"Dewi Awan putih, menurut tiga saudaraku, dan setahuku sendiri, Jin Tangan Seribu selalu bersikap baik pada semua orang. Aku yakin kakek itu mau menolong tiga saudaraku. Kalau saja Dewi mau menunjukkan di mana dia berada.”
"Aku tak mungkin memberitahu tanpa ijinnya” kata Dewi Awan Putih pula.
"Maithatarun!" teriak Bintang”Dari ucapan Dewi Awan Putih aku yakin dia tahu di mana Jin Tangan Seribu itu berada. Kau harus memaksanya. Ini kesempatan satu-satunya bagi kami untuk bisa menjadi besar seperti kalian!"
"Dewi Awan Putih, saya harap kau mau bermurah hati menolong tiga saudaraku ini.”
"Maafkan aku Maithatarun. Saat ini aku belum bisa menjanjikan apa-apa. Entah di kemudian hari.”
Bintang hentakkan kaki kanannya di atas telapak tangan Maithatarun”Maithatarun! Katakan pada Dewi itu, setahuku yang namanya Dewi bersifat murah hati, penuh hasrat menolong. Dewi yang satu ini Dewi sungguhan atau apa?”
Di Atas awan putih, Dewi Awan Putih luruskan jari telunjuk tangan kanannya. Jari ini diarahkan pada telapak tangan Maithatarun di atas mana Bintang dan dua kawannya berada. Ketika jari tangan itu tergetar terjadilah satu hal yang luar biasa. Seperti tersedot tubuh Bintang melesat ke atas. Belum sempat sang pendekar sadar apa yang terjadi tahu-tahu dirinya sudah berada di atas telapak tangan kiri Dewi Awan Putih.Untuk beberapa lamanya sepasang mata biru sang Dewi menatap memperhatikan sosok Bintang yang hanya sebesar jari kelingking itu. Melihat keadaan Bintang se- dekat dan sejelas itu, sikap Dewi Awan Putih yang semula tidak acuh kini jadi berubah."Hai!, rupanya orang ini masih muda belia. Wajahnya cakap. Ternyata dia lebih gagah dari Maithatarun. Murah senyum. Kulitnya bersih. Tubuhnya penuh otot Heh... ada rajah Bintang di pertengahan dadanya. Pakaiannya walau dekil tapi bukan terbuat dari kulit kayu atau dedaunan seperti yang dimiliki orang-orang di Negeri Jin. S
"Hai! Maithatarun, aku akan membawa tiga saudaramu ini ke satu tempat. Kau menyusul dengan kuda kaki enammu. Turuti arah matahari terbenam hingga akhirnya kau menemukan sebuah sungai bercabang dua. Berhenti di cabang sungai sampai kau mendapat petunjuk lebih lanjut. Tapi ada satu hal harus kau ingat Hai! Maithatarun. Hindari pertemuan dengan Ruhjelita di Goa Pualam Pamerah!"Rupanya Dewi Awan Putih telah sempat mendengar ucapan Ruhjelita tentang rencana pertemuan di satu goa bernama Pualam Pamerah."Saya... saya akan perhatikan apa yang kau katakan Hai! Dewi Awan Putih," ujar Maithatarun pula.Sesaat awan putih dan penunggangnya lenyap di udara. Maithatarun segera melangkah ke tempat dia meninggalkan Kuda berkaki enam. Namun baru menindak dua langkah tiba-tiba lima gadis cantik menghadang langkahnya. Mereka ternyata adalah Ruhtinti dan empat gadis yang berasal dari tempat kediaman Jin Muka Seribu.Maithatarun hampir lupa kalau mereka masih ada di situ&rdq
"Kosong, tak ada orang tak ada apapun. Jangan- jangan gadis itu menipuku. Atau mungkin ini satu jebakan? Atau bisa jadi dia belum sampai di tempat ini.” Pikir Maithatarun. Dia dudukkan diri di lantai batu.Menunggu sesaat sambil mengeringkan rambut dan badannya yang basah. Setelah duduk cukup lama Maithatarun jadi kesal. Di luar goa tidak terdengar lagi suara menderu pertanda hujan telah reda. Maithatarun bangkit berdiri. Ketika dia hendak melangkah meninggalkan ruangan itu tiba-tiba di atasnya ada suara berdesir. Memandang ke atas Maithatarun terkejut. Se- bagian langit-langit batu dilihatnya bergerak turun. Langit-langit yang turun ini berbentuk sebuah tonggak empat persegi panjang setinggi dua tombak. Di atas tonggak batu ini tegak berdiri sosok gadis cantik berpakaian jingga. Sebelumnya Maithatarun melihat ram- butnya tergulung. Kini rambut gadis itu tergerai lepas menutupi bagian dadanya. Kalau saja rambut itu tidak menjulai di depan dada niscaya Maithatarun bisa m
”Jin Bara Neraka adalah murid Jin Santet Laknat. Dia telah mendapatkan satu ilmu kesaktian dahsyat bernama ‘Bara Neraka’. Itu saja sudah jadi malapetaka bagi Negeri Jin. Tapi yang sangat berbahaya ialah bahwa Jin Santet Laknat telah mencuci otak lelaki itu. Menjadikannya budak kekuasaannya dan akan melakukan apa saja yang diperintahkannya. Salah satu perintah si nenek Jin Santet Laknat adalah membunuhmu!"Berubahlah air muka Maithatarun mendengar keterangan Ruhjelita itu.”Aku pernah bertempur melawan Jin Bara Neraka ketika dia hendak membunuh Ruhsantini istrinya sendiri. Bunda Dewi turun tangan hingga lelaki itu menerima hukuman mengerikan. Dia lenyap entah kemana. Tapi aku tidak pernah mengira kalau Jin Santet Laknat juga memberi perintah padanya untuk membunuhku!""Antara kau dan Jin Santet Laknat pasti ada satu silang sengketa besar. Coba kau ingat-ingat.”Maithatarun pandangi wajah cantik jelita di sampingnya. Yang dipa
BINTANG dan Bayu gamang ketakutan setengah mati dibawa terbang awan putih. Arya tergeletak pucat seperti mau pingsan. Saat itu ketiganya berada dalam gulungan kain putih tipis di pinggang Dewi Awan Putih. Ketiganya tak berani memandang kebawah padahal pemandangan dari ketinggian seperti itu indah sekali."Mau dibawa kemana kita ini.” Arya tiba-tiba bersuara."Diam sajalah.” menyahuti Bayu.”Bukankah kau ingin buru-buru kembali ke Tanah Jawa? Dewi yang membawa kita berniat hendak menolong kau masih saja banyak tanyai"Terbang membumbung tinggi di udara beberapa lamanya Zeus akhirnya turun merendah. Mereka melewati beberapa gugusan bukit-bukit yang tertutup hutan lebat, melayang di atas sebuah sungai besar lalu turun di samping satu bukit batu terjal di atas mana terdapat lima buah air terjun.Dari samping batu itu ada satu tangga menuju ke bawah. Dewi Awan Putih periksa gulungan pakaian di pinggangnya. Bintang dan kawan-kawannya tampak ter
Hati Bintang jadi tidak enak mendengar kata-kata Arya itu. Memang kalau dipikirnya bukan mustahil hal seperti itu bisa saja terjadi. Namun ketika pandangan matanya membentur gambar Rajawali Bayu yang ada di dada Bayu maka dia menjawab tenang.”Sewaktu di Tanah Jawa dulu kakek itu takut setengah mati dan tunduk pada Bayu karena Roh Rajawali yang keluar dari badannya. Kita bisa andalkan ilmu kepandaian Bayu itu untuk menghadapi Jin Tangan Seribu jika dia memang nanti berniat jahat hendak membunuh kita."Dewi Awan Putih berdiri tak bergerak di hadapan orang tua yang asyik meniup suling itu. Dia tidak berani mengganggu keasyikan orang maka dia berdiri saja menunggu sampai si kakek selesai meniup sulingnya. Hal itu diketahui oleh Bintang dan kawan-kawannya.Mungkin mereka terpaksa menunggu agak lama. Tapi cepat atau lambat akhirnya kakek itu pasti akan menyudahi permainannya.Ternyata Jin Tangan Seribu baru menghentikan tiupan sulingnya hampir tengah hari. Padah
Bintang teruskan ucapannya yang terpotong.”Ke- tahuilah, jika ada yang harus disingkir dihabisi orangnya adalah Jin Muka Seribu. Makhluk itu telah menjadikan kakekmu sebagai budak suruhannya! Jin Muka Seribu menugaskan kakekmu pergi ke dunia kami untuk mencari sebuah batu sakti bernama Cincin berbatu hijau. Sekaligus dia juga ditugaskan membunuh kami bertiga. Kebetulan batu sakti itu memang ada pada salah satu dari kami. Tapi kakekmu gagal mendapatkannya. Dia kembali bukan saja dengan berhampa tangan tapi hampir tewas di tangan kawanku Bayu ini. Kalau saja dia tidak berbaik hati berbudi luhur mungkin kakekmu sudah dibunuhnya!""Kami meminta tolong kakekmu sekarang bukan sebagai imbalan pengampunan itu!" Bayu kembali bicara. Saat itu kelihatan muka Jin Tangan Seribu menjadi sangat merah."Dewi Awan Putih," Bintang lanjutkan lagi kata-katanya.”Aku kasihan pada kakekmu. Saking takutnya pada Jin Muka Seribu dia sampai sembunyikan diri di tempat ini. Apakah dia
Sesaat Jin Tangan Seribu terdiam. Membuat Bintang dan dua kawannya jadi berdebar dan tak sabar menunggu jawaban."Hal itu hanya bisa kulakukan jika diizinkan oleh Ratu Dewi dan dia sendiri menyaksikan upacara permohonan itu..." jawab Jin Tangan Seribu.”Siapakah Ratu Dewi itu?" tanya Bintang.”Apa sama dengan Bunda Dewi?""Ratu Dewi adalah pemimpin dari semua Dewi dan adalah atasan Bunda Dewi.”"Kakekmu tampaknya bersedia menolong. Tapi bagaimana memberi tahu dan menghadirkan Dewi Sesepuh? Apakah kau bisa membantu?" tanya Bintang pada Dewi Awan Putih.Dewi Awan Putih memandang ke langit. Saat itu matahari tengah menggelincir menuju titik tertingginya.”Waktu kita hanya sedikit. Ratu Dewi mempunyai kebiasaan melakukan sesuatu sebelum jatuh tengah hari tepat. Akan aku usahakan bicara dengan Ratu Dewi. Kuharap dia mau menolong. Aku juga akan menghubungi Bunda Dewi minta bantuannya membujuk Ratu Dewi. Ratu Dewi suka rewel