"Ehem!" Haiden berdahem."Sudah aku kenyang," ucap Dominique menolak suapan Justin karena mendengar kode murka dari Haiden."Kau baru makan sedikit apa kau sedang sakit sampai tidak selera makan?" Ucap Justin menatap mata Dominique yang terus berusaha menghindarinya."Aku tidak apa-apa. Terima kasih. Aku mau pulang saja!""Oke aku antarkan!" Justin langsung berdiri dan akan menggeser kursi yang sedang Dominique duduki."Dia datang bersamaku dan sudah pasti akan pulang denganku." Haiden yang tidak mau kalah langsung menarik tangan Dominique ke pelukannya."Ideen sudah, aku sungguh lelah," lirih Dominique memelas dipelukan Haiden."Kau dengar sebaiknya kau pergi dan jauhi Dominique," ucap Haiden sambil memicingkan matanya dengan tajam kepada Justin."Kau tak berhak melarangku. Dominique kekasihku. Dan ini area pribadiku bukan pekerjaan kau sebaiknya bertindak secara profesional!" Justin yang tidak mau kalah adu argumen dengan Haiden.Mata Dominique melirik Justin yang terus menatapnya
Ponsel Justin berdering dia segera mengangkat telpon saat melihat nomor yang tertera dalam layar."Tuan kapan anda akan pulang?" suara dari sebrang telpon."Tidak lama lagi tolong kau persiapkan semuanya. Kau sudah dapatkan apa yang aku minta""Sudah Tuan apa perlu saya kirimkan sekarang atau ...,""Tidak perlu. Malam ini aku kesana.""Baik Tuan. Saya tunggu kedatangan anda" Justin menutup telpon tangannya mengepal dengan erat.Dominique terbangun dari tidurnya dia merasakan kembali sakit di seluruh tubuh dan perut lapar. 'Akh sakit sekali. Dasar serigala buas bagaimana aku bisa lolos darinya. Aku harus mencari alasan agar bisa keluar dari tempat ini.' Dominique berjalan pelan ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan saat keluar kamar mandi ponselnya berdering."Iya bu Nat," sahut Dominique duduk dipinggir ranjang dan masih mengenakan handuk mandinya."Domi boleh ibu minta tolong undur cutimu ya, soalnya Mita dan Ajeng sedang sakit jadi ibu kurang personil."'Huh, tahu-tahu aku suda
Justin menghentikan motornya di persimpangan jalan sebuah mobil telah menunggunya disana pintu mobil terbuka seseorang bersetelan jas dan berbadan tegap keluar,"Tuan," sapanya membungkuk memberi hormat kepada Justin."Mana yang kuminta, Jack." Orang yang bernama Jack tadi mengeluarkan amplop dari dalam jas dan memberikan kepada Justin."Kapan anda akan pulang Tuan, tuan besar dan nyonya akan segera kembali""Entahlah seperti ada perubahan rencana," ucap Justin saat melihat isi amplop yang diberikan Jack tadi."Sepertinya kali ini tuan dan nyonya besar akan kembali bersama nona Monica""Huh mereka masih saja mengatur hidupku. Beritahu aku kalau mereka kembali""Baik Tuan""Oke aku pergi dulu terima kasih Jack" motor Justin pun menghilang dari pandangan Jack.Dominique mondar mandir didalam kamar dia memikirkan caranya lolos dari jebakan brutal Haiden. Malam ini dia tidak ingin jadi santapan buas Haiden."Kau belum mengganti pakaianmu?" Haiden membuat Dominique melompat karena tiba-tib
Justin mendorong tubuh Dominique hingga ke tembok matanya tak luput melihat bibir Dominique yang menonjol bekas gigitan Haiden,"Katakan padaku pernahkah kau menyukaiku? Lalu apa semua perlakuanmu padaku pernah tulus. Pernahkah sekali saja dihatimu mencintaiku?" Justin memburu dan menatap tajam Dominique dengan pertanyaan sambil tangannya menyentuh bibir Dominique yang ada bekas gigitan.Dominique memalingkan wajahnya hatinya masih tak sanggup menatap mata Justin. Bagaimanapun dilubuk hati Dominique terdalam dia masih sangat menyukai Justin, namun itu tidak dapat dia lakukan, dia tidak ingin Justin ataupun dirinya terluka lebih dalam karena ulah Haiden."sudah, aku tidak ingin membahas ini lagi anggap saja tidak pernah terjadi. Kau pantas mendapatkan yang lebih baik dariku," hati Dominique bergetar rasanya dia ingin sekali berlari ke pelukan Justin memeluknya dengan erat dan tak melepaskannya. 'Maafkan aku Justin'. "Hah begitu mudah sekali kau berkata apa sedikitpun hatimu tidak pern
Haiden tidak sabaran langsung menghampiri mereka,"Kau tuli, Domi!" Mata Haiden mendelik tajam kepada Dominique."Bu-bukan begitu Iden," mata Haiden tambah membulat lebar."Dia mau makan siang denganku sebaiknya kau pergi," Justin yang langsung mengusir Haiden."Apa hakmu, dia ...,""Dia pacar-ku," Justin langsung memotong ucapan Haiden secara terang-terangan tidak mau kalah lagi oleh Haiden."Kau!!" Haiden tambah bertanduk dua."Kau yang mencurinya dariku jadi jangan salahkan aku, dia seharusnya bersamaku." Justin tegas menjawab, menantang emosi Haiden yang seperti ingin membunuh orang."Stop!" Dominique sudah berada ditengah-tengah mereka, "Aku lapar kalau kalian masih mau bertengkar jangan libatkan aku!" Dominique yang mulai kesal dengan tingkah kedua lelaki dihadapannya.Justin melepaskan perlahan gengaman tangannya, Dominique pergi dari hadapan mereka mengikuti intruksi perutnya yang sudah tidak tertahan. 'Huh andai saja aku bisa melarikan diri dari mereka aku sangat lelah'. B
Dominique tidak menjawab, wajahnya sudah seperti udang rebus. Malu."Sudah jangan bercanda lagi," Dominique mengalihkan pembicaraan."Kenapa?Kau Malu?Memang apa yang bisa kau sembunyikan, semua sudah aku lihat dan coba!" Dominique segera menutup mulut Haiden dengan tangannya.Haiden meraih tangan Dominique dan mengecup keningnya, "Tolong jangan bermain lagi dengan pria brengsek itu, aku percaya padamu Domi,dan dihatiku ini hanya kamu seorang,wanita yang kucintai," mata Dominique berkaca-kaca dengan pernyataan cinta Haiden yang begitu tulus.Dominique hanya tersenyum miris, dia belum bisa membayangkan apa yang akan Haiden lakukan kalau dia tahu Justin menciumnya kemarin.Dominique berbalik badan, bangun dan duduk di tepi ranjang,"Iden, jangan marah. Kau kan tahu perasaanku padamu, aku masih belum," Dominique menggantungkan ucapannya. "Tapi kau istriku sekarang, besok dan nanti itu tidak akan pernah berubah!" Haiden tidak ingin mendengar penolakan dari Dominique yang duduk di sampin
Haiden terus mondar-mandir, dia kesal melihat Dominique dan Justin yang lahap makan nasi uduk semur jengkol."Aku mau makan semur jengkol siang ini," ledek Dominique sambil melirik wajah Haiden yang sudah kesal setengah mati terhadapnya."Baik, ayok kita belanja, nanti aku yang akan memasak khusus untuk-mu," sahut Justin bersemangat tak kalah memprovokasi Haiden."No, no, no. Tidak aku bilang tidak, kau jangan aneh-aneh Dominique!" hardik Haiden panik karena sangat tidak menyukai dengan baunya."Ya sudah, kalau begitu izinkan aku pulang, biar aku masak di kontrakan-ku," Dominique tidak sabar merasa berhasil dengan idenya. 'Ayolah Haiden, katakan ia ...'"No, no, no!" Haiden berkacak pinggang tetap menggelangkan kepala, "Kau gila Domi, kau lebih memilih jengkol daripada suami-mu ini, hah!" Haiden tidak terima kali ini harus kalah dengan jengkol. 'Dasar Jengkol sialan, bisa-bisa dia menjadi penghalang antara aku dan Dominique.'"Iya, memang kenapa?" Dominique beranjak dari duduknya mend
Setelah menghabiskan makan siang, Dominique mengambil alih tugas mencuci piring, Justin pun ikut membantu yang tidak ingin hilang kesempatan untuk makin dekat dengan Dominique."Jadi, setelah ini kita mau kemana Tuan Putri?" Dominique tersipu malu saat mendengar sapaan Justin disela mereka mencuci piring,"Uhmm, bagaimana kalau kita pergi nonton, sepertinya seru," ide tiba-tiba yang tercetus dari mulut Dominique."Siap, laksanakan!" Justin yang memberi hormat seperti seorang tentara.Baru saja mereka beberapa langkah keluar dari pintu, ponsel Justin berbunyi Justin terus mengacuhkan, namun tetap terus berbunyi,"Angkatlah, siapa tahu ada hal yang penting," Dominique menghentikan langkahnya saat mendekati motor Justin.Justin merogoh saku melihat nomor yang memanggil, seketika wajah Justin berubah, berbalik, menjauh dari Dominique saat mengangkat telponnya. Wajahnya Justin berubah murung saat menghampiri Dominique, "Ada masalah?" tanya Dominique penasaran saat melihat air muka Justin