"Sedang apa kau di sini?"Haiden menaikan rahangnya dengan keras saat menatap Shopie. "Se-selamat siang Pak, ma-af saya yang salah saat menyebrang tidak melihat jalan!"Shopie membungkukkan badan meminta maaf. Dia tak ingin di blacklist sebagai karyawan tidak baik jika mencari masalah dengan pemilik tempatnya bekerja. "Sebaiknya kau cepat pergi. Jangan mengganggu urusan kami," Haiden berkata dengan sangat dingin. "Ba-baiik Pak. Saya pamit!"Shopie berbalik dan akan pergi. Grep"Kau mau kemana? Aku ikut!"Dominique sudah mengalungkan tangannya di lengan Shopie. "Kau mau kemana sayang? Ayolah jangan buat yang aneh aneh. Kita baru sampai dan ingat kau harus banyak beristirahat," Haiden mencengah kepergiannya. Hal yang sama akan dilakukan Willy. Namun, sudah diwakilkan lebih dulu oleh Haiden. "Ah Iden. Jangan ganggu. Aku ingin makan ketoprak, cilok dan mie ayam dengan Shopie. Aku bisa pergi dengan Diana kok. Kalian tidak usah khawatir!""Tidak. Aku tidak mengizinkan!" Haiden berbica
"Uhm, itu sepertinya ... aku tidak bisa. Aku sudah ada janji dengan seseorang nanti malam," kikuk Shopie di buatnya. Dia binggung menjawab keinginan Dominique, tapi kembali melihat delikan dari kedua orang di hadapannya membuatnya susah menelan ludah dan bernafas."Apa kalian melarang Shopie-ku untuk menginap, hah?" Dominique melayangkan pandangannya kepada mereka karena kesal."Huh, memangnya aku mengeluarkan komentar?" sewot Haiden.Dominique melayangkan pandangannya pada Willy."Aku? Apa selama ini aku pernah melarang-mu?" Willy melirikkan mata saat kata larangan di keluarkan dari mulutnya. Dia menyindir Haiden."Baiklah kalau begitu tidak akan masalah dong kalau Shopie menginap," dengusnya.Kedua lelaki itu tak menjawab. Meraka acuh tak acuh."Jangan menyentuhku. Satu bulan. Itu hukuman kalian!""APA? KAU GILA DOMINIQUE!" keduannya kompak membuka suara sambil membulatkan matanya dengan lebar.'Cih, kau fikir kalian saja yang bisa mengancamku. Aku juga bisa!' kesalnya.'Haduh Domi
Kedua lelaki Dominique hanya bisa pasrah ketika gadis itu mulai murka dengan sikap mereka. Mereka memutuskan untuk menyerah sementara waktu. Daripada mereka benar benar mendapatkan hukuman satu bulan tanpa menyentuhnya.Namun, kali ini batin Shopie yang ketar ketir apalagi di antara kumpulan orang tadi, seseorang dengan telak matanya sudah memberikan ancaman."Kau mau gaun model seperti apa Shop?" saat mereka memasuki toko pakaian wanita khusus pesta."Do-Domi, sepertinya tidak perlu gaun semahal itu. Aku sungguh tak nyaman memakainya," Shopie mendelikkan matanya tak percaya dengan bandrol harga yang di pasang, bahkan gaji satu bulannya di tempatnya bekerja tak mampu menutupi satu gaun sederhana di toko itu."Sstt, aku bilang, aku yang akan traktir semuanya. Kau tak perlu mencemaskan masalah harganya!" bisiknya, mengerti maksud hati sang teman baik."Tidak perlu sampai seperti ini Dom, lagipula ini kan hanya kencan buta dan makan malam biasa saja," tolaknya."Kesan pertama Shop. Kau h
CeklekDia membukakan pintu untuk gadis itu. Namun, gadis itu tak melepaskan shitbel-nya. Dia tak ingin turun atau pun bergerak dari posisi amannya sekarang. "Cepat turun atau aku sendiri yang akan memaksanya!"Suara John begitu keras, penuh penekanan dan amarah. "Tidak. Aku tidak mau turun. Kau, cepat antarkan aku ke tempat di mana aku janjian," ucap Shopie dengan bibir bergetar. BlashJohn dengan cepat sudah membuka shitbel-nya tanpa dia sadari dan menarik kasar tangan Shopie. "Ah, sakit."Lelaki itu tak memperdulikan suara ringisan. Dia terus menyeret tangan Shopie dengan kasar. Membawanya pada satu lift yang tak berapa lama sudah terhubung dengan satu ruangan. BrukkShopie di lemparkan hingga dia tersungkur di lantai. "Jadi kau sungguh menginginkan kencan buta?"John berjongkok dan mencengkram kasar wajah Shopie. "A-apa urusannya dengan-mu? Itu urusan pribadiku. Kau tak berhak ikut cam-"Sedetik kemudian Shopie tak bisa berbicara. Nafasnya tersengat dengan keras. Dia keras
"Sayang, sebentar saja ya. Aku mohon," Haiden merangkul dan bergelayut di pundak Dominique dengan manja. "Tidak aku bilang tidak. Pokoknya satu bulan, full!" dengusnya. "Jangan begitu dong sayang, aku kan sudah mengizinkan temanmu untuk menginap," rajuk Haiden. "Tetap saja, aku tetap tidak akan memberi kalian jatah," dia menghentikan langkahnya saat melihat suami satunya menghadang di jalan."Itu tidak adil," Willy yang sudah mencegat di hadapan mereka. "Will, kau jangan ikut ikutan!" "Aku tidak ikut ikutan. Tapi aku sedang memperjuangkan hak-ku," Will yang tak mau kalah."Hak hak, apa sih kalian ini? Iden lepaskan aku," dia bergidig menggerakan tubuh agar Haiden melepaskan pelukannya."Tidak. Buatku tetap tidak adil. Kau sudah kubiarkan dengannya selama dua tahun. Sekarang giliran aku," Haiden tetap dengan pendiriannya."Ayolah aku kan baru juga kembali. Aku benar benar sangat lelah, berikan aku satu hari saja benar benar istirahat. Aku hanya ingin mengobrol dengan Shopie, bisak
John tertegun sesaat mendengar ucapan yang keluar dari mulut tuannya. Dia pun menyadari keberadaan Ramon yang juga mengicar Shopie untuk menjadikannya kekasih."Saya akan melakukan hal yang sama. Seperti yang anda lakukan sekarang. Saya tidak ingin kehilangan dia. Apa pun akan saya pertahankan agar dia tetap di sisi saya," jawaban sakras membuat Haiden hanya bisa menaikkan satu bibirnya dengan kecut."Kau gila!" dengus Haiden."Jangan memaki-ku. Kau pun sama. Apa kau bisa melepaskannya,"BughSekali lagi Haiden menendang kakinya."Huh berani sekali kau menyamakan dirimu. Kisahku dengan Dominique berbeda, aku bahkan sudah mengenalnya jauh lebuh lama dari kisah cintamu yang kacangan itu," dia kesal tak ingin di samakan."Sama saja. Walaupun kau mengenalnya lebih lama dariku. Itu tidak akan mengubah apapun, posisimu di hatinya sudah bergeser. Kau kalah strategi dengan Bunarco itu," kini bahasa John berubah bukan sekedar atasan dan bawahan. Dia berbicara sebagai sahabatnya sekarang."Aku
"Tidak Iden, Will, aku mohon padamu. Aku mohon pada kalian jangan sentuh aku malam ini, huhuhu,"Dominique mode on pura pura menangis di pinggir ranjang saat sudah melihat kedua suaminya mulai melucuti satu demi satu pakaian yang mereka kenakan. Entah kenapa kedua suaminya malam ini kompak. Mereka bahkan tak mau di gilir. "Dengarkan aku. Kau diam saja. Aku akan di sebalah atas dan dia di bagian bawah. Kami akan bergantian memanjakan-mu, oke."Bisik Haiden membuatnya bergidik ketakutan. Dia bahkan tak berani membayangkan kedua suaminya mulai gila mengajarkannya melakukan bersama sama. "Kalian jangan gila. Aku ini wanita hamil dan normal. Aku tidak suka bersama-sama. Tolonglah, jika kalian menginginkan, satu persatu. Aku ini tidak akan sanggup melayani hasrat kalian yang gila itu,"Dia mencoba bernegosiasi dengan kedua suaminya yang hampir gila. Dia menutupi semua tubuhnya. Menjauh dari kedua suaminya yang sudah sangat terlihat terbakar. "Kalau kau yang meminta kami. Aku yang duluan
Flashback beberapa bulan setelah kepergiannya Dominique.John masih saja mencari istri dari tuannya itu kemana pun. Sudah tiga bulan dia mencarinya. Namun, Dominique seolah di telan bumi. Tidak ada kabar dan berita apa pun. Hari ini dia memutuskan untuk mencari Dominique kembali pada Shopie. Teman baiknya. Dia masih merasa yakin kalau istri dari tuannya itu oasti memberikan kabarnya pada gadis itu.Siang itu matahari bersinar dengan sangat terik. Hingga membuat tubuh yang terkena langsung tersengat oleh panasnya. Mobil John melipir pada alamat yang di dapatnya dari informan yang dia perintahkan. Karena Shopie sudah di pindahkan tempat tinggal oleh Willy setelah peristiwa pertengkaran terakhirnya di kamar kecil yang menegangkan itu. Baku tembak tak bisa terelakkan oleh mereka. Hingga membuat kamar kecil yang di sewanya berantakan."Copet jangan lari!" teriaknya.BughDia menabrak seseorang di hadapannya hingga membuatnya tersungkur di jalan. Tas yang di pegangnya pun terhempas. Orang