“Anak yang kau kandung itu adalah anak si jahanam bernama Pajundai itu!” kata Jin Penjunjung Roh lagi. Kembali Ruhpiranti menggeleng. “Maksud keji Pajundai mungkin akan terlaksana, malapetaka dan aib besar akan menimpa diri saya kalau saja saat itu tidak muncul secara tiba-tiba seorang pemuda gagah menolong saya. Pemuda itu menyerang Pajundai. Antara mereka terjadi perkelahian hebat selama belasan jurus. Rupanya Pajundai kalah ilmu. Dalam keadaan babak belur akhirnya dia melarikan diri. Saya mengucapkan terima kasih pada pemuda yang menolong. Mengingat dia telah menanam budi dan sikapnya sangat baik serta tulus, saya tidak menolak sewaktu dia mengatakan ingin mengantarkan saya kembali ke tempat kediaman guru. Kami sengaja mengambil jalan pintas agar bisa lekas sampai. Namun di tengah jalan kami dilanda hujan lebat yang turun terus menerus selama beberapa hari disertai banjir besar. Kami terpaksa mencari perlindungan di dalam sebuah goa di puncak bukit. Di tempat it
Wajah lelaki muda di hadapan Jin Penjunjung Roh kelihatan menjadi merah. Tanpa angkat kepalanya orang ini anggukkan kepala. “Benar Hai Ibunda. Saya bernama Patampi dan Ruhpiranti adalah istri saya. Saya datang untuk meminta maaf.”“Jangan bicara segala maaf dulu! Aku ingin menyelidik perihal dirimu! Siapa nama ibumu? Dimana dia sekarang?!”“Maafkan saya Ibunda. Saya tidak tahu siapa nama ibu saya dan dimana dia berada sekarang. Ayah tidak pernah mengatakan apa-apa.”“Lalu siapa nama ayahmu?” tanya Ruhniknik yang saat itu mendadak saja merasa dadanya sesak.“Ayah bernama Pasegara,” jawab Patampi.Dua kaki Jin Penjunjung Roh tersurut dua langkah. Dari tenggorokannya keluar suara parau. Mata kerucutnya melesat keluar lalu masuk kembali. Tubuhnya huyung.“Bunda, wajahmu pucat sekali. Apakah kau sakit Hai Bunda?” tanya Ruhpiranti sambil bangkit berdiri dan memegang lengan Ruh
“Lalu apa yang kemudian terjadi? Ruhpiranti ibu muridku ini hati gantung diri? Kau tidak tahu. Tidak berusaha mencegah nya?”“Ketika aku sadar dari pingsan, kudapati Ruhpiranti dan Patampi tak ada lagi ditempat itu. Capung sakti juga lenyap. Berarti mereka sudah kabur entah kemana. Beberapa waktu kemudian aku menyirap kabar tentang adanya mayat perempuan muda yang mati! tergantung di rimba belantara. Aku tidak begitu menaruh perhatian karena tidak akan menyangka setelah melahirkan anak Ruhpiranti kemudian mati menggantung diri. Saat itu waktuku lebih banyak tersita dalam menuntut ilmu kesaktian. Aku berhasil mendapatkan ilmu aneh dan langka seperti yang kalian lihat. Di kepalaku ada kerucut asap merah. Aku berhasil mendapatkan ilmu tetapi aku menelantarkan anak-anakku sendiri.”“Sudahlah, kau tak usah terlalu menyalahi dan menyesali diri sendiri Ruhniknik. Itu sebabnya aku t
“Sobatku, jangan kau menipu diri sendiri. Aku tahu semua kita yang ada di sini termasuk sobat kita Jin Patilandak pasti tengah mengingat membayang-bayang wajah cantik jelita gadis bernama Ruhcinta itu. Kalian jangan ada yang berpura-pura. Benar kan?”Semua yang ada di situ sama-sama tertawa lebar. “Dengar, apa kalian masih mau ketemu dengan gadis itu?”“Tentu saja mau! Tapi kita tidak tahu dia pergi kemana!” Yang menjawab Bayu. “Kalau dia suka bertemu kita, kalau tidak bagaimana?” tanya Arya.“Kalau tidak suka paling-paling tidak suka padamu!” kata Bayu pula. Membuat Arya merengut marah.“Aku bisa menduga kira-kira kemana gadis itu perginya!” kata Bintang pula seraya rangkapkan dua tangan di depan dada.“Kemana?!” Beberapa mulut bertanya hampir berbarengan.Bintang tersenyum. “Maithatarun, kau tahu rumah perempuan tukang mengawinkan orang di
“Nenek Ramahila...” tegur Ruhcinta,Yang disapa keluarkan suara bergumam lalu batuk-batuk. Ruhcinta melangkah mendekati sosok yang duduk. ternyata orang ini mengenakan sehelai kerudung kulit kayu hingga hampir seluruh wajahnya tertutup. Apalagi di dalam rumah keadaannya gelap hingga dia tidak dapat melihat jelas wajah si nenek.“Nenek Ramahila, maafkan kalau saya mengganggu dirimu. Agaknya kau dalam keadaan kurang sehat. Dengar, saya tidak akan lama. Saya.”Ruhcinta hentikan ucapannya ketika tiba-tiba si nenek keluarkan suara tawa mengekeh lalu singkapkan kerudung yang menutupi wajahnya!Terkejutlah gadis ini begitu melihat kepala dan wajah yang tersingkap itu. Dia tidak melihat wajah seorang nenek tapi satu kepala berbentuk kepala macan tutul! “Jin Tutul Seribu!” seru Ruhcinta dan cepat melompat mundur.Suara kekehan sosok di atas bangku kayu berganti dengan suara seperti macan menggereng. Makhluk ini memang buk
Meski dua teman mereka sudah terluka namun tiga lainnya masih terus menyerbu. Malah bertambah beringas dan ganas. Ruhcinta yang berkepandaian tinggi namun boleh dikatakan tidak punya pengalaman sama sekali lambat laun menjadi terdesak juga. Ketika gadis ini bersiap-siap hendak mengeluarkan ilmu kesaktian yang disebut “Tangan Dewa Merajam Bumi” yang sanggup membuat para penyerang terbanting ke tanah dan lumpuh, tiba-tiba Jin Tutul Seribu keluarkan suitan keras. Bersamaan dengan itu dia melesat ke depan seolah terbang. Empat sosok macan lainnya berguling lantai rumah.“Seettttt!”“Dess... desss... dess... dess!”Ruhcinta terpekik. Tubuhnya terjatuh ke tanah. Sebelum dia sempat menghantam tubuhnya telah jatuh tertelentang di lantai rumah. Dua tangan dan kakinya berada di dalam cekalan empat macan jejadian hingga sulit baginya untuk melepaskan diri. Kuku-kuku macan itu mencekam demikian rupa. Kalau dia bergerak sedikit saja maka a
Walau tidak memahami akan ucapan si gadis namun Maithatarun jadi terdiam. “Tidak mengerti aku sifat gadis cantik ini. Sudah dua kali orang hendak mencelakainya. Masih saja dia unjukkan sikap sabar. Setiap ucapan dan tindakannya berdasarkan kasih. Tidak percuma dia bernama Ruhcinta!”Semua orang tak ada yang bicara. Mereka seolah menunggu dan ingin melihat apa yang hendak dilakukan Ruhcinta. Gadis ini melangkah melewati Jin Patilandak, Bintang, Bayu dan Arya. Di hadapan Maithatarun dia berhenti sebentar dan berkata. “Aku tidak mau orang itu dibunuh karena aku ingin mengorek keterangan lebih dulu darinya. Apa artinya kematian tak berguna dibanding keterangan penting yang bisa kudapat.”Maithatarun hanya anggukkan kepala. Bintang melirik pada Bayu serta Arya. Sebelum melangkah mendekati Jin Tutul Seribu yang sampai saat ini masih tergelimpang di lantai rumah, Ruhcinta lebih dulu mendatangi Panglima Yudha. Tanpa rasa takut diusapnya tengkuk binatang
Ketika semua orang memandang ke tengah rumah, termasuk Bintang, mereka jadi merinding. Sosok Jin Tutul Seribu hanya tinggal tulang belulang. Kulit dan daging tubuhnya terkelupas mengerikan!“Pukulan Mengelupas Puncak Langit Mengeruk Kerak Bumi!” seru Maithatarun yang mengenali pukulan yang telah menamatkan riwayat Jin Tutul Seribu.“Pukulan itu hanya dimiliki Jin Muka Seribu” berucap Bintang. “Berarti dia barusan ada di sini. Membunuh Jin Tutul Seribu karena tidak mau rahasianya terbuka.”“Tunggu dulu. Menduga boleh saja. Tapi bersikap penuh selidik harus diutamakan,” Ruhcinta ikut bicara. “Mungkin juga bukan kakek ini yang jadi sasaran. Tapi salah satu dari kita.” berkata Ruhcinta. “Atau mungkin penyerang gelap memang inginkan nyawa Jin Tutul Seribu, tapi sekaligus juga mengincar nyawa sahabatku bernama Bintang itu!” Sesaat semua orang jadi terdiam.“Sebaiknya kita tinggalkan t
Panglima Yudha mengaum. Semua orang tergagau kaget. Pada saat sosok harimau putih itu lenyap Bintang dan Ruhcinta yang kini hanya memeluk angin sama-sama terjerembab dan pipi mereka saling bergeseran!“Sialan si Bintang itu! Dia pasti berpura-pura jatuh!” kata Bayu berbisik pada Arya.“Anak itu rejekinya memang lebih besar. Kalau saja sosoknya sama besar dengan si gadis, lebih keenakan lagi dia! Lalu kita mau bilang apa?!” Arya mencibir lalu tertawa perlahan.Dengan wajah agak kemerahan Ruhcinta memandang berkeliling lalu berkata. “Kita belum lama berkenalan. Tapi begitu banyak saling menanam budi. Aku percaya pada kalian semua sahabatku. Kalau memang kalian mau tahu, aku akan ceritakan riwayat diriku. Aku mulai sejak diriku yang masih berusia dua bulan ditemukan seorang nenek sakti di dalam hutan. Di dalam satu kantong yang tergantung di badan seorang perempuan muda yang mati menggantung diri.”Selagi semua orang terke