Share

Ranjang Maksiat

Author: nitaratna327
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Dua minggu sudah Mas Prabu mendiamkan ku, selama itu pula, ia tak pernah sekamar denganku. Bahkan, menanyakan soal kehamilanku pun tak pernah. Mungkin ia benar-benar yakin dengan pendapatnya, kalau janin ini bukan darah dagingnya.

Sudah berkali-kali pula aku mencoba mengajak Mas Prabu untuk periksa kembali ke dokter kandungan, tapi, lagi-lagi ia tak pernah menuruti keinginanku.

Satu atap tapi tak pernah saling menyapa, begitulah suasana setiap hari di rumah ini. Aku selalu berpura-pura terlihat baik-baik saja, walaupun sesak terasa di dalam dada. 

Kupesan taksi online untuk mengantarkan aku pulang. Ya, aku sedang berbelanja sayur di super market yang jaraknya rumayan jauh dari rumah. Butuh waktu tiga puluh menit untuk sampai disini.

*******

"Assalamualaikum," ucapku saat aku sudah berada di depan pintu. Tak ada jawaban,

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
knp gak lgsung lari lapor sm pak RT..biar ketangkap basah dlm kamar berdua..hehe
goodnovel comment avatar
Nurli Eriza
sudah tahu dibenci ngapain bertahan disitu, atau mmg krn inginnumpang hidup dirumah neraka itu, ngapain jg sok2an disitu.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Penyesalan Seorang Suami   Menjebak pelakor

    Jujur, tak ada lagi air mata yang keluar. Air mata ini terlalu berharga untuk menangisi seorang pengkhianat. Cukup aku yang tahu betapa sakitnya hati ini. Mereka, para penghianat tak perlu tahu betapa sakit dan pedihnya luka yang mereka torehkan. Satu jam sudah kubaringkan tubuhku, selama itu pula kutenangkan diriku. Hingga mampu mengurangi sesak di dalam kalbu. Aku beringsut dari ranjang, berdiri di depan cermin. Kuamati wajahku. "Oke, Mas, akan kubalas rasa sakit yang telah kau torehkan. Kau telah mengkhianati cinta suci ini. Lihatlah, begitu dahsyatnya luka yang kau ciptakan, hingga mampu mengikis namamu yang sempat bertahta di hatiku. Rasa cinta yang sempat tumbuh subur, kini telah berganti benci. Benci yang teramat sangat," ucapku di depan kaca, seakan-akan sedang berbicara dengan target utamaku. Berbagai rencana sudah kususun dengan sempurna. Kurakit bom sedemikian rupa. Hingga ti

  • Penyesalan Seorang Suami   10. Perlawanan pada Ibu Mertua

    Aku berlalu meninggalkan Sesil, baru beberapa langkah, tiba-tiba kedua netraku melihat seseorang yang sedang berdiri mengawasi kami. "Mau kamu apain calon menantuku?" taya Ibu Mertua dengan penuh penekanan di kalimat calon menantu. Kuputar bola mataku dengan malas. Ibu mertua menghampiri Sesil yang sedang berdiri. "Kamu nggak diapa-apain sama dia, kan?" tanya Ibu mertua dengan melirik sinis ke arahku. Sesil menggeleng. "Kalau dia menyakitimu, bilang sama Tante!" "Iya, Tante," jawabnya dengan nada dibuat semanja mungkin. "Bagaimana, Bu? Apa ada yang terluka dengan calon menantu kesayangannya?" ucapku dengan nada mengejek. Ibu mertua mencebikkan mulutnya. "Pergi kamu!" Segera kuputar tubuhku. "Hey, tunggu!" "Ada apa lagi, Bu?" "Besok pagi ada acara kumpul-ku

  • Penyesalan Seorang Suami   Bab 11. Hampir di Perkosa lelaki durjana

    Tiba-tiba bayangan saat melihat suamiku yang sedang bercumbu dengan wanita lain melintasi otakku, hingga membuatku berkali-kali mengerjapkan mata. Kuusap wajahku dengan kedua telapak tanganku secara kasar. Kuhela napas panjang dan kukeluarkan dengan kasar. Berharap kewarasan otakku segera datang. Aku mendengkus kesal. Saat Mas Prabu sedang berjalan, Sesil langsung memeluk lengan lelaki yang masih bergelar suamiku itu dari arah belakang. Perih, dan sesak. Itulah yang kurasakan saat ini, melihat Mas Prabu bermesraan dengan wanita lain, di depan mataku. Apalagi senyum merekah tercetak dengan jelas di bibir lelaki yang masih sah menjadi suamiku. Apakah aku cemburu? Tidak! Ku tegaskan, aku tidak cemburu, walau setitik! Jujur, sedikitpun sudah tak ada rasa cinta untuk Mas Prabu. Bahkan, namanya yang sempat bertahta di

  • Penyesalan Seorang Suami   Bab 12. Rencana Berhasil

    Adzan subuh berkumandang, membangunkan ku dari tidur lelapku. Kurenggangkan otot-otot di tubuhku. Ah, rasanya tubuh ini terasa lebih segar. Kusingkap selimut tebal dari atas tubuhku lalu beringsut dari ranjang. Dengan langkah semangat, aku berjalan menuju kamar mandi. Kusambar handuk dari tempatnya. Tetes demi tetes butiran air terjatuh ke tubuh. Hingga akhirnya, tetesan air itu mampu membasahi seluruh tubuhku, berharap, tak ada bekas sentuhan yang tertinggal dari lelaki durj*na itu. Tak butuh waktu lama untuk kuselesaikan ritual mandiku. Segera kulaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim, dua rakaat shalat subuh. ***** Brak! Brak! "Syifa, bangun kamu!" Brak! "Ck, Ibu ganggu orang la

  • Penyesalan Seorang Suami   Bab 13. Mertua Masuk Rumah Sakit

    Akhirnya acara arisan tak bisa berjalan dengan lancar, alias, dibubarkan. Aku tersenyum dalam hati. Padahal ini belum ada apa-apanya. Gimana kalau seluruh tetangga pada tahu? "Tante istirahat dulu, ya. Kepala Tante pusing sekali!" pamit Ibu lalu berjalan meninggalkan aku dan Sesil. Sepeninggal Ibu, Sesil langsung menatapku tajam. "Kamu bisa menjelaskannya?" tanya Sesil sambil berjalan ke arahku. "Apa yang perlu dijelaskan?" jawabku enteng sambil kusandarkan tubuhku di sofa. "Ternyata kamu pandai juga bersandiwara, ya! Tadi banyak orang, sok-sok'an pasang wajah sedih. Nah, sekarang kamu terlihat biasa saja!" "Ck, orang seperti kamu dan Ibu itu harus diimbangi. Kalian memainkan sandiwara, apa aku juga salah jika mengikuti?" jawabku lalu beranjak. Saat aku mulai melangkah tiba-tiba ...

  • Penyesalan Seorang Suami   Bab 14

    DreeeettttDreeeettttDreeeetttt"Siapa, sih!" gerutuku saat ponsel yang di atas meja bergetar. Kulihat dengan ekor mataku, ternyata nomor Sesil yang menghubungiku.Kuambil ponsel tersebut lalu kuangkat telfonnya."Halo ... ada apa?" tanyaku langsung ke pokok permasalahan."Ibu masuk rumah sakit, Mas!" jawab Sesil yang membuatku langsung mencampakkan lembaran kertas yang ada di tanganku."Kok bisa? Ibu kenapa? Bukannya tadi ada acara arisan?""Iya, Mas. Tapi Ibu sakit, langsung kubawa ke rumah sakit.""Kamu bersama Syifa?""Tidak, Mas. Tadi kuajak Syifa, tapi ia nggak mau! Katanya sibuk! Aku disuruh mengurus Ibu sendirian!" ucapnya yang seketika m

  • Penyesalan Seorang Suami   Bab 15

    "Prabu, antarkan Sesil pulang dong! Hitung-hitung balas budi karena udah bawa dan nemenin Ibu disini! Lihat istrimu itu! Jadi mantu nggak guna banget! Udah tau mertua sakit, jangankan nemenin, berkunjung pun sepertinya ogah!" cerocos Ibu yang membuat kuping terasa begitu panas.Ngomong-ngomong soal Syifa aku jadi teringat akan foto yang telah disebarkannya.Ya, aku harus memberinya pelajaran. Bisa-bisanya ia menyebarkan aib suami. Parahnya lagi, ia telah membuat Ibu sampai masuk rumah sakit.Memang semua ini kuanggap sudah impas, tapi tak seharusnya Syifa menyebarkan foto itu kan?!"Iya, Bu! Prabu antarkan, sekalian mau mandi juga! Ibu disini sama Mayang dulu ya!" Lebih baik kali ini aku mengalah, dari pada harus berdebat dengan Ibu. Takutnya jika Ibu marah, tensi Ibu bertambah naik dan berakibat buruk pada kesehatannya.Akhirnya kami keluar dari kamar rawat i

  • Penyesalan Seorang Suami   Bab 16

    "Ayo, Mas! Talak sekarang juga! Lihatlah, sudah ada dua orang di belakangmu yang selalu mendukungmu!" Aku berusaha memancing emosi Mas Prabu. Berharap ia akan emosi lalu mengucapkan kata talak. Ibu memainkan bibirnya. Seperti seorang dukun yang tengah membaca mantra.Kemarin aku memang takut menjadi seorang janda, apalagi saat ini aku tengah hamil muda. Sekarang? Aku tak takut lagi. Justru kata talak yang kunantikan.Sebenarnya aku bisa saja langsung keluar dari rumah ini. Tapi aku ingin pergi dari rumah ini dalam keadaan bersih. Lepas dari ikatan pernikahan ini.Apa jadinya jika aku pergi dari rumah tanpa ridho dari suami? Bukankah itu akan menjadi dosa untukku? Toh jika kata talak sudah terucap, tak ada suatu hal yang membebani."Kenapa kamu diam saja, Prabu! Harga dirimu telah diinjak-injak oleh istrimu itu!"Ibu beralih melihatku. "Hey, Syifa! Kau pikir kau siapa

Latest chapter

  • Penyesalan Seorang Suami   Ending

    POV Prabu.***Kata syukur tak hentinya kupanjatkan, hari ini acara ijab Qabul telah usai. Ya, satu bulan setelah aku melamar Sesil, kami segera menentukan tanggal berapa pernikahan akan kami adakan. Dan pilihan kami jatuh pada hari ini. Hubungan ini kami bangun dengan awal yang baik, dengan berharap Tuhan pun juga memberikan kebahagiaan dan kebaikan dalam rumah tangga kami. ****Satu tahun telah berlalu, usia pernikahan kami sudah satu tahun. Selama ini Sesil sudah menjadi sosok istri yang begitu hormat dan patuh padaku. Menjadi sosok istri yang kuidamkan. Jilbab selalu membingkai wajahnya dan menutupi mahkotanya, aku suka.Namun sayangnya, di usia satu tahun pernikahan Tuhan tak kunjung menitipkan keturunan untukku di rahim Sesil. Tapi itu tak mengapa. Kami pun juga tak pernah mempermasalahkan soal itu. Bahkan kami pun tak pernah membicarakan soal hal sensitif itu.

  • Penyesalan Seorang Suami   Menikahlah denganku

    POV Prabu.*Satu Tahun Kemudian****Satu tahun telah berlalu. Selama itu pula aku terus mencoba mendekati Sesil. Namun siapa sangka, dia menjadi sosok perempuan yang mampu menjaga marwahnya sebagai seorang perempuan. Bahkan saat aku berkunjung ke rumah nya pun aku hanya disuruh duduk di teras rumah. Ia sama sekali tak mempersilahkan aku masuk ke dalam rumah.Sikapnya yang seperti itu mampu membuatku semakin mengagumi sosok akan dirinya. Ia pun juga menjadi perempuan yang pekerja keras. Usaha yang telah dibangun selama satu tahun olehnya kini mulai menampakkan hasilnya. Setahu aku, ia tak pernah patah semangat. Beberapa bulan merintis usaha toko roti selalu mengalami kerugian. Kalau pun tak rugi, hanya sekedar balik modal.Kini aku semakin percaya, kalau usaha tak akan pernah mengkhianati hasil. Kini Sesil telah memilih tinggal di rumah yang ia sewa. Ia sudah tak mau lagi tinggal di rumahku. Tak enak, be

  • Penyesalan Seorang Suami   Maaf dari Syifa

    POV Sesil***Suara ponsel berdering, namun bukan ponsel milikku. Ternyata ponsel Rina lah yang berdering. Beberapa detik kemudian benda pipih itu ia dekatkan di telinga kanannya."Halo, Bu," ucap Rina dengan seseorang yang ada di seberang telepon.Hening."Sudah di rumah?" Dengan nada yang terdengar sedikit kaget, Rina kembali berucap.Hening."Iya. Sebentar. Tadi dia nggak bilang mau datang ke rumah, makanya aku janjian sama Sesil."Hening."Baiklah, aku segera pulang, Bu." Terlihat Rina menjauhkan kembali ponsel dari telinganya. "Sil, maaf ya aku pulang dulu. Temen aku tiba-tiba sudah nyampek rumah. Padahal dia tidak bilang apa pun kalau mau datang ke rumah," ucap Rina sembari memasukkan ponselnya ke dalam tasnya."Ok, nggak apa-apa," jawabku."Nggak usah. Biar aku yang bayar. Kan aku yang ajak kamu ketemuan," ucapku sembari mendorong tangan Rina yang men

  • Penyesalan Seorang Suami   Rencana Sesil

    Pov Prabu****Dua Minggu kemudian*Pagi yang begitu cerah. Para kerabat dekat silih berganti berdatangan untuk menghadiri acara pernikahan Mayang. Ada rasa haru di dalam kalbu. Aku berjalan menuju di mana Mayang berada.Aku melangkah pelan. Saat aku sudah berada di ambang pintu kamar Mayang. Ternyata di sana ada Ibu dan Mayang yang sedang saling berpelukan. "Sudah siap, May?" ucapanku membuat pelukan itu terurai. Mereka berdua menoleh ke arahku secara serentak. Bahkan terlihat mereka berdua masing-masing menyeka sudut matanya. "Keluarga Ricko sudah tiba," ucapku. Mayang dan Ibu saling berpandangan. Terlihat Ibu meraih tangan Mayang dan sedikit meremasnya, seolah-olah seperti memberi kekuatan. "Ayo kita ke depan," ucap Ibu yang dibalas anggukan oleh Mayang. "Dada Mayang berdebar, Bu.""Ah, kamu seperti gadis yang baru pertama kali menikah

  • Penyesalan Seorang Suami   Apakah aku ... jatuh cinta?

    POV Prabu.***Acara berjalan sesuai yang kami harapkan, hingga mendapatkan keputusan pernikahan akan diadakan dua minggu lagi dan kedua belah calon mempelai memutuskan untuk mengadakan acara sederhana saja. Yaitu hanya sekedar acara ijab Qabul dan syukuran yang dihadiri kerabat dekat saja.Hati ini terasa lega saat ternyata Ricko serius dengan apa yang diucapkannya. Serius kalau ia benar-benar ingin mempersunting Mayang. Satu yang akan selalu kuingat akan janjinya 'Penggal kepala saya jika Mayang kembali pulang dalam keadaan menangis!'Ternyata ada sosok lelaki yang begitu berani. Mudah-mudahan saja kelak ia tak akan pernah mengecewakan Mayang, apalagi hingga membuatnya menangis agar aku tak susah payah untuk memenggal kepalanya."Kak Sesiiiilll ...." Teriakan Mayang menyadarkan lamunanku. Terlihat Mayang berlari ke arah Sesil lalu menghamburk

  • Penyesalan Seorang Suami   Tangisan Ibu

    POV Prabu.***Mobil kembali melesat membelah jalan raya yang terbilang lumayan ramai. Tanpa sadar senyum di bibir kembali merekah kala mengingat wajah cantik yang terbingkai oleh hijab. Debaran aneh terasa di dalam dada. Debaran yang tak pernah kurasa, kala wanita itu masih sah menjadi milikku.Apakah aku jatuh cinta? Atau hanya sekedar mengagumi perubahan dari penampilannya?Sesaat kuusap wajahku, berharap bayang-bayang wajah Sesil tak lagi menari-nari di pelupuk mataku. Kembali aku fokus membelah jalan raya.Tak berselang lama aku telah sampai di tempat tujuanku. Kuparkir kendaraan roda empatku di tempat biasanya. Bergegas kubuka pintu mobil.Pintu kuketuk dengan diiringi salam.Satu kali.Dua kali.Tak berselang lama daun pintu terbuka, hingga terlihatlah sosok perempuan yang pernah bert

  • Penyesalan Seorang Suami   Bab 75. Perubahan Sesil

    POV Prabu.*Keesokan hari****Jam sudah menunjukkan pukul 04.30. Setelah kulaksanakan dua rakaat shalat subuh, kurebahkan kembali tubuhku. Namun tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Dan tak berselang lama, suara Ibu memanggil namaku. Bergegas aku bangkit dan berjalan membuka daun pintu. "Ada apa, Bu?" tanyaku saat pintu sudah terbuka. "Barusan Sesil mengatakan, kalau orang tua Riko akan ke rumah besok pukul tujuh malam.""Malam ya, Bu? Jadi besok Prabu bisa bekerja terlebih dahulu," jawabku dan Ibu mengangguk. "Oh ya, Bu. Bentar." Aku kembali berjalan, menuju meja yang terletak di samping ranjang. Kubuka laci paling atas, kuambil amplop coklat di sana. Kubawa amplop itu dan kembali menemui Ibu. "Ini, Bu, uang untuk persiapan lamaran Mayang. Cukup acara lamaran seperti pada umumnya saja, uang ini pasti cukup," ucapku sembari menyerahk

  • Penyesalan Seorang Suami   Bab 74. Awal kebahagiaan Mayang

    Pov prabu.***Saat aku sedang berbincang dengan Sesil, ponselku berdering. Kuambil benda pipih itu, dan nama Ibu terpampang sebagai pemanggilnya, bergegas kuangkat."Halo, Bu ....""Kamu dimana? Cepetan pulang ya. Sekarang!" jawab Ibu dari seberang telepon."Pulang? Sekarang?""Iya. Ada hal yang sangat penting," jawab Ibu yang membuatku penasaran. Padahal sebelum kutinggal semua baik-baik saja."Penting? Soal apa, Bu?" jawabku."Nanti saja sampai di rumah. Sekarang pulang lah!""Baiklah, Bu. Prabu pulang sekarang!" Panggilan telepon dari Ibu kumatikan, dan kumasukkan kembali benda pipih itu ke dalam saku.Kuhela napas panjang dan kukeluarkan secara perlahan.

  • Penyesalan Seorang Suami   Bab 73. Kebaikan Prabu

    "Ada apa, Mas?" tanyaku saat aku menoleh dan mendapati Mas Prabu berdiri di belakangku."Yuk aku antarkan pulang. Sedari tadi nunggu taksi nggak datang-datang, kan?""Nggak usah, Mas. Ini aku mau pesan taksi online.""Nggak boleh nolak niat baik seseorang.""Tapi ....""Tapi kenapa?" ucap Mas Prabu.Akhirnya kuceritakan semua permasalahan yang terjadi padaku. Soal kematian Mama dan Papa. Soal semua harta yang telah diambil oleh pemiliknya secara paksa."Tinggalah di rumahku itu.""Nggak usah, Mas. Biar kucari kontrakan saja untuk sementara waktu.""Baiklah. Yuk aku temani." Tanpa menunggu jawabanku, Mas Prabu bergegas melangkah meninggalkanku. Tubuh lelaki

DMCA.com Protection Status