“San, kamu kenapa?” tanya Niko yang melihat Sandra tampak bengong.“Oh nggak kok, aku nggak apa-apa.” Sandra menarik kursi lalu duduk di depan Niko.“Ini konsep yang diminta sama Bu Putri. Dia mau kamu bikin yang kayak gini.” Niko menyerahkan selembar kertas untuk Sandra.“Wah, sayang banget ya kita nggak jadi ketemu sama Bu Putri. Telat dikit kita, mungkin karena kena macet tadi di jalan,” celetuk Maya yang merasa bersalah karena tidak bisa mengantarkan Sandra tepat waktu.“Namanya macet nggak bisa ditolak, May,” jawab Sandra sambil melihat isi dari kertas pemberian dari Putri.Sandra membaca pesan yang dikirimkan oleh Putri untuk dia. Tampak di sana klien misterius Sandra itu menuliskan beberapa detail renovasi yang dia inginkan pada villanya.Sandra yang mengerti maksud dari kliennya hanya menganggukkan kepalanya saja, karena rancangan yang sudah dia susun sebelum bertamu dengan Putri tidak banyak perubahan. Hanya perlu menambahkan beberapa detail khusus lagi saja untuk lebih m
“Kok mukanya di tekuk gitu, sayang? Emang kenapa sama kliennya?” tanya Devan yang melihat istrinya datang dengan wajah yang lesu.Sandra tidak menjawab pertanyaan suaminya. Dia hanya menghempaskan tubuhnya di sofa empuk yang ada di ruang tengah rumahnya. Tenaga Sandra seolah habis setelah dia pergi untuk menemui kliennya. Harapannya yang besar untuk bertemu klien hancur, seiring dengan kelelahan yang teramat sangat.“Capek, Mas. Capek banget,” jawab Sandra sambil menyerahkan semua bobot tubuhnya pada sofa.“Capek ya, sayang? Kasian. Sini peluk sini,” Devan mendekati istrinya dan langsung memberikan pelukan pada sang istri.“Iya, Mas. Capek banget.”“Trus gimana tadi? Gimana tadi ketemu kliennya.”“Gak jadi ketemu, Mas. Telat dikit. Kata Niko tadi pas aku dateng, kliennya udah pergi. Selipan jalan dikit.” Sandra berkeluh kesah pada sang suami.“Loh kok gitu? Emangnya gak di kasih tau ama Niko jam berapa kliennya dateng?” Devan tertarik dengan cerita istrinya.“Bilang, Mas. Tapi
“Ayo, sayang. Aku bantu kamu biar rileks,” bisik Devan di telinga istrinya.“Iya, Mas,” jawab Sandra pelan sambil menunduk menahan geli yang menyerang lehernya.“Mas ... Mas,” panggil Sandra.Mendengar nada suara Sandra berubah, Devan sedikit menghentikan serangan bibirnya, “Kenapa, Sayang?” “Mas.”Sandra terus memanggil suaminya dengan nada suara yang sudah berbeda. Suara Sandra kali ini terdengar lebih serius dan dia tidak lagi seperti seorang wanita yang sedang berhasrat.Sandra hanya berdiri tegak sambil melihat ke arah lantai kamar mandi. Devan yang penasaran, segera ikut melihat ke arah lantai kamar mandi karena dia ingin tahu apa yang sudah membuat istrinya hilang hasrat secara tiba-tiba.“Sayang, kok ada darahnya?” tanya Devan yang ikut kaget saat melihat ada bercak darah di celana dalam istrinya.“Aku nggak tahu, Mas. Anak kita baik-baik saja kan, Mas?” tanya Sandra balik karena dia tidak ingin kehilangan anaknya.“Sayang, kamu mandi dulu, kita habis ini langsung ke ru
“Eh Mas, itu bukannya ....” Sandra menepuk tangan suaminya saat dia melihat sosok orang yang dia kenal.“Siapa sih?” tanya Devan yang ikut melihat ke arah istrinya namun ia tidak menemukan orang yang mereka kenal.“Itu loh Mas yang duduk di Poli sebelah ujung sana. Yang pake kemeja kotak warna coklat. Itu bukannya Bram ya?” ucap Sandra lagi.“Bram? Maksud kamu Bram pengacaranya Irene.”“Iya. Lihat deh itu.” Sandra menunjuk pada orang yang dia maksudkan.Devan mencoba untuk mencari sosok Bram yang dikatakan oleh istrinya. Ada banyak orang yang sedang duduk di ruang tunggu yang ada di depan ruang praktek dokter ini, jadi Devan harus sedikit menggerak-gerakkan badannya untuk mencari sosok Bram.“Oh iya, itu Bram. Dia sama siapa ya itu?” tanya Devan yang sudah menemukan sosok Bram, tapi kali ini Bram bersama dengan wanita yang tidak dia kenal.“Mungkin itu temannya, Mas. Eh, tapi kalau nggak salah Bram mau nikah kan? Mungkin itu istrinya Mas atau calon istrinya,” jawab Sandra.“Bisa
“Tapi Mas, kalau misalnya ....”“Tapi apa lagi? Kamu ini kebanyakan nawar ya,” ucap Devan memotong ucapan istrinya.“Iih ... dengerin dulu dong,” rengek Sandra sambil memukul tangan suaminya.“Kalo tawarannya gak bagus, aku gak mau denger.”“Bagus kok. Lagian ini tuh bukan tawaran. Ini tuh pertanyaan tau.”“Emangnya kamu mau nanya apaan?”“Anu ... kalo misalnya untuk yang kayak di kamar mandi tadi gimana? Libur juga?” tanya Sandra.“Kayak yang di kamar mandi tadi? Emangnya apaan?” Devan bertanya balik.“Oh iya ... waah, kenapa tadi aku gak nanyain soal itu ya ke Dokter Lia.” Devan baru teringat akan maksud istrinya. “Nah kan, berarti nggak boleh juga ya. Pokoknya harus benar-benar aman dulu baru habis itu boleh. Ok, Mas?” ucap Sandra sambil terkekeh sendiri.“Dasar kamu itu. Tapi nggak papa deh, daripada nanti anak aku sakit ... mendingan Papanya puasa dulu. Awas aja ya kalau ntar mamanya colek-colek.”“Idih! Siapa juga yang colek-colek. Biasanya juga kamu yang suka colek
“Emang yang namanya Putri itu orangnya kayak gimana sih, Nik? Aku penasaran nih,” Devan kini bertanya pada Niko.“Orangnya itu gimana ya. Cantik sih standar ya, umur kayaknya seusia kamu deh, San. Rambutnya kecoklatan pendek segini.” Niko menggambarkan panjang rambut Putri dengan tangannya yang menyentuh bahu.“Oh rambutnya pendek ya. Terakhir aku lihat Irene kayaknya rambutnya panjang deh. Terus warnanya juga nggak coklat, tapi hitam,” ucap Sandra sambil mengingat pertemuannya dengan Irene beberapa hari lalu.“Bearti Putri itu emang orang lain sayang, bukan Irene,” ucap Devan.“Kayaknya sih gitu. Mungkin ini cuma kekhawatiran aku aja, Mas.”“Irene itu siapa sih?” celetuk Niko yang tidak tahu siapa yang sedang dibicarakan oleh Sandra dan Devan.“Itu orang yang pernah jahatin aku. Pokoknya dia itu kayak masih dendam gitulah sama aku, makanya aku takut banget kalau Putri itu dia. Ya takutnya ntar dia malah jahatin aku lagi.” Sandra sedikit menjelaskan pada Niko.“Wah, ternyata a
“Ibu! Ya Alloh, Ibu!”Teriakan para asisten rumah tangga Sandra terdengar nyaring, saat mereka tiba-tiba melihat tubuh Sandra menjadi lemas dan terjatuh di sofa. Mereka semua kebingungan melihat Sandra, setelah mendapat telepon dari ibunya.Wati langsung berlari mencari minyak angin untuk membantu mengembalikan kesadaran Sandra. Mbok Darmi berusaha untuk menyadarkan Sandra sambil menepuk-nepuk tangan dan pipi Sandra, agar wanita hamil itu bisa kembali seperti tadi.“Mbok, ini Ibu kenapa?” tanya Sari yang bingung dengan apa yang harus dia lakukan.“Sar, coba itu ngomong sama Bu Siska. Kayaknya teleponnya masih nyambung.” Mbok Darmi menyuruh Sari untuk meneruskan panggilan teleponnya bersama Siska.“Halo Bu Siska, ini Sari, Bu. Maaf Bu, sebenarnya ada apa ya kok Bu Sandra langsung lemes?” tanya Sari ingin tahu.“Apa? Sandra kenapa, Sar?” Siska semakin cemas.“Bu Sandra hampir pingsan, Bu. Emangnya ada apa ya Bu, kok Bu Sandra sampai pingsan,” lapor Sari.“Nathan, Sar. Nathan nggak
“Sayang,” panggil Devan saat dia baru saja sampai di rumah.Devan berjalan dengan cepat masuk ke dalam rumahnya untuk mencari tahu keadaan sang istri. Dia tadi mendengar kabar kalau istrinya itu sedang pingsan setelah menerima kabar tentang hilangnya Nathan putra mereka.Devan melihat Sandra sedang menangis di pelukan Diana. Melihat suaminya datang, Sandra segera memanggil dirinya begitu melihat Devan tiba di rumah.“Mas, Nathan gimana, Mas? Nathan gimana,” tanya Sandra sambil menangis memeluk suaminya.“Van, kamu udah lapor polisi? Kamu harus cepat lapor polisi, biar mereka bisa segera cari Nathan,” ucap Diana menyuruh putranya untuk segera menemukan cucu kesayangannya.“Gak bisa, Ma. Kalau kita lapor polisi itu harus nunggu sampai besok pagi. Percuma aja kita lapor sekarang, mendingan kita cari sendiri aja,” ucap Devan yang sudah menyuruh anak buahnya untuk menyusur di mana putranya berada saat ini.“Kalau kita nggak lapor polisi, terus gimana kita bisa temukan Nathan, Mas? Aku n
“Brengsek!” Lisa datang ke restoran tempat dia membuat janji dengan Irene. Dia tadinya memang akan bertemu dengan Irene dan beberapa teman mereka lainnya untuk sekedar makan bersama.Tapi mood Lisa rusak, saat dia bertemu dengan Devan dan Sandra tadi. Dia kembali merasa takut, karena sempat menculik Nathan atas perintah Irene tempo hari.“Kamu ini kenapa sih?! Dateng-dateng malah ngamuk. Ada apaan?” tanya salah satu teman Irene lainnya.“Iya, kamu kenapa sih, Lis? Ada masalah apaan?” Irene ikut penasaran.“Kalian tau gak, aku barusan ketemu sama siapa?” ucap Lisa memulai cerita.“Ketemu ama siapa emang?”“Devan. Aku ketemu Devan dan Sandra!” “Hah?! Seriusan? Trus gimana?” Irene ingin tahu kelanjutan cerita Lisa.“Sumpah, aku kaget banget. Ternyata anaknya ngenelin aku. Brengsek! Aku gak aman kalo sampe Nathan beneran ngenalin aku dan Devan nemuin bukti kalo aku beneran yang bawa anak mereka. Aku harus gimana, Ren?” Lisa khawatir akan keselamatannya.Irene terdiam mendengar cer
“Nathan, Nathan kenapa?” tanya Siska yang melihat cucunya menarik-narik tangannya.“Gak mau. Gak mau ke situ.” Nathan menarik tangan eyangnya kuat-kuat.“Ada apa, Bu?” tanya Sandra sambil menoleh ke belakang.“Gak mau. Gak mau ke sana,” ucap Nathan sambil mulai menarik kuat tangan eyangnya dan mulai mundur.“Sayang, ada apa?” Sandra mendekati putranya.“Nathan, sama Papa aja yuk.” Devan segera mengambil alih tangan Nathan dan menggandeng bocah kecilnya itu.Devan mengajak Nathan untuk duduk sebentar di sebuah bangku yang ada di dekat mereka. Dia ingin mengajak putranya itu berbincang untuk mengetahui kenapa putranya tiba-tiba merajuk.Devan menyuruh anggota keluarganya yang lain, pergi lebih dulu menuju ke toko yang akan mereka tuju tadi. Sandra pun segera mengondisikan para anggota keluarganya, agar mereka tidak khawatir tentang Nathan.“Nathan kenapa tadi? Nathan liat sesuatu?” tanya Devan penuh kelembutan.Nathan mengangguk, “Nathan liat Tante Maya. Nathan gak mau ke sana.” N
“Pak, video cctv-nya berhasil diperbaiki.” Raka datang sambil membawa iPad di tangannya.“Mana videonya,” pinta Devan yang ingin melihat sosok wanita yang sudah menculik anaknya kemarin.Raka langsung memberikan iPad yang ada di tangannya itu pada atasannya. Dia ingin atasannya itu juga melihat apa yang sudah ditemukan oleh Bayu setelah memperbaiki kualitas gambar dari CCTV Mall tersebut.Sandra yang juga ingin melihat video rekaman penculikan putranya, segera menggeser posisi duduknya mendekati sang suami. Dia ingin mencari sosok wanita yang berani mengaku sebagai Maya dan membuat seluruh keluarganya panik keseharian.“Mas, kok masih belum terlalu kelihatan ya,” ucap Sandra ketika dia melihat video yang kini sedang diputar suaminya itu.“Iya. Kualitas videonya emang udah bagus. tapi aku juga nggak gitu kenal sama orang itu. Kayaknya dia emang sengaja ngelakuin ini karena penyamarannya benar-benar full. Lihat aja itu mulai dari topi, masker, sampai rambutnya pun kayaknya juga palsu.
Kepala Devan rasanya mau pecah memikirkan siapa orang yang telah membawa putranya kemarin secara diam-diam. Setelah Nathan mengkonfirmasi kalau bukan Maya, asisten istrinya yang membawa dia kemarin, kini Devan semakin bingung dengan sosok wanita yang berani mencari masalah dengan dirinya itu.Devan masih duduk di sofa yang ada di teras belakang rumahnya sambil melihat ke arah putranya yang kini tengah berenang ditemani oleh Wati. Pria kecilnya itu sama sekali tidak menunjukkan gelagat yang aneh, meskipun ada Maya di sekitar sana bersama dengan istrinya.“Tampaknya emang bukan Maya pelakunya, Pak,” ucap Raka yang ikut memberi penilaian pada peristiwa ini.“Iya, kayaknya emang bukan Maya. Terus Maya yang mana ya? Kayaknya aku nggak pernah kenal lagi ada nama Maya lain yang dikenal sama Nathan. Siapa sebenarnya orang ini? Berani bener dia main-main sama aku,” gerutu Devan sambil mencoba memikirkan berbagai kemungkinan tentang orang yang dia curigai.“Apa mungkin orang itu Bu Irene, Pak
Sandra menatap ke arah suaminya. Dia seolah sedang meminta pertimbangan dari suaminya tentang apa yang harus dia lakukan saat ini.Devan meminta Sandra untuk menyiapkan pertemuan antara Maya dengan putra mereka. Sandra pun akhirnya menyuruh Maya untuk tetap menunggu di ruang kerjanya sementara dia akan menemui Nathan di rumah utama bersama dengan suaminya.“Mas, nanti kalau Nathan trauma gimana?” tanya Sandra sambil berjalan keluar dari ruang kerjanya bersama sang suami.“Semoga aja nggak. Ya udah yuk, kita coba dulu biar masalah ini cepat selesai,” jawab Devan penuh harap agar putranya bisa memberikan petunjuk.“Ya udah deh, kalau gitu aku kasih pengertian dulu ke Nathan ya. Nanti kalau aku rasa dia udah siap, Mas Devan suruh Raka bawa Maya ke sini ya.”“Oke, sayang. Kita santai aja dulu ya. Kamu juga jangan terlalu panik, ntar takutnya nyalur ke Nathan,” pesan Devan pada sang istri.“Iya, Mas.”Sandra segera berjalan menuju ke putranya yang saat ini tengah bermain bersama dengan
“Maya, saya mau bicara sama kamu,” ucap Devan yang baru saja masuk bersama dengan Raka.Maya melihat ke arah Sandra lalu ke arah Devan lagi, “Ada apa ya, Pak?” “Mas,” panggil Sandra sambil melihat ke arah suaminya.Devan tidak menjawab panggilan istrinya dan hanya memilih untuk mengangguk saja pada istrinya itu. Dia kemudian menyuruh sang istri untuk berpindah tempat duduk karena dia ingin duduk berhadapan dengan Maya.Devan ingin melihat ekspresi Maya ketika nanti dia mengintrogasi wanita itu. Devan yang kini sudah didampingi oleh Sandra dan Raka, siap untuk mencari tahu kebenaran tentang kejadian kemarin.Maya menoleh ke arah Sandra. Suasana di ruang kerja Sandra kali ini tampak sangat berbeda, karena wajah ketiga orang yang sedang bersamanya kali ini tampak sangat serius. Sepertinya ada sesuatu yang penting yang ingin dibicarakan oleh suami dari atasannya tersebut.“Maaf, ada apa ini ya, Bu?” tanya Maya yang kini sedang bingung.“Maya, saya mau tanya ke kamu. Tapi saya minta ka
“Mas, Maya udah datang,” ucap Sandra sambil menepuk paha suaminya.Devan ikut menoleh ke arah luar. Dia melihat ada sebuah mobil baru saja berhenti di depan rumahnya.Tidak lama kemudian seorang wanita keluar sambil membawa tas rangsel dan juga tas jinjing besar yang berisi kertas gambar yang menjadi pekerjaannya. Tampak Maya saat ini tengah melihat ke arah rumah Devan yang pagi ini sedikit ramai.Maya agak sedikit ragu untuk masuk ke dalam rumah atasannya, karena di dalam rumah tampak sedang ada banyak orang. Namun karena ada lambaian tangan dari Sandra, maka Maya berani untuk melangkah masuk ke dalam rumah Sandra.Sandra menoleh ke arah suaminya, “Gimana ini, Mas?” tanya Sandra ingin meminta pendapat Devan. Temuin dulu di ruangan kamu,” jawab Devan sambil menyuruh istrinya agar bisa segera masuk ke ruang kerjanya sendiri.“Ya udah, aku masuk dulu. Ayo masuk, May,” panggil yang kemudian segera beranjak masuk ke ruang kerjanya sendiri yang berada di samping ruang kerja dewan.Maya
Ting.Ponsel Devan berbunyi. Pria yang tadinya sedang sibuk memeriksa berkas yang dibawa oleh asisten pribadinya itu, kini mengalihkan perhatiannya pada benda pipih yang ada di sampingnya. Devan melihat ada notifikasi pesan dari Bayu, orang yang selama ini selalu dia percaya untuk melakukan penyelidikan di luar.“Raka, Bayu udah kirim kabar,” ucap Devan memanggil asisten pribadinya.“Video CCTV ya, Pak?” ucap Raka yang kemudian segera beranjak menuju ke meja kerja atasannya lagi.“Kita lihat dulu.”Raka yang sudah di tadi bekerja di sofa tamu yang ada di ruangan kerja Devan, segera berpindah menuju ke kursi yang ada di depan meja kerja atasannya itu. Dia ingin tahu video CCTV yang dikirimkan oleh Bayu, karena dia juga penasaran siapa sebenarnya orang yang sudah mencoba untuk membuat masalah dengan keluarga ini.Sebelum membuka pesan dari Bayu, Devan langsung mentransfer video kiriman Bayu itu pada ipad-nya. Dia ingin tampilan yang lebih besar agar bisa dengan jelas melihat rekaman C
“Mama, Nathan nggak mau sama Tante Maya!” ucap Nathan memotong ucapan Sandra dengan suara yang sedikit keras.Sandra dan Devan sama-sama kaget mendengar ucapan dari putra mereka. Mereka berdua pun saling berpandangan dengan pemikiran yang sama saat ini.Nathan tidak pernah bereaksi seperti itu terhadap orang lain selama ini. Namun entah mengapa tiba-tiba Nathan mengatakan kalau dia tidak mau bertemu dengan Maya.“Mas,” panggil Sandra pelan.Devan menggenggam tangan istrinya, “Nathan ... Nathan pernah ketemu sama Tante Maya?” tanya Devan berharap akan mendapatkan jawaban tentang siapa yang sudah membawa putranya pergi kemarin.“Nathan nggak mau ketemu sama Tante Maya. Tante Maya enggak mau anterin Nathan pulang, tapi Nathan malah ditinggal pergi,” jawab tentang dengan nada kesal.Sandra dan Devan semakin kaget dengan cerita dari putra mereka itu. Kini mereka tahu siapa yang membawakan pergi hari itu.Devan langsung melihat ke arah istrinya, “Panggil Maya sekarang juga!” geram Devan p