KURA-KURA raksasa itu tengah melayang pesat ke arah utara dan siap menukik menuju satu kawasan di mana terletak sebuah goa disebut Goa Pualam Pamerah. Mendadak binatang ini keluarkan suara menguik keras. Di bawah sana, dari kelebatan rimba belantara tiba-tiba melesat satu cahaya putih. Kalau saja penunggangnya tidak cepat bertindak, menarik kepala kura-kura ke belakang niscaya kepala binatang itu akan hancur!
"Ada pembokong jahat di dalam rimba!” kata si penunggang kura-kura raksasa dengan rahang menggembung dan mata melotot tak berkesip. Dia adalah seorang gadis berparas cantik, rambut digulung di atas kepala, mengenakan pakaian berwarna Jingga. Gadis ini rundukkan kepalanya lalu berbisik pada binatang tunggangannya. ”Paecoklat, lekas kau melayang turun ke arah timur lalu berbalik dan terbang ke jurusan datangnya cahaya serangan tadi.”
Seolah mengerti kura-kura raksasa bernama Paecoklat itu kepakkan sayapnya demikian rupa hingga tubuhnya berputar ke
"Gadis binal tukang rayu! Aku kembalikan hadiah yang pernah kau berikan tempo hari!” Dewi Awan Putih berseru keras. Lalu "plaaakk!” Satu tamparan keras mendarat di pipi kanan Ruhjelita. Gadis ini terpekik dan jatuh terduduk di tanah! Darah berlelehan dari sudut bibirnya yang pecah. Pemandangannya sesaat ber-kunang-kunang. Tiba-tiba didahului suara menggembor Ruhjelita melompat bangkit. Dua kakinya dikembangkan dan sedikit menekuk. Mulutnya komat-kamit sementara tangan kanannya yang diangkat ke atas diputar ke kanan. Angin sedahsyat puting beliung dan memancarkan sinar merah menderu keluar dari telapak tangan Ruhjelita, membuat Dewi Awan Putih tersentak kaget."Pukulan Mengelupas Puncak Langit Mengeruk Kerak Bumi”teriak Dewi Awan Putih. ”Dari mana kau dapatkan ilmu itu kalau bukan dari Jin Muka Seribu!""Dari mana aku dapatkan boleh kau tanyakan pada setan di neraka langit ketujuh!” jawab Ruhjelita lalu tertawa bergelak.Dewi Awan Pu
"Bintang, jangan percaya ucapannya!” kata Dewi Awan Putih setengah berteriak.” Walau hatiku memang sakit menerima perlakuannya namun tidak ada niat untuk membunuhnya, apa lagi secara membokong! Aku hanya ingin memberi peringatan pada gadis ini agar dia tidak bicara, bertingkah dan berbuat sembarangan! Ternyata sampai saat ini dia masih saja pandai bermanis mulut padahal diam-diam dia menebar bisa kejahatan di mana-mana!"Ruhjelita tertawa. ”Mudah-mudahan pemuda sahabatku ini mau percaya akan apa yang kau ucapkan. Hai, mengapa tidak kau katakan sekalian padanya bahwa kau tengah mencari-cari dirinya? Padahal seperti yang aku katakan padamu, dia bukan suami bukan pula kekasihmu!"Bintang jadi heran mendengar kata-kata Ruhjelita itu. Dilihatnya wajah Dewi Awan Putih menjadi merah. Sebenarnya dia punya banyak pertanyaan pada dua orang gadis itu tapi karena mereka saling berperang mulut pendekar kita hanya bisa geleng-geleng kepala."Dia memang bukan
Bintang memandang pada Ruhjelita. Dia hendak menarik tangannya tapi pegangan Ruhjelita justru tambah kuat sementara senyum dan kerling matanya tambah memikat "Bintang. ”Kata Ruhjelita setengah berbisik.” Tidak ada gunanya bicara dengan Dewi jahat ini. Ayo kita pergi saja dari sini ""Hai! Kau yang membuka pangkal cerita berbisa. Ketika bisa itu hendak berbalik menerkam dirimu kau buru-buru hendak tinggalkan tempat ini. Kau merasa takut kini Ruhjelita?""Dewi busuk! Siapa takutkan dirimu!” bentak Ruhjelita dengan mata membelalang.Dewi Awan Putih tersenyum. ”Kau memang gadis pemberani. Terutama pada lelaki. Kau memang tidak takut padaku. Tapi kau takut kalau kedokmu terbuka sendiri!""Bagaimana ini!” ujar Bintang. Dia memandang pada dua gadis itu berganti-ganti."Jangan bingung sendiri Hai pemuda asing,” ujar Dewi Awan Putih pula. ”Jawab saja pertanyaanku tadi. Nanti kau akan tahu apa yang sebenarnya terjadi
Ruhjelita kelihatan sangat kecewa."Tak apa. Aku tahu kau mencurigai diriku. Kau telah termakan ucapan Dewi jahat itu. Kuharap satu waktu kau akan sadar. Di balik wajahnya yang cantik itu ada maksud busuk yang akan mencelakai dirimu. Di balik sinar matanya yang biru bagus itu ada kobaran api yang akan membakarmu. ”Dengan wajah sedih Ruhjelita memutar tubuhnya. Ketika dia hendak melangkah pergi tiba-tiba ada dua sosok bayangan berkelebat. Ruhjelita tampak kaget. Dewi Awan Putih tak kalah kejutnya tapi masih mampu berlaku tenang.Sebaliknya Bintang tegak terheran-heran.”Ruhjelita, kau memang harus segera meninggalkan tempat ini!” Tiba-tiba salah seorang yang barusan berkelebat muncul berkata. ”Jin Muka Seribu sudah sejak lama mencarimu!"Ruhjelita pandangi orang yang bicara padanya itu sesaat lalu berkata. ”Kemana aku mau pergi adalah urusanku sendiri.”"Hai! Aku khawatir Jin Muka Seribu tak sedap makan tak nyenya
"Ha... ha... ha!” Kakek mata picak tertawa. Lalu membentak. ”Sekarang agar kawanku Si Pahidungbesar memberi sedikit pengampunan dan mencabut nyawamu secara enak, lekas kau beri tahu di mana dua kawanmu berada!""Makhluk-makhluk geblek!” maki Bintang. ”Aku sudah bersumpah untuk membunuh Jin Muka Seribu! Karena kalian kaki tangannya ada baiknya kalian kutumpas lebih dulu!""Hai sombongnya!” kata kakek mata picak."Hai! Kau majulah! Biar kuremas hidung cendawanmu sampai hancur!” Mengejek Bintang. Membuat Pahidungbesar keluarkan suara menggeram marah.Dewi Awan Putih mendekati Bintang dan cepat berbisik. ”Jangan kau anggap enteng mereka. Yang barusan kau tantang memiliki kepandaian hampir setingkat kakekku Jin Tangan Seribu""Apa?” ujar Bintang terkesiap kaget."Si botak itu sangat tinggi ilmunya. Kakek yang picak itu bernama Papicakkanan. Ilmunya sulit dijajagi. Tapi yang sangat berbahaya adalah k
"Sialan, sebentar lagi kubanting kau sampai remuk!” kata Bintang dalam hati. Dia kerahkan tenaga habis-habisan. Sosok Pahidungbesar terangkat tapi cuma setengah jengkal. Dan saat itu dari tubuh sebelah bawah Bintang tiba-tiba saja keluar angin yang bersuara nyaring."Bruuuttt!""Brengsek! Mengapa aku sampai kentut!” Bintang memaki diri sendiri.Papicakkanan tertawa mengekeh."Bangsat kurang ajar!” Pahidungbesar meludah dan memaki karena angin yang keluar dari bagian bawah si pemuda menyambar hidungnya dan baunya membuat dia mau muntah. Tiba-tiba kakek ini membuat gerakan aneh. Tahu-tahu kini Bintanglah yang dicekalnya, ditarik ke atas bahu lalu "braakk!” Bintang dibantingnya ke tanah!-o0o-Untuk sesaat lamanya pemandangan Bintang jadi berkunang-kunang. Tulang punggung serasa hancur. Selagi dia tidak berdaya seperti itu tiba-tiba Papicakkanan melompat dan hunjamkan kaki kanannya ke dada Bintang!"
"Pergi saja cepat! Pemuda otak miring ini biar aku dan Pasulingmaut yang membereskan!” menjawab Papicakkanan.Pahidungbesar cepat berkelebat namun gerakannya tertahan karena di hadapannya telah menghadang Bintang."Tua bangka jahanam berhidung besar! Kau mem-buat aku nekad!” Habis membentak Bintang langsung saja hantamkan tangan kanannya.Sinar putih menyilaukan berkiblat. Hawa dingin menerpa Seantero tempat. Beberapa mulut keluarkan teriakan kaget. Orang di atas pohon tersentak!"Pemuda gila! Walaupun dia berhasil membunuh kakek itu, apa dia tidak sadar pukulannya juga akan menghabisi Dewi Awan Putih?!” Orang di atas pohon serta merta melompat turun sambil tangan kanannya dipukulkan ke bawah. Namun lagi-lagi gerakannya tertahan karena tiba-tiba kakek yang ada di atas dukungan Papicakkanan dan sejak tadi asyik terus meniup suling tengkoraknya, mendadak cabut suling tengkoraknya lalu disapukan ke bawah! Asap hitam menggebubu keluar dari s
Sreg! Sreg! Sreg! Sreg! Sreg!Saat Bintang memutar menyilang pedang belati itu didepan tubuhnya, tiba-tiba saja bilah pedang itu memanjang hingga membentuk ukuran pedang pada umumnya. Kini wujud seseorang yang tengah memegang pedang itu semakin kontras terlihat seiring dengan memanjangnya pedang tersebut. Begitu tenaga dalam disalurkan ke Pedang Pilar Bumi, Bintang langsung membabat."Pemuda tolol! Mempergunakan senjata sakti itu sudah betul! Tapi dia masih saja mengerahkan tenaga dalam!” Orang bermuka tanah liat hitam memaki sendiri melihat apa yang dilakukan Bintang. Ucapan itu terdengar di balik serumpunan semak belukar.Seperti ada petir menghantam bumi, rimba belantara itu sesaat terang benderang. Tanah terbongkar. Nyala api disertai gulungan asap hitam menggebu.Pedang Pilar Bumi terlepas dari tangan Bintang. Di atas bahu kawannya kakek berambut putih kembali meniup."Wussss!"Semburan asap hitam menyambar ke arah Bintang y