“Emang yang namanya Putri itu orangnya kayak gimana sih, Nik? Aku penasaran nih,” Devan kini bertanya pada Niko.“Orangnya itu gimana ya. Cantik sih standar ya, umur kayaknya seusia kamu deh, San. Rambutnya kecoklatan pendek segini.” Niko menggambarkan panjang rambut Putri dengan tangannya yang menyentuh bahu.“Oh rambutnya pendek ya. Terakhir aku lihat Irene kayaknya rambutnya panjang deh. Terus warnanya juga nggak coklat, tapi hitam,” ucap Sandra sambil mengingat pertemuannya dengan Irene beberapa hari lalu.“Bearti Putri itu emang orang lain sayang, bukan Irene,” ucap Devan.“Kayaknya sih gitu. Mungkin ini cuma kekhawatiran aku aja, Mas.”“Irene itu siapa sih?” celetuk Niko yang tidak tahu siapa yang sedang dibicarakan oleh Sandra dan Devan.“Itu orang yang pernah jahatin aku. Pokoknya dia itu kayak masih dendam gitulah sama aku, makanya aku takut banget kalau Putri itu dia. Ya takutnya ntar dia malah jahatin aku lagi.” Sandra sedikit menjelaskan pada Niko.“Wah, ternyata a
“Ibu! Ya Alloh, Ibu!”Teriakan para asisten rumah tangga Sandra terdengar nyaring, saat mereka tiba-tiba melihat tubuh Sandra menjadi lemas dan terjatuh di sofa. Mereka semua kebingungan melihat Sandra, setelah mendapat telepon dari ibunya.Wati langsung berlari mencari minyak angin untuk membantu mengembalikan kesadaran Sandra. Mbok Darmi berusaha untuk menyadarkan Sandra sambil menepuk-nepuk tangan dan pipi Sandra, agar wanita hamil itu bisa kembali seperti tadi.“Mbok, ini Ibu kenapa?” tanya Sari yang bingung dengan apa yang harus dia lakukan.“Sar, coba itu ngomong sama Bu Siska. Kayaknya teleponnya masih nyambung.” Mbok Darmi menyuruh Sari untuk meneruskan panggilan teleponnya bersama Siska.“Halo Bu Siska, ini Sari, Bu. Maaf Bu, sebenarnya ada apa ya kok Bu Sandra langsung lemes?” tanya Sari ingin tahu.“Apa? Sandra kenapa, Sar?” Siska semakin cemas.“Bu Sandra hampir pingsan, Bu. Emangnya ada apa ya Bu, kok Bu Sandra sampai pingsan,” lapor Sari.“Nathan, Sar. Nathan nggak
“Sayang,” panggil Devan saat dia baru saja sampai di rumah.Devan berjalan dengan cepat masuk ke dalam rumahnya untuk mencari tahu keadaan sang istri. Dia tadi mendengar kabar kalau istrinya itu sedang pingsan setelah menerima kabar tentang hilangnya Nathan putra mereka.Devan melihat Sandra sedang menangis di pelukan Diana. Melihat suaminya datang, Sandra segera memanggil dirinya begitu melihat Devan tiba di rumah.“Mas, Nathan gimana, Mas? Nathan gimana,” tanya Sandra sambil menangis memeluk suaminya.“Van, kamu udah lapor polisi? Kamu harus cepat lapor polisi, biar mereka bisa segera cari Nathan,” ucap Diana menyuruh putranya untuk segera menemukan cucu kesayangannya.“Gak bisa, Ma. Kalau kita lapor polisi itu harus nunggu sampai besok pagi. Percuma aja kita lapor sekarang, mendingan kita cari sendiri aja,” ucap Devan yang sudah menyuruh anak buahnya untuk menyusur di mana putranya berada saat ini.“Kalau kita nggak lapor polisi, terus gimana kita bisa temukan Nathan, Mas? Aku n
“Eh nyambung. Tunggu bentar,” ucap Devan yang merasa senang panggilannya di terima oleh Niko.“Halo Nik, Nathan ada sama kamu nggak?” tanya Devan langsung to the point.“Nathan? Kok nanya Nathan sam aku, Van. Aku lagi di kantor ini,” jawab Niko yang merasa sedikit aneh dengan pertanyaan Devan.“Jadi Nathan nggak ada sama kamu?” tanya Devan yang gini dengan suara sedikit kecewa.“Ya nggak ada lah, Van. Aku ada di kantor dari pagi, mana mungkin Nathan ada sama aku. Emang kenapa sih Kok kamu nanyain Nathan ke aku?”“Nathan ilang dan dia nggak ada di sekolah pas dijemput sama ibu mertuaku tadi,” Devan bercerita pada Niko.“Hilang! Kok bisa sih? Kan Nathan di sekolah ... emang hilangnya gimana?”Devan segera menceritakan pada Niko apa yang terjadi di sekolah Nathan hari ini. Dia berharap agar Niko bisa membantu mencarinya karena pergaulan Nathan tidak banyak. Otomatis orang yang dikenal oleh Nathan dengan baik itu hanya terbatas saja.Melihat kejadian hari ini, sepertinya Nathan sed
“Halo, Nit.” Sandra menjawab panggilan telepon Nita dengan suara serak dan lemah.“Mas,” panggil Sandra pelan sambil berusaha meraih tangan suaminya.Sandra langsung menegakkan punggungnya begitu mendengar ucapan dari Nita. Dia juga langsung memanggil suaminya agar ikut mendengarkan apa yang dikatakan oleh tetangga barunya itu.“Halo Nit, kamu bisa ulangin lagi?” ucap Sandra sambil menyuruh suaminya untuk duduk di sampingnya.“Apa, sayang? Nita kenapa?” tanya Devan tidak tahu apa maksud sang istri.“San, Nathan sama aku sekarang. Tadi aku lihat dia nangis di mall sendirian,” jawab Nita dan didengarkan oleh semua orang yang saat ini ada di rumah Sandra.“Apa? Nathan ada sama kamu?!” tanya Devan seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja Nita katakan.“Iya ... dia udah sama aku sekarang. Aku lagi perjalanan ke rumah kamu, nanti aku ceritain semua ya.”“Nita, di mana kamu temukan Nathan?” tanya Diana sebelum Devan memutus sambungan telepon mereka.“Nanti aja Tan, Nita ceritaka
“Sandra.”Terdengar suara seorang wanita dari depan rumah Sandra memanggil nama si pemilik rumah. Suara itu membuat semua orang yang mendengar suara itu langsung berdiri dari posisi duduknya masing-masing lalu berjalan cepat menuju ke pintu depan untuk menyambut Nita dan Nathan.“Nathan. Ya ampun sayang kamu dari mana?” ucap Sandra yang kemudian segera mengambil Nathan dari gendongan pengasuh Maria.“Mama,” jawab Nathan lemah karena tidurnya sedikit terganggu.“Sayang, ayo masuk dulu. Kita bawa Nathan biar bisa istirahat. Nita, ayo masuk,” ajak Devan agar mereka semua bisa mendengarkan cerita Nita tentang bagaimana wanita itu menemukan Nathan.Seluruh anggota keluarga Devan langsung masuk dan mengerumuni Sandra yang sedang menggendong Nathan. Ibu muda itu terus menciumi putranya karena dia sangat merindukan putranya yang sempat tidak ada kabar selama beberapa jam itu.Devan yang ingin mengambil alih gendongan Nathan dari istrinya pun sampai ditolak oleh Sandra, karena dia tidak ingi
“Nathan itu nggak pernah ketemu sama Irene dan dia juga nggak kenal sama Irene. Jadi menurut Sandra kecil kemungkinan kalau Nathan pergi sama Irene hari ini. Soalnya kan pihak sekolah juga nggak gampang ngelepas siswanya kalau penjemputnya nggak dikenal sama murid mereka,” ucap Sandra yang sanksi kalau Irene orang yang menjemput Nathan dari sekolah hari ini.“Masuk akal juga sih, tapi kalau bukan Irene siapa dong? Selama ini kan orang yang selalu jahat sama kamu itu cuma Irene,” ucap Siska yang juga bingung tentang siapa yang sudah menjemput Nathan.“Apa jangan-jangan itu ....”“Itu siapa, Ma?” celetuk Devan yang masuk ke dalam kamar Nathan.“Ih, kamu itu ngagetin Mama aja. Kita ngobrol di luar aja yuk. Nanti kalau kita ngobrol di sini takutnya ganggu Nathan tidur. Biarin dulu Nathan tidur nyenyak, pasti dia hari ini capek banget,” ajak Diana agar mereka bisa berpindah ke ruang tengah kembali.“Tapi Sandra mau tetap di sini, Ma. Sandra mau nemenin Nathan tidur,” ucap Sandra yang
Pyaaar!“Apa itu, Mas?” tanya Sandra kaget sambil menoleh ke arah depan rumahnya.Semua orang yang ada di rumah Sandra kaget dengan suara yang sangat keras dari arah depan rumah. Sepertinya ada sesuatu barang yang pecah namun mereka tidak tahu apa yang pecah di depan sana.Semua orang kini hanya bisa saling berpandangan tanpa bisa melakukan apa-apa. Sebagai seorang laki-laki di rumah ini, mau tidak mau Devan harus berani untuk melihat apa yang terjadi di depan rumahnya.“Mas, kamu mau ke mana?” tanya Sandra ketika melihat suaminya berdiri dan hendak berjalan ke arah depan rumah.“Mau ngecek di depan itu ada apa,” jawab Devan.“Van, kamu jangan sendirian. Nanti kalau ada apa-apa gimana. Panggil Pak Teguh aja buat nemenin ke depan, Van,” ucap Diana mencegah putranya keluar rumah sendirian.“Iya Mas, panggil Pak Teguh aja. Nanti kalau ada apa-apa di depan biar ada yang bantuin.” Sandra juga ikut khawatir dengan keselamatan suaminya.“Bentar, ibu panggilin dulu.” Siska langsung ke bel
“Brengsek!” Lisa datang ke restoran tempat dia membuat janji dengan Irene. Dia tadinya memang akan bertemu dengan Irene dan beberapa teman mereka lainnya untuk sekedar makan bersama.Tapi mood Lisa rusak, saat dia bertemu dengan Devan dan Sandra tadi. Dia kembali merasa takut, karena sempat menculik Nathan atas perintah Irene tempo hari.“Kamu ini kenapa sih?! Dateng-dateng malah ngamuk. Ada apaan?” tanya salah satu teman Irene lainnya.“Iya, kamu kenapa sih, Lis? Ada masalah apaan?” Irene ikut penasaran.“Kalian tau gak, aku barusan ketemu sama siapa?” ucap Lisa memulai cerita.“Ketemu ama siapa emang?”“Devan. Aku ketemu Devan dan Sandra!” “Hah?! Seriusan? Trus gimana?” Irene ingin tahu kelanjutan cerita Lisa.“Sumpah, aku kaget banget. Ternyata anaknya ngenelin aku. Brengsek! Aku gak aman kalo sampe Nathan beneran ngenalin aku dan Devan nemuin bukti kalo aku beneran yang bawa anak mereka. Aku harus gimana, Ren?” Lisa khawatir akan keselamatannya.Irene terdiam mendengar cer
“Nathan, Nathan kenapa?” tanya Siska yang melihat cucunya menarik-narik tangannya.“Gak mau. Gak mau ke situ.” Nathan menarik tangan eyangnya kuat-kuat.“Ada apa, Bu?” tanya Sandra sambil menoleh ke belakang.“Gak mau. Gak mau ke sana,” ucap Nathan sambil mulai menarik kuat tangan eyangnya dan mulai mundur.“Sayang, ada apa?” Sandra mendekati putranya.“Nathan, sama Papa aja yuk.” Devan segera mengambil alih tangan Nathan dan menggandeng bocah kecilnya itu.Devan mengajak Nathan untuk duduk sebentar di sebuah bangku yang ada di dekat mereka. Dia ingin mengajak putranya itu berbincang untuk mengetahui kenapa putranya tiba-tiba merajuk.Devan menyuruh anggota keluarganya yang lain, pergi lebih dulu menuju ke toko yang akan mereka tuju tadi. Sandra pun segera mengondisikan para anggota keluarganya, agar mereka tidak khawatir tentang Nathan.“Nathan kenapa tadi? Nathan liat sesuatu?” tanya Devan penuh kelembutan.Nathan mengangguk, “Nathan liat Tante Maya. Nathan gak mau ke sana.” N
“Pak, video cctv-nya berhasil diperbaiki.” Raka datang sambil membawa iPad di tangannya.“Mana videonya,” pinta Devan yang ingin melihat sosok wanita yang sudah menculik anaknya kemarin.Raka langsung memberikan iPad yang ada di tangannya itu pada atasannya. Dia ingin atasannya itu juga melihat apa yang sudah ditemukan oleh Bayu setelah memperbaiki kualitas gambar dari CCTV Mall tersebut.Sandra yang juga ingin melihat video rekaman penculikan putranya, segera menggeser posisi duduknya mendekati sang suami. Dia ingin mencari sosok wanita yang berani mengaku sebagai Maya dan membuat seluruh keluarganya panik keseharian.“Mas, kok masih belum terlalu kelihatan ya,” ucap Sandra ketika dia melihat video yang kini sedang diputar suaminya itu.“Iya. Kualitas videonya emang udah bagus. tapi aku juga nggak gitu kenal sama orang itu. Kayaknya dia emang sengaja ngelakuin ini karena penyamarannya benar-benar full. Lihat aja itu mulai dari topi, masker, sampai rambutnya pun kayaknya juga palsu.
Kepala Devan rasanya mau pecah memikirkan siapa orang yang telah membawa putranya kemarin secara diam-diam. Setelah Nathan mengkonfirmasi kalau bukan Maya, asisten istrinya yang membawa dia kemarin, kini Devan semakin bingung dengan sosok wanita yang berani mencari masalah dengan dirinya itu.Devan masih duduk di sofa yang ada di teras belakang rumahnya sambil melihat ke arah putranya yang kini tengah berenang ditemani oleh Wati. Pria kecilnya itu sama sekali tidak menunjukkan gelagat yang aneh, meskipun ada Maya di sekitar sana bersama dengan istrinya.“Tampaknya emang bukan Maya pelakunya, Pak,” ucap Raka yang ikut memberi penilaian pada peristiwa ini.“Iya, kayaknya emang bukan Maya. Terus Maya yang mana ya? Kayaknya aku nggak pernah kenal lagi ada nama Maya lain yang dikenal sama Nathan. Siapa sebenarnya orang ini? Berani bener dia main-main sama aku,” gerutu Devan sambil mencoba memikirkan berbagai kemungkinan tentang orang yang dia curigai.“Apa mungkin orang itu Bu Irene, Pak
Sandra menatap ke arah suaminya. Dia seolah sedang meminta pertimbangan dari suaminya tentang apa yang harus dia lakukan saat ini.Devan meminta Sandra untuk menyiapkan pertemuan antara Maya dengan putra mereka. Sandra pun akhirnya menyuruh Maya untuk tetap menunggu di ruang kerjanya sementara dia akan menemui Nathan di rumah utama bersama dengan suaminya.“Mas, nanti kalau Nathan trauma gimana?” tanya Sandra sambil berjalan keluar dari ruang kerjanya bersama sang suami.“Semoga aja nggak. Ya udah yuk, kita coba dulu biar masalah ini cepat selesai,” jawab Devan penuh harap agar putranya bisa memberikan petunjuk.“Ya udah deh, kalau gitu aku kasih pengertian dulu ke Nathan ya. Nanti kalau aku rasa dia udah siap, Mas Devan suruh Raka bawa Maya ke sini ya.”“Oke, sayang. Kita santai aja dulu ya. Kamu juga jangan terlalu panik, ntar takutnya nyalur ke Nathan,” pesan Devan pada sang istri.“Iya, Mas.”Sandra segera berjalan menuju ke putranya yang saat ini tengah bermain bersama dengan
“Maya, saya mau bicara sama kamu,” ucap Devan yang baru saja masuk bersama dengan Raka.Maya melihat ke arah Sandra lalu ke arah Devan lagi, “Ada apa ya, Pak?” “Mas,” panggil Sandra sambil melihat ke arah suaminya.Devan tidak menjawab panggilan istrinya dan hanya memilih untuk mengangguk saja pada istrinya itu. Dia kemudian menyuruh sang istri untuk berpindah tempat duduk karena dia ingin duduk berhadapan dengan Maya.Devan ingin melihat ekspresi Maya ketika nanti dia mengintrogasi wanita itu. Devan yang kini sudah didampingi oleh Sandra dan Raka, siap untuk mencari tahu kebenaran tentang kejadian kemarin.Maya menoleh ke arah Sandra. Suasana di ruang kerja Sandra kali ini tampak sangat berbeda, karena wajah ketiga orang yang sedang bersamanya kali ini tampak sangat serius. Sepertinya ada sesuatu yang penting yang ingin dibicarakan oleh suami dari atasannya tersebut.“Maaf, ada apa ini ya, Bu?” tanya Maya yang kini sedang bingung.“Maya, saya mau tanya ke kamu. Tapi saya minta ka
“Mas, Maya udah datang,” ucap Sandra sambil menepuk paha suaminya.Devan ikut menoleh ke arah luar. Dia melihat ada sebuah mobil baru saja berhenti di depan rumahnya.Tidak lama kemudian seorang wanita keluar sambil membawa tas rangsel dan juga tas jinjing besar yang berisi kertas gambar yang menjadi pekerjaannya. Tampak Maya saat ini tengah melihat ke arah rumah Devan yang pagi ini sedikit ramai.Maya agak sedikit ragu untuk masuk ke dalam rumah atasannya, karena di dalam rumah tampak sedang ada banyak orang. Namun karena ada lambaian tangan dari Sandra, maka Maya berani untuk melangkah masuk ke dalam rumah Sandra.Sandra menoleh ke arah suaminya, “Gimana ini, Mas?” tanya Sandra ingin meminta pendapat Devan. Temuin dulu di ruangan kamu,” jawab Devan sambil menyuruh istrinya agar bisa segera masuk ke ruang kerjanya sendiri.“Ya udah, aku masuk dulu. Ayo masuk, May,” panggil yang kemudian segera beranjak masuk ke ruang kerjanya sendiri yang berada di samping ruang kerja dewan.Maya
Ting.Ponsel Devan berbunyi. Pria yang tadinya sedang sibuk memeriksa berkas yang dibawa oleh asisten pribadinya itu, kini mengalihkan perhatiannya pada benda pipih yang ada di sampingnya. Devan melihat ada notifikasi pesan dari Bayu, orang yang selama ini selalu dia percaya untuk melakukan penyelidikan di luar.“Raka, Bayu udah kirim kabar,” ucap Devan memanggil asisten pribadinya.“Video CCTV ya, Pak?” ucap Raka yang kemudian segera beranjak menuju ke meja kerja atasannya lagi.“Kita lihat dulu.”Raka yang sudah di tadi bekerja di sofa tamu yang ada di ruangan kerja Devan, segera berpindah menuju ke kursi yang ada di depan meja kerja atasannya itu. Dia ingin tahu video CCTV yang dikirimkan oleh Bayu, karena dia juga penasaran siapa sebenarnya orang yang sudah mencoba untuk membuat masalah dengan keluarga ini.Sebelum membuka pesan dari Bayu, Devan langsung mentransfer video kiriman Bayu itu pada ipad-nya. Dia ingin tampilan yang lebih besar agar bisa dengan jelas melihat rekaman C
“Mama, Nathan nggak mau sama Tante Maya!” ucap Nathan memotong ucapan Sandra dengan suara yang sedikit keras.Sandra dan Devan sama-sama kaget mendengar ucapan dari putra mereka. Mereka berdua pun saling berpandangan dengan pemikiran yang sama saat ini.Nathan tidak pernah bereaksi seperti itu terhadap orang lain selama ini. Namun entah mengapa tiba-tiba Nathan mengatakan kalau dia tidak mau bertemu dengan Maya.“Mas,” panggil Sandra pelan.Devan menggenggam tangan istrinya, “Nathan ... Nathan pernah ketemu sama Tante Maya?” tanya Devan berharap akan mendapatkan jawaban tentang siapa yang sudah membawa putranya pergi kemarin.“Nathan nggak mau ketemu sama Tante Maya. Tante Maya enggak mau anterin Nathan pulang, tapi Nathan malah ditinggal pergi,” jawab tentang dengan nada kesal.Sandra dan Devan semakin kaget dengan cerita dari putra mereka itu. Kini mereka tahu siapa yang membawakan pergi hari itu.Devan langsung melihat ke arah istrinya, “Panggil Maya sekarang juga!” geram Devan p