Di atas awan putih, gadis cantik yang dipanggil dengan nama Dewi Awan Putih mengulum senyum”Jin Muka Seribu! Berbilang hari berbilang minggu. Berbilang bulan berbilang tahun! Sudah berapa kali aku memberi peringatan padamu agar merubah diri dan jalan hidup! Agar merubah pekerti dan perbuatan! Tapi semua himbauan itu tidak kau dengarkan! Kau punya delapan telinga! Tapi seolah tuli! Kau punya delapan mata tapi seperti buta! Di usiamu yang sudah ratusan tahun ini kau masih saja berbuat Jahat. Menimbulkan bencana dan aniaya bagi orang- orang tak berdosa. Dengan kehebatan ilmumu kau memperalat orang lain untuk menimbulkan malapetaka! Setiap tarikan nafasmu kau selalu mengagulkan nama besarmu sebagai Jin Segala Keji, Segala Tipu Segala Nafsu! Para Dewa dan para Dewi telah cukup sabar. Apa yang aku lakukan malam ini merupakan satu peringatan kecil bagimu! Aku telah melakukan atas perintah Bunda Dewi, Simpul Agung Segala Dewi, Dewi Junjungan Dari Segala Junjungan! Mereka tidak mau mel
Mata biasa termasuk mata Dewi Awan Putih sekalipun tak dapat menerobos kegelapan malam. Apalagi sekitar tepian telaga sebelah timur penuh ditumbuhi semak belukar dan pohon-pohon besar. Namun mata Zeus si awan putih yang sudah berubah hitam tak bisa ditipu. Tunggangan Awan hitam ini walaupun dalam kelam masih sanggup melihat dari ketinggian puluhan tombak. Begitu melihat sosok Jin Muka Seribu yang berkelebat ka arah tenggara, Zeus cepat mengejar. Namun sosoknya tidak memungkinkan untuk terbang rendah, melayang menerobos kerapatan pepohonan.Tahu dirinya dikejar, Jin Muka Seribu percepat larinya dan sengaja memilih jalan yang gelap serta penuh pepohonan. Di satu tempat dia lari memutar maksudnya hendak menipu awan pengejar. Tapi tak berhasil. Begitu sempat melihat bayangan sosok tubuh yang yang dikejarnya di bawah sana, Zeus menukik. Lima tombak dari sosok Jin Muka Seribu, Zeus gerakkan kepala dan mulutnya. Sekali bergerak tubuh Jin Muka Seribu masuk ke dalam japitan mulutnya.
"Baiknya jangan kau beri tahu," bisik Bayu."Kalau dia berhasil menolong lima gadis itu, paling-paling dia yang bakal dapat puji sanjungan. Kita tetap begini saja!""Betul," ikut berbisik Arya”Biar kita saja yang melakukan.""Kalian sama saja konyolnya!" ujar Bintang. Lalu pada Maithatarun dia memberi tahu agar lelaki itu memijat urat besar di sebelah kiri atau kanan leher kelima gadis. Setelah mengalirkan tenaga dalamnya ke tubuh lima gadis itu, seperti yang dikatakan Bintang, Maithatarun lalu memijat urat besar di leher mereka.Satu persatu mereka sadarkan diri. Setelah memandang berkeliling, dengan terheran-heran mereka menatap Maithatarun."Orang gagah berkaki batu," kata gadis berkulit Hitam manis”Bagaimana kami bisa berada di tempat ini, Kau siapa...?""Bagaimana kalian berada di tempat ini mana aku tau. Kailan berlima kutemukan tergeletak pingsan. Coba kalian ingat-ingat. Apa yang terjadi sebelumnya dengan kalian. Dan kau ga
"Apakah tak ada seorangpun yang mau menjawab pertanyaanku?” Gadis di atas awan putih yang mengapung di udara kembali bertanya. Matanya yang biru Memandang tajam ke bawah. Dia menatap wajah dan sosok Maithatarun. Lalu dia juga melihat sesuatu yang tak bisa dipastikan benda apa adanya yang terletak di atas bahu Maithatarun.Seperti tersadar dari sesuatu yang tidak diduga, Maithatarun cepat menjura lalu letakkan dua tangan yang dirapatkan di atas kepala."Hai! Dewi Awan Putih, Dewi Junjungan dan tercantik di tujuh lapisan langit. Mohon kau sudi menerima sembah hormat saya. Kehadiranmu sungguh tidak disangka-sangka. Itu sebabnya saya sampai lupa menjawab pertanyaan. Mohon maafmu Hai! Dewi Awan Putih. Saya yang rendah ini bernama Maithatarun dari Negeri Jin. Adapun hal ihwal yang menyangkut Jin Tangan Seribu dipertanyakan karena ada tiga orang saudara saya membutuhkan pertolongannya."Sepasang mata biru Dewi Awan Putih kembali menatap wajah dan sosok Maithataru
"Dewi Awan putih, menurut tiga saudaraku, dan setahuku sendiri, Jin Tangan Seribu selalu bersikap baik pada semua orang. Aku yakin kakek itu mau menolong tiga saudaraku. Kalau saja Dewi mau menunjukkan di mana dia berada.”"Aku tak mungkin memberitahu tanpa ijinnya” kata Dewi Awan Putih pula."Maithatarun!" teriak Bintang”Dari ucapan Dewi Awan Putih aku yakin dia tahu di mana Jin Tangan Seribu itu berada. Kau harus memaksanya. Ini kesempatan satu-satunya bagi kami untuk bisa menjadi besar seperti kalian!""Dewi Awan Putih, saya harap kau mau bermurah hati menolong tiga saudaraku ini.”"Maafkan aku Maithatarun. Saat ini aku belum bisa menjanjikan apa-apa. Entah di kemudian hari.”Bintang hentakkan kaki kanannya di atas telapak tangan Maithatarun”Maithatarun! Katakan pada Dewi itu, setahuku yang namanya Dewi bersifat murah hati, penuh hasrat menolong. Dewi yang satu ini Dewi sungguhan atau apa?”
Di Atas awan putih, Dewi Awan Putih luruskan jari telunjuk tangan kanannya. Jari ini diarahkan pada telapak tangan Maithatarun di atas mana Bintang dan dua kawannya berada. Ketika jari tangan itu tergetar terjadilah satu hal yang luar biasa. Seperti tersedot tubuh Bintang melesat ke atas. Belum sempat sang pendekar sadar apa yang terjadi tahu-tahu dirinya sudah berada di atas telapak tangan kiri Dewi Awan Putih.Untuk beberapa lamanya sepasang mata biru sang Dewi menatap memperhatikan sosok Bintang yang hanya sebesar jari kelingking itu. Melihat keadaan Bintang se- dekat dan sejelas itu, sikap Dewi Awan Putih yang semula tidak acuh kini jadi berubah."Hai!, rupanya orang ini masih muda belia. Wajahnya cakap. Ternyata dia lebih gagah dari Maithatarun. Murah senyum. Kulitnya bersih. Tubuhnya penuh otot Heh... ada rajah Bintang di pertengahan dadanya. Pakaiannya walau dekil tapi bukan terbuat dari kulit kayu atau dedaunan seperti yang dimiliki orang-orang di Negeri Jin. S
"Hai! Maithatarun, aku akan membawa tiga saudaramu ini ke satu tempat. Kau menyusul dengan kuda kaki enammu. Turuti arah matahari terbenam hingga akhirnya kau menemukan sebuah sungai bercabang dua. Berhenti di cabang sungai sampai kau mendapat petunjuk lebih lanjut. Tapi ada satu hal harus kau ingat Hai! Maithatarun. Hindari pertemuan dengan Ruhjelita di Goa Pualam Pamerah!"Rupanya Dewi Awan Putih telah sempat mendengar ucapan Ruhjelita tentang rencana pertemuan di satu goa bernama Pualam Pamerah."Saya... saya akan perhatikan apa yang kau katakan Hai! Dewi Awan Putih," ujar Maithatarun pula.Sesaat awan putih dan penunggangnya lenyap di udara. Maithatarun segera melangkah ke tempat dia meninggalkan Kuda berkaki enam. Namun baru menindak dua langkah tiba-tiba lima gadis cantik menghadang langkahnya. Mereka ternyata adalah Ruhtinti dan empat gadis yang berasal dari tempat kediaman Jin Muka Seribu.Maithatarun hampir lupa kalau mereka masih ada di situ&rdq
"Kosong, tak ada orang tak ada apapun. Jangan- jangan gadis itu menipuku. Atau mungkin ini satu jebakan? Atau bisa jadi dia belum sampai di tempat ini.” Pikir Maithatarun. Dia dudukkan diri di lantai batu.Menunggu sesaat sambil mengeringkan rambut dan badannya yang basah. Setelah duduk cukup lama Maithatarun jadi kesal. Di luar goa tidak terdengar lagi suara menderu pertanda hujan telah reda. Maithatarun bangkit berdiri. Ketika dia hendak melangkah meninggalkan ruangan itu tiba-tiba di atasnya ada suara berdesir. Memandang ke atas Maithatarun terkejut. Se- bagian langit-langit batu dilihatnya bergerak turun. Langit-langit yang turun ini berbentuk sebuah tonggak empat persegi panjang setinggi dua tombak. Di atas tonggak batu ini tegak berdiri sosok gadis cantik berpakaian jingga. Sebelumnya Maithatarun melihat ram- butnya tergulung. Kini rambut gadis itu tergerai lepas menutupi bagian dadanya. Kalau saja rambut itu tidak menjulai di depan dada niscaya Maithatarun bisa m
”Jin Bara Neraka adalah murid Jin Santet Laknat. Dia telah mendapatkan satu ilmu kesaktian dahsyat bernama ‘Bara Neraka’. Itu saja sudah jadi malapetaka bagi Negeri Jin. Tapi yang sangat berbahaya ialah bahwa Jin Santet Laknat telah mencuci otak lelaki itu. Menjadikannya budak kekuasaannya dan akan melakukan apa saja yang diperintahkannya. Salah satu perintah si nenek Jin Santet Laknat adalah membunuhmu!"Berubahlah air muka Maithatarun mendengar keterangan Ruhjelita itu.”Aku pernah bertempur melawan Jin Bara Neraka ketika dia hendak membunuh Ruhsantini istrinya sendiri. Bunda Dewi turun tangan hingga lelaki itu menerima hukuman mengerikan. Dia lenyap entah kemana. Tapi aku tidak pernah mengira kalau Jin Santet Laknat juga memberi perintah padanya untuk membunuhku!""Antara kau dan Jin Santet Laknat pasti ada satu silang sengketa besar. Coba kau ingat-ingat.”Maithatarun pandangi wajah cantik jelita di sampingnya. Yang dipa