Dia akan dihukum karena itu."Apa maksudmu mengatakan kalau Linch hanya membantumu, Nae?" tanya Miss Zoya pada Naema. "Saya yang telah memaksanya untuk membantu membersihkan kediaman Anda, Guru! Karena setelah ini, mungkin Kakak yang akan menggantikan tugas Saya," terang Naema.Miss Zoya tidak mengerti maksud da