Beranda / Romansa / Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO / Bab 39. Mimpi di siang bolong

Share

Bab 39. Mimpi di siang bolong

Penulis: Miarosa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-12 05:39:37

Bagai mimpi di siang bolong, Pelangi tidak menyangka kalau Kayla akan meninggalkan warisan untuk dirinya bahkan sebanyak delapan puluh persen dari kekayaan wanita itu.

Jujur saja Pelangi tidak pernah mengharapkan harta warisan Kayla. Sama sekali tidak. Pelangi secara tulus senang bisa menjadi teman mengobrol Kayla di sisa-sisa hidup wanita itu. Pelangi bahkan mendapat bayaran dari Kayla hanya untuk menjadi teman mengobrolnya selama ini.

Suasana di ruang keluarga menjadi sangat riuh dan berisik sekali, karena teriakkan Prita dan Renjana yang sama sekali tidak terima Pelangi mendapat warisan dari Kayla, namun suara berisik itu tidak bisa didengar oleh Pelangi. Ia terlalu terkejut. Sama sekali tidak menyangka, jika undangan Pak Andy menyuruhnya datang kemari untuk mendengar pembagian warisan.

Tidak bagaimana mungkin ini terjadi? Pelangi pasti sedang bermimpi. Tidak mungkin orang yang tidak memiliki hubungan darah apa pun dengan dirinya malah memberinya harta yang begitu banyak? Malaha
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 40. Putus asa

    Keadaan hening seketika, kepergian Pak Andy malah membuat keadaan semakin hening dan canggung. Tentu saja Pelangi merasa tertekan benar-benar tertekan sampai ia bingung harus melakukan apa untuk saat ini."Aku benar-benar tidak menyangka dengan apa yang sudah Kayla perbuat," ucap Prita. Pergerakan Prita membuat semua orang menoleh termasuk Akarsana yang tadinya hanya diam. Kecewa dan marahnya Prita membuatnya memilih untuk pergi ke kamar disusul oleh Renjana di belakangnya. Pelangi sama sekali tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang, namun beberapa saat berlalu tiba-tiba Sofia menghampirinya sambil tersenyum."Hai, aku Sofia," sapa Sofia memperkenalkan diri kepada Pelangi."Aku Pelangi," sahut Pelangi sambil berusaha untuk tersenyum. Ia menatap ke arah Sofia mungkin hanya Sofia saja yang ramah padanya di sini. Dilihat dari sikapnya ketika berbicara dengan Pelangi."Apa kamu baik-baik saja, Pelangi?" Pertanyaan Sofia benar-benar membuat hati Pelangi langsung berantakan. Ia jela

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-12
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 41. Tanda tanya besar

    Setelah keluar dari rumah Kayla, Pelangi begitu terlihat sedih. Apa yang Akarsana katakan begitu membekas di hatinya, ia tidak bisa melihat Akarsana membencinya, Pelangi tidak mau sampai itu terjadi. Diperjalanan pulang, Pelangi bahkan tidak berhati-hati dan sempat beberapa kali menabrak orang-orang yang berlalu lalang di jalan. Beberapa kali juga Pelangi dimaki-maki oleh mereka karena tidak berhati-hati dan Pelangi tahu itu adalah kesalahannya dan tidak mempermasalahkan mereka mau memaki Pelangi sejahat apa, bahkan di halte bus pun Pelangi masih bisa meneteskan air matanya. Namun, ia segera menghapus air mata itu agar orang-orang tidak semakin memandangnya aneh. Beberapa saat kemudian, Pelangi mendapatkan bus untuk kembali pulang. Ia hanya diam dan berharap bisa secepatnya sampai di rumah untuk menenangkan pikirannya. Sesampainya di rumah, Pelangi langsung masuk ke dalam dan bertemu dengan Danurdara yang tengah berada di dapur. "Kamu sudah pulang, Pelangi?" tanya Danurdara masih t

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-14
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 42. Ide gila

    Suasana seketika hening, Sofia atau bahkan Akarsana sendiri sama-sama diam. Setelah percakapan barusan mereka semakin canggung dan Sofia hanya bisa duduk terdiam sambil sesekali melirik ke arah Akarsana. Sofia buru-buru berbalik ke arah Akarsana, menatap lelaki itu dengan tatapan dalam membuat Akarsana yang ditatap mengerutkan keningnya. "Apa?" tanya Akarsana bingung. Namun Sofia hanya diam dan terus memperhatikan Akarsana dan tentu saja malah membuat Akarsana sendiri tidak nyaman. Beberapa kali Sofia mengerutkan keningnya seperti tengah memikirkan sesuatu. "Ada apa, Sofia?" tanya Akarsana lagi dan lagi. Ia jelas tidak tahu apa yang sedang Sofia lakukan dan pikirkan. "Aku masih bingung tentang kebencianmu pada Pelangi. Kenapa kamu begitu membencinya? Padahal aku sudah mengatakan jujur tentang tanggapan pribadiku soal Pelangi," jawab Sofia. Akarsana menghembuskan napasnya lelah, jadi sudah beberapa menit lamanya ia mengatakan semuanya, tapi Sofia juga belum mengerti arah dari

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 43. Mama ingin kamu menikahi Pelangi

    Sebagai saudara kembar Kayla tentu Prita merasa tidak terima karena harta warisan saudaranya jatuh ke tangan orang lain. Apa lagi orang tersebut tidak memiliki hubungan darah. Jelas Prita mencak-mencak. Prita bukan satu-satunya keluarga Kayla. Melainkan Kayla memiliki tiga orang keponakan, tapi di antara tiga orang anak Prita hanya Akarsana yang mendapatkan warisan. Itu pun cuma sepuluh persen. Sementara Pelangi yang tidak memiliki hubungan apa-apa dengan wanita itu malah mendapatkan delapan puluh persen dari keseluruhan harta Kayla. Bahkan perusahaan yang kini dipimpin oleh Akarsana telah menjadi milik Pelangi. Prita mendengus marah. Kesal sekali rasanya mengingat fakta itu. Entah apa yang ada di pikiran Kayla ketika menuliskan surat wasiatnya kepada Pak Andy. Pak Andy pula, kenapa tidak diingatkan klien-nya? Seharusnya sebagai pengacara, Pak Andy juga menjadi penasihat. Prita merasa keduanya benar-benar menyebalkan. Sementara itu Renjana duduk melamun di tepi ranjang bersama sang

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 44. Demi kebahagiaan Mama

    Akarsana sempat mematung untuk beberapa saat kemudian. Ia tidak mengira ibunya akan meminta pertolongan semacam ini. Akarsana sama sekali tidak berpikir ibunya bertindak sejauh ini. Menikahi perempuan asing itu? Yang benar saja, Akarsana tidak mungkin menikahi perempuan yang tidak ia cintai. Bagaimana bisa Akarsana mencintai Pelangi yang baru ia temui sekali? Akarsana masih mencintai Naomi. Berharap perempuan itu kembali suatu hari nanti. Prita dan Renjana saling melirik satu sama lain. Renjana mulai kesal, karena sang Kakak tidak kunjung memberikan respons. Akarsana cukup jawab saja mau atau tidak, kenapa kakaknya itu malah menghabiskan waktu mereka dengan melamun seperti orang bodoh. Di luar kamar Akarsana, Sofia berharap Akarsana tidak mengiyakan permintaan Ibu mereka. Menurut Sofia, cara yang dilakukan Prita sudah sangat keterlaluan. Demi sebuah warisan, Prita melakukan berbagai cara termasuk menipu perempuan polos seperti Pelangi. Sofia meremas kelima jarinya. Sofia menjadi s

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 45. Makan malam

    Ardian makan malam bersama keluarga Pelangi. Hadyan sangat senang jika Ardian sering datang ke rumahnya, karena Ardian datang tidak pernah dengan tangan kosong. Lelaki itu akan selalu membawakan Hadyan banyak makanan enak. Danurdara tidak kalah senang seperti Hadyan. Ia merasakan suasana di meja makan menjadi lebih hangat karena keberadaan Ardian. Mereka makan malam sembari mengobrol ringan. Entah menanyakan kesibukan Ardian selama bekerja di rumah sakit atau yang paling sering menggoda Hadyan yang banyak makan. "Tidak apa-apa Hadyan. Kamu banyak makan supaya tambah besar," ujar Ardian sambil mengusap rambut hitam Hadyan. Hadyan mengunyah makanannya dengan lahap. "Tapi kata Kak Diana, aku makan dengan rakus!" Seketika suasana meja makan menjadi berubah lebih hening. Semua orang di meja makan menatap ke arah Diana yang sejak tadi diam dan cemberut saja. Jujur saja Danurdara tidak menyukai sikap Diana yang satu ini. Di saat orang lain menikmati makan malam sembari mengobrol, Diana

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-18
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 46. Chat

    Pak Andy dan Pelangi sama-sama terdiam, apa yang dikatakan Pelangi membuat Pak Andy juga sedikit merasa bingung. Bukankah seharusnya Pelangi senang menerima harta warisan dari Kayla? Tapi sekarang Pelangi malah ingin mengembalikan harta warisan itu. Pelangi sesekali melirik ke arah Pak Andy yang terdiam, melihatnya berjalan menjauhi Pelangi, lalu kembali membawa sebuah kotak beludru berwarna hitam. "Pelangi," panggil Pak Andy. Pelangi mendongakkan kepalanya, ditatapnya Pak Andy dengan tatapan bingung. "Ya, Pak?" "Saya tahu kamu bingung sekarang, tapi gunakanlah kartu atm ini untuk membeli sesuatu yang kamu butuhkan atau jika kamu membutuhkan uang, kamu bisa memakainya." Pelangi awalnya terdiam, ia jelas semakin bingung dengan apa yang Pak Andy lakukan. "Tenang saja ini milik Bu Kayla, Pelangi. Maksud saya selama kamu bingung, kamu bisa menggunakan kartu ini terlebih dahulu," lanjut Pak Andy menjelaskan. "Baiklah, Pak. Saya menerima kartu atm ini." Pelangi menerimanya dan Pak

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 47. Rencana Prita

    Tidak pernah Pelangi sangka, Akarsana akan menghubunginya lebih dulu. Walau sekadar mengucapkan rasa terima kasihnya, Pelangi sudah cukup senang. Pesan yang Akarsana kirim berbunyi, "Terima kasih sudah menjadi pendonorku, ya? Aku harap suatu hari kita bisa bertemu walau cuma sekali saja." Senyum di bibir Pelangi mengembang seketika. Ia memeluk ponselnya seolah itu adalah Akarsana. Jangan ditanya seberapa senang Pelangi membaca pesan yang ditulis oleh Akarsana sendiri. Tidak pernah ia bayangkan sebelumnya akan ada interkasi di antara mereka berdua walau cuma lewat online saja. Namun, senyum Pelangi tidak bertahan lama, karena setelahnya senyum Pelangi perlahan memudar ketika teringat sikap Akarsana kepadanya beberapa hari yang lalu ketika ia berada di rumah mendiang Kayla saat Pak Andy membacakan surat wasiat Kayla. Akarsana tampak dingin, sama sekali tidak bersahabat, padahal Pelangi berharap lelaki itu bersikap sedikit baik padanya. Andai saja Akarsana tahu orang mendonorkan hati

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20

Bab terbaru

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 62. Kesedihan Diana

    Sofia ikut berduka atas kehilangan yang Diana alami. Sebagai saudara Renjana, Sofia ikut merasakan rasa bersalah. Mungkin, ia akan membawa perasaan ini sampai selamanya. Di dalam kepalanya secara otomatis akan terus mengingat kejadian pagi ini di rumah. Akarsana semula menundukan kepalanya, lantas mendongak seiring mendengar suara tangis dan jeritan Diana di dalam ruang perawatannya. Akarsana meraup wajahnya dengan kasar. Tidak dia sangka kalau Renjana akan melakukan hal sefatal ini. Akarsana tidak tahu menahu awalnya. Andai saja Diana tidak datang ke rumah, mungkin Akarsana dan Sofia tetap tidak akan mengetahuinya. Lelaki itu merasakan kursi di sebelahnya bergerak, ternyata Sofia beranjak dari kursi hendak mendekat ke pintu ruangan Diana. Akarsana menahan lengan Sofia, kemudian menggelengkan kepalanya. "Biarkan Pelangi saja yang menenangkan Diana," tutur Akarsana lembut. "Jika Diana melihat kamu, maka secara otomatis Diana akan bertambah sedih." Gadis itu duduk kembali ke kursin

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 61. Terjatuh

    Ketika Pelangi tiba di rumah Akarsana, perempuan itu tidak menemukan siapa-siapa di pos satpam. Biasanya akan ada Pak Udin yang menyapa, dan menyambut kedatangannya dengan ramah, tapi Pelangi tidak menemukan lelaki setengah baya itu di dalam posnya. Pelangi mendengar suara ribut-ribut dari luar. Dia mengenali suara itu sebagai suara Diana—sang adik. Pelangi tidak buang-buang waktu. Dengan cepat Pelangi berlari menuju ke dalam, berusaha menghentikan kekacauan yang dibuat oleh Diana hari ini. Sementara di dalam rumah Maheswara, Diana berusaha menyerang Renjana, tapi dihalangi oleh Prita yang berdiri di tengah-tengah Diana dan Renjana. Diana mencak-mencak, karena Renjana tidak berusaha menjelaskan kepada keluarganya. Sama halnya dengan Renjana, Prita pun bungkam saat ditanya kebenaran dari kata-kata Diana. Prita hanya menjelaskan kalau Diana adalah adiknya Pelangi. Cuma itu saja. "Tante jangan diam saja! Cepat jelaskan kepada mereka di sini kalau Renjana bersalah! Dan yang aku kataka

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 60. Telepon dari Akarsana

    Sungguh, Akarsana tidak dapat mengatakan apa-apa. Tentu saja Akarsana terkejut, begitu pun dengan Sofia yang sedari tadi hanya mendengarkan saja. Napas Diana memburu. Kedatangannya kemari tentu ingin menuntut pertanggungjawaban dari Renjana. Padahal dia sudah datang kemari bersama Pelangi, tapi Renjana terus menghindar dan menghindar. Diana tidak meminta apa-apa dari Renjana—selain untuk menikahinya, tapi Diana seolah mengemis belas kasih lelaki itu. Bayi di dalam perutnya bukan bayi siapa-siapa kecuali milik Renjana. Diana tidak pernah melakukan hubungan semacam itu dengan lelaki selain Renjana! Jadi Diana dengan lantang mengatakan kalau bayi itu adalah anak Renjana! "Ma ... ini benar? Renjana, cepat jawab!" bentak Akarsana pada adik lelakinya. Renjana hanya diam mematung seperti orang bodoh. Walau dibentak Akarsana, dimaki dan ditekan oleh Diana, Renjana tidak berniat memberikan jawaban yang Akarsana mau. "Aku tidak mau tahu. Kamu harus tanggung jawab, atau kalau tidak, aku aka

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 59. Kemarahan Diana

    Pelangi terpaku, matanya membulat, jantungnya berdebar tak karuan. Kata-kata Akarsana barusan menggantung di udara, menggema di telinganya seperti melodi yang tak pernah ia bayangkan akan didengarnya. "A-apa?" Pelangi terbata, suaranya nyaris tak terdengar. Ia menggelengkan kepala perlahan, mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia tidak salah dengar. "A-apa kau bilang tadi?" Akarsana tersenyum lembut, tatapannya terkunci pada mata Pelangi yang berkaca-kaca. "Aku bilang, aku mencintaimu, Pelangi." Pelangi merasakan aliran hangat menjalar di seluruh tubuhnya dan merasakan kebahagian yang meluap-luap di hatinya. Ini seperti mimpi. Akarsana, pria yang selama ini ia kagumi diam-diam, pria yang selalu membuatnya tersipu malu setiap kali bertemu, kini berdiri di hadapannya, menyatakan cinta yang selama ini hanya ia pendam dalam hati. "Aku... aku tidak salah dengar, kan?" Pelangi masih berusaha meyakinkan dirinya. Akarsana terkekeh pelan, "Tidak, Pelangi. Kau tidak salah dengar. Aku sungguh-su

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 58. Aku mencintaimu

    Kedatangan Akarsana secara tiba-tiba di depan rumah susunnya, telah merampas kesadaran Pelangi untuk beberapa saat. Ia tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan lidahnya terasa kelu saat. Akarsana tersenyum hangat kepadanya, wajahnya sangat ramah, membuat jantung Pelangi berdebaran dengan kencang. Pelangi sedang tidak bermimpi, kan? Pelangi hampir saja menampar pipinya sendiri guna menyadarkan dirinya. "Ah! Tidak apa-apa. Kamu tidak menggangguku, kok. Aku juga tidak sedang sibuk, tapi, dari mana kamu tahu alamat rumahku, Akarsana?" tanya Pelangi penasaran. "Oh, ya. Terima kasih untuk bunganya." Sebuket bunga yang dibawa Akarsana kini telah berpindah ke dalam pelukan Pelangi. Perempuan itu tidak bisa menyembunyikan betapa bahagia dirinya. "Apa aku boleh masuk?" Akarsana tidak menjawab pertanyaan Pelangi, lelaki itu malah meminta diajak masuk ke dalam rumah Pelangi. "Oh, tentu." Pelangi berjalan ke pinggir. "Masuklah, Akarsana!" ajak Pelangi menunjuk ke sofa yang ada di ruang tamu. "Teri

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 57. Tamu di malam hari

    Renjana, anak itu benar-benar menambah beban pikiran bagi Prita. Belum selesai masalah warisan yang direbut oleh Pelangi, kini muncul masalah baru lagi atas ulah salah satu anak lelakinya. Berbeda dengan Akarsana yang lemah lembut, tidak banyak tingkah, Renjana justru tidak bosan membuat Prita pusing kepala! Sepeninggal Pelangi dan Diana keluar dari rumahnya, Prita berteriak sembari melangkah menuju ke lantai atas. Prita dibuat marah oleh Renjana, karena Renjana Prita harus pura-pura berada di kubu Pelangi. Andai saja Prita tidak berniat merebut kembali warisan Kayla yang kini telah berpindah tangan kepada Pelangi, Prita tidak akan sudi memperlakukan Pelangi dengan baik! Prita tidak menyukai perempuan miskin itu. "Renjana!" Prita mempercepat langkah menuju kamar lelaki itu. Sesampainya di depan pintu, wanita setengah baya tersebut menggebrak-gebrak pintu dengan mengerahkan seluruh tenaganya. "Mama tahu kamu di dalam, Renjana! Sekarang, buka pintunya! Mama butuh penjelasan kamu,

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 56. Ketakutan Marien

    Perempuan mana yang mau bertahan dengan suami yang sudah selingkuh di belakang istri selama ini? Tidak ada. Begitu pun dengan Naomi. Sampai mati pun, Naomi tidak akan mau bertahan dengan lelaki itu. Lebih baik Naomi pergi, dan kembali ke Indonesia saja. Naomi menyiapkan koper besar, diletakkannya benda itu ke atas ranjang. Satu per satu baju dari lemarinya ia masukan ke dalam kopernya. Perempuan itu berniat kabur dari suaminya setelah lelaki itu ketahuan selingkuh darinya. Naomi tidak tahan lagi, ia sudah cukup frustrasi atas keadaan yang ia alami sekarang. Sambil menangis, perempuan itu menata baju dan beberapa pakaiannya ke dalam koper. Sekarang ini tujuan utama Naomi adalah kembali ke tempat ia lahir dan dibesarkan. Di sini Naomi tidak sebahagia yang orang kira. "Aku sudah tidak sanggup lagi hidup dengan lelaki berengsek itu!" Naomi membanting tutup kopernya dengan keras. Dengan gerakkan kasar, perempuan itu menarik resleting kopernya, kemudian duduk sembari menghela napas pan

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 55. Kemarahan Pelangi

    "Kak Pelangi, tunggu." Diana menahan lengan sang Kakak. Kini, kedua perempuan itu telah berada di rumah Maheswara. Diana menatap rumah di depannya dengan seksama. "Kakak yakin ini rumahnya Renjana?" tanya Diana menatap Pelangi tak percaya, karena ia sering ke rumah ini untuk menjemput dan mengantarkan pakaian kotor.Pelangi mengangguk. Ia menurunkan tangan Diana yang memegangi lengannya. "Sudah, Diana. Jangan banyak membuang waktu!" Tidak biasanya Pelangi menjadi sangat marah. Biasanya perempuan itu hanya akan diam dan tidak banyak melakukan apa-apa, tapi kali ini ia tidak memilih diam. Adik perempuan satu-satunya dihamili seorang lelaki dan faktanya, lelaki itu adalah Renjana, salah satu anggota keluarga Maheswara yang beberapa kali ia temui di rumah itu. Langkah Diana ragu. Dalam kepala Diana, ia takut—mereka akan diusir oleh satpam di rumah itu, karena menerobos masuk ke dalam begitu saja. "Non Pelangi," sapa Pak Udin dari dalam pos satpam yang berada di dekat gerbang rumah.

  • Penjual Bunga itu Ternyata Istri CEO   Bab 54. Buket bunga untuk Pelangi

    "Kak, Kenapa? Kak Pelangi kenal dengan Renjana?" tanya Diana heran. Pelangi tidak percaya. Namun yang ia lihat memang kenyataan. Sesuai dengan dugaan Pelangi, Renjana pacar Diana adalah adiknya Akarsana. Anak kedua dari Prita. Tidak pernah Pelangi sangka akan terjadi hal seperti ini. "Kak," tegur Diana semakin bingung. Pelangi bisa merasakan dorongan pada bahunya oleh Diana. Sesaat, Pelangi kehilangan kesadarannya. Pelangi berusaha mengatur napas dan memberitahu pada Diana, siapa Renjana sebenarnya. "Kak, jawab aku!" seru Diana mulai tidak sabaran. "Aku kenal dengan Renjana, bahkan aku tahu di mana rumah lelaki itu," gumam Pelangi. "Apa?" desis Diana tidak percaya. Bagaimana Pelangi bisa tahu tentang Renjana? Bahkan tahu alamat rumah Renjana. Apa yang membuat Pelangi begitu yakin kenal dengan lelaki itu? "Tidak mungkin," gumam Diana menolak untuk percaya. Hati kecil Diana seolah tidak terima sang Kakak mengenali Renjana. Diana lebih mengenali Renjana selama ini, tap

DMCA.com Protection Status