Setelah ditinggal si nenek muka kuning Ruhkentut alias Jin Selaksa Angin, Bayu dan Arya yang masih ditemani lelaki banci Betina Bercula berusaha mencari Bintang. Tentu saja mereka tidak tahu kemana Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab membawa kabur pemuda itu. Mereka hanya melihat arah lenyapnya Si kakek. Ke arah itulah Kedua orang ini coba menyelusuri jejak Bintang.
Sambil berlari sesekali Bayu memandang ke langit. Sebentar lagi sang surya akan segera tenggelam. "Aku khawatir..." kata Bayu.
"Apa yang kau khawatirkan?" tanya Arya
"Sahabat kita itu. Jangan-jangan dia sudah dipesiangi oleh Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab!"
Arya tak berani menjawab.
"Bayu, tunggu. " Arya tiba-tiba berseru lalu hentikan larinya.
"Ada apa?" tanya Bayu ketika dilihatnya Arya berdiri diam sambil memegangi daun telinganya sebelah kanan yang dipasang terbalik oleh Jin Selaksa Angin.
"Aku mendengar suara bising di belakang sana."
"Telingamu salah pasang! Anginpun
"Hai apa yang kalian bisikkan tadi?" bertanya Betina Bercula. "Jangan-jangan kau mau menyerahkan aku pada kakek berjubah ungu itu sebagai tumbal!""Harap kau diam saja. Lihat saja nanti apa yang terjadi. Jika aku perlu bantuanmu jangan bertindak lalai!" jawab Arya.Dua kakek itu tentu saja sama-sama terkejut me- lihat kemunculan Bayu yang tidak terduga. Bayu bertindak cepat. Sebelum salah seorang dari dua kakek itu berbuat atau mengucapkan sesuatu dia sudah melompat ke hadapan Pawungu sambil membuka kancing-kancing bajunya hingga dadanya tersingkap lebar.Pawungu yang hendak membentak garang menjadi kecut begitu matanya melihat gambar seekor Rajawali Emas bergelung di dada Bayu."Pemuda, apa maumu...?" tanya Pawungu. Ketika menjawab Bayu sengaja besar-besarkan suaranya. "Pawungu, kau mempunyai otak tapi tidak mau berpikir. Kau mempunyai hati tapi tidak menaruh perasaan. Lekas berlutut di hadapanku! Aku Rajawali Emas Langit Ketujuh ingin bicara denganmu!"
"Asyikkk.... Enak 'kan...? Enak 'kan?! Hangat- hangat pedas!" kata Bayu pula pada Pawungu lalu tertawa gelak-gelak. Betina Bercula ikut tertawa terpingkal-pingkal."Aku puas! Ha... ha... ha! Kaulku kesampaian!" kata Arya dan tertawa mengekeh lalu tarik kembali celananya ke atas."Kalian berdua! Jahanam terkutuk! Aku bersumpah akan membunuh kalian! Sebelum mati aku akan menyiksa kalian habis-habisan!" teriak Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab."Kakek Sejuta Tolol Sejuta Bodoh!" teriak Bayu. "Kau bersabarlah! Giliranmu segera datang!" Bayu membisikkan sesuatu ke telinga Arya lalu dia berkelebat lenyap ke balik kerapatan pepohonan di ujung lembah. Tak lama kemudian Bayu kembali. Dia membawa sesuatu yang dibungkus dalam daun talas."Apa yang kau dapat?" tanya Arya."Lumayan banyak," jawab Bayu lalu membuka bungkusan daun talas dan memperlihatkan isinya pada Arya seraya berkata. "Semut rangrang tujuh ekor. Cacing tanah tiga ekor. Kalajengking dua ekor. Anak
"Dewi Awan Putih! Kau... kau yang barusan menyerang kami?" Bayu yang pertama sekali bersuara."Jangan banyak mulut! Mana sahabat kalian yang bernama Bintang itu?!""Kelihatannya ada kemarahan besar dalam diri Dewi itu," bisik Arya."Kami... kami justru sedang mencarinya," menjelaskan Bayu.Dewi Awan Putih memandang berkeliling. Matanya membesar ketika memperhatikan Betina Bercula. "Aku tahu, kalian berdusta! Kalian pasti mengetahui dimana dia berada. Tapi tidak apa! Aku pasti akan menemukan pemuda itu! Jika urusanku dengan dia sudah selesai kalian berdua dan juga lelaki berdandan seperti perempuan ini akan menerima bagian!"Hai! Apa salah kami!" kata Betina Bercula."Dewi Awan Putih, katakan apa yang terjadi. Kami lihat kau tengah dilanda amarah besar!""Bukan cuma aku! Tapi semua Dewi dan Dewa di Negeri Atas Langit!"Bayu dan Arya saling berpandangan. "Apa pasal para Dewi dan para Dewa marah-marah?" tanya Bayu."Bunda D
Pasedayu gelengkan kepala. "Tak ada hal lain yang bisa kuperbuat Aku hanya berkemampuan merubah jaring ini dari jaring api menjadi jaring tali biasa. Lebih dari itu aku tak bisa. Seperti penjelasanku dulu, hanya ada beberapa orang saja di Negeri Jin ini yang mampu memutus jaring api biru ini...”"Berarti kita bisa seumur-umur mendekam di dalam jaring celaka ini! Mungkin ajal lebih dulu datang menjemput sebelum ada yang membebaskan kita!" kata Ruhsantini."Kek, kalau aku tidak salah mengingat, kau pernah mengatakan siapa-siapa saja orang yang mampu menjebol jaring ini. Siapa tahu ada orang yang bisa menemui mereka untuk dimintai bantuannya ""Aku tidak yakin. Orang-orang itu seperti setan. Ada bernama tapi sulit dicari bahkan entah masih hidup atau sudah menjadi satu dengan tanah. Seorang di antara mereka adalah Jin Obat Seribu. Tapi manusia satu ini aneh angin-anginan. Kalau hatinya sedang senang apapun yang diminta orang akan diberikannya sekalipun
"Siapa?!" tanya Jin Terjungkir Langit tak kalah kerasnya."Patandai alias Jin Bara Neraka!"Si kakek tersurut satu langkah mendengar ucapan Maithatarun itu. Sementara Ruhsantini keluarkan seruan tertahan karena tidak menyangka nama bekas suaminya itu yang bakal diucapkan Maithatarun. "Aku sudah menduga..." kata Jin Terjungkir Langit dengan suara bergetar. Sepasang matanya sekilas tampak berkaca-kaca. Ada satu perasaan besar yang seperti coba ditekannya."Aku sendiri memang pernah melihat tanda itu di lengan kanan sebelah belakang Jin Bara Neraka..." Orang tua ini kemudian berpaling pada Ruhsantini. "Kau adalah istri Jin Bara Neraka ""Saat ini aku tidak lagi jadi istri manusia keji jahat itu!" menukas Ruhsantini."Aku tahu perasaanmu Hai Ruhsantini. Tapi bagaimanapun kau pernah menjadi istrinya. Yang aku ingin tanyakan, apakah kau pernah tahu, melihat atau menyadari bahwa Jin Bara Neraka memang memiliki tanda seperti yang ada di lengan
PAEKAKIENAM, kuda hitam berkaki enam milik Maithatarun bergulingan bergemuruh kian kemari sambil melejang-lejangkan kaki. Debu dan pasir semakin banyak beterbangan ke udara. Dua pohon patah dan sebuah batu besar terbelah berkeping-keping dihantam tendangan binatang raksasa itu. Bau sangit daging terbakar memenuhi udara. Kuda bertanduk dua itu meringkik sekali lagi lalu."brakk!"Tubuhnya menghantam sebatang pohon besar. Pohon ini berderak keras lalu tumbang dengan suara menggemuruh. Di bawah pohon Paekakienam terkapar melejang-lejang. Sekujur tubuhnya yang penuh guratan luka sangat dalam, berselemak darah, mengepulkan asap, berada dalam jiratan jaring api biru."Pae! Pae! Kudaku... Kudaku!" teriak Maithatarun melihat apa yang terjadi dengan binatang tunggangannya itu. Lalu seperti orang kalap dia hendak mengamuk. Kakinya diangkat untuk bisa menginjak putus jaring di bagian bawah tapi tidak berhasil. Tangannya lalu digerakkan untuk melepas pukulan Kutuk Api Dari
"Terima kasih kau mau membantuku sang Junjungan. Tapi jika kau tidak keberatan Hai Junjungan biar aku beritahu padanya pasal lantaran apa aku ingin menghabisi keparat bernama Maithatarun ini!"Sang Junjungan kelihatan tidak begitu senang dengan ucapan Patandai alias Jin Bara Neraka itu. Tapi dia akhirnya anggukkan kepala. Jin Bara Neraka lalu berpaling pada Jin Terjungkir Langit. "Agar kau tahu!" kata Jin Bara Neraka pula. "Makhluk bernama Maithatarun yang sepasang kakinya ditancapi Bola-Bola Neraka itu sudah sejak lama menjadi musuh besarku. Belum sempat aku membalaskan sakit hati dendam kesumat, tahu-tahu dia main gila bergendak-gendak dengan istriku. Dia merampas Ruhsantini dari tanganku!""Mulutmu kotor! Tuduhanmu keji!" teriak Maithatarun dari dalam jaring."Aku tidak pernah merampas Ruhsantini! Perempuan itu meninggalkan dirimu karena kau berniat hendak membunuhnya! Otakmu sudah jadi gila karena dicuci oleh dukun jahat Jin Santet Laknat! Kau bahkan tega he
"Wusss!"Di ujung tongkat kini kelihatan ada api menyala! Barisan gigi-gigi sang Junjungan sunggingkan seringai aneh. Dia hantamkan tongkatnya ke depan.”wuuuttttt”Satu lingkaran api luar biasa panasnya membuntal ke arah Jin Terjungkir Langit. Yang diserang tidak tinggal diam. Dua kaki digerakkan melancarkan serangan balasan. Sementara tangan kanan menyelinap melancarkan pukulan ke arah badan tongkat tulang.Lingkaran api yang hendak menggulung Jin Terjungkir Langit serta merta buyar begitu terkena sapuan angin dingin biru yang melesat keluar dari dua kaki Jin Terjungkir Langit. Melihat dia mampu menghancurkan serangan lawan Jin Terjungkir Langit jadi bersemangat. Tenaga dalamnya dilipat gandakan ke arah tangan yang tengah berusaha memukul tongkat tulang.Sang Junjungan putar tangan kanannya. Tongkat tulang yang ujungnya ada apinya berputar secara aneh."Kraaakk!"Jin Terjungkir Langit berhasil memukul tongkat tulang itu