"Jangan-jangan anak itu sudah dicium setan congek hingga telinganya jadi tuli!" kata Bayu
"Aku khawatir dia bukan cuma tuli, tapi matanya juga ikut-ikutan tidak beres. Masakan kita berada sedekat ini dia tidak bisa melihat!" ujar Arya pula.
"Kita cari jalan berputar. Mungkin bisa tembus! Jalan ke ujung sana baru membelok ke arah pedataran rumput!" kata Bayu. Arya setuju.
Dua orang itu lari ke ujung timur. Setelah cukup jauh mereka membelok ke kiri. Tapi "buukk.. bukkk!" Kembali sosok mereka menghantam dinding yang tidak kelihatan. Selagi terhuyung-huyung tiba-tiba Bayu berseru.
"Dia lenyap! Bintang lenyap!"
Saat itu Ksatria Pengembara yang tadi berada di dekat lapangan sebelah sana kini memang lenyap tak kelihatan lagi.
"Kemana kita harus mencari? Apa yang terjadi dengannya?!" Arya tampak bingung sekali.
"Aku tidak percaya pada segala macam setan, jin atau dedemit!" berkata Bayu.
"Jangan-jangan ada orang jahat berkepandaian tin
RIMBA ALAS DIAM SALAWASAN adalah sebuah hutan rimba yang dibuat dengan susunan dan mantra Ilmu Hitam tertentu dengan maksud untuk mengacaukan atau membuat bingung orang yang memasukinya. Selain itu juga ditanami tumbuhan beracun, jebakan-jebakan mematikan dan hewan-hewan buas dan beracun seperti ular, kalajengking, buaya dan macan. Orang asing yang tidak mengenal keadaan hutan ini, dapat masuk namun kemungkinan untuk keluar tidak ada sama sekali. Hal ini selain banyaknya jebakan-jebakan yang mematikan, juga penanaman pohon diatur sedemikian rupa, sehingga selain dapat membingungkan juga menghalangi pandangan di sekitarnya. Rimba Alas Diam Salawasan (Hutan Tinggal Abadi). Disebut demikian karena orang-orang yang mencoba masuk ke kawasan hutan ini tidak dapat keluar lagi sehingga “menetap” di sana sampai akhir hayatnya.“Rimba Alas Diam Salawasan!" ujar Bintang kaget. Dia ingat, Maithatarun pernah menuturkan keangkeran hutan ini. Lalu dia ajukan pertanya
Ksatria Pengembara pandangi wajah dan sosok Ruhtinti. Jika tidak dalam keadaan seperti itu dia akan menyadari betapa gadis berkulit hitam manis ini bukan saja memiliki wajah cantik jelita tapi juga tubuh yang sangat bagus dan tersingkap di sana-sini penuh menggairahkan. Sebaliknya Ruhtinti yang berada dalam keadaan lebih tenang setiap dia menatap paras sang pendekar dadanya terasa berdebar. Dia harus mengakui, tidak ada pemuda di Negeri Jin yang memiliki wajah segagah pemuda asing ini.Bintang kepalkan dua tangannya. Lalu dia ingat akan "llmu Mata Dewa" yang di dapatnya dari Dewa Kera. Pada Ruhtinti dia berkata."Kita pasti bisa keluar dari sini! Aku akan berusaha!" Lalu Bintang salurkan tenaga dalamnya ke kepala. Matanya dikedipkan dua kali berturut-turut. Dia memandang berkeliling. Seperti diketahui dengan ilmu itu Bintang bisa melihat apa saja dikejauhan sekalipun terhalang sesuatu.Namun saat itu sampai dia cucurkan keringat dingin dan sepasang matanya menja
Bintang pegang lengan Ruhtinti. Sambil memandang berkeliling dia berkata. "Keadaan di tempat ini aneh sekali. Barusan saja aku masih melihat matahari di langit dan cuaca terang benderang. Mengapa tahu-tahu di sini keadaan redup, matahari mendadak lenyap, udara berubah gelap seolah-olah siang telah berganti dengan malam. Atau saat ini hari sebenarnya memang telah malam? Aku menangkap suara jengkerik tiada henti di sekitar sini. Lalu ada suara kodok "Disentuh lengannya begitu rupa membuat Ruhtinti jadi berdebar. Si gadis balas letakkan jari jari tangannya yang halus di atas tangan Bintang."lnilah kawasan yang kukatakan sedikit aman bagi kita Di luar sana sebenarnya hari masih siang. Tapi di sini siang malam sama saja. Suara jengkerik dan kodok tak pernah putus""Katamu ada sebuah goa Aku tidak melihat apa-apa," kata Bintang pula. Ruhtinti menunjuk pada tiga pohon besar yang tumbuh berdampingan."Di balik pohon besar sebelah kanan ada satu gundukan tanah t
"Katakanlah" jawab Bintang ketika Ruhtinti hentikan ucapannya. "Tapi harap kau duduk di lantai. Kalau kau duduk di pangkuanku rasanya aku tak bisa bernafas!" Ruhtinti tertawa. Dengan manja dia turun dari pangkuan Bintang, lepaskan rangkulannya dan duduk di lantai. Walau keadaan di dalam goa itu redup dan agak gelap namun Bintang masih bisa melihat bahwa saat itu di sebelah atas Ruhtinti tidak mengenakan apa-apa lagi. Dadanya yang polos kencang menantang. Senyumnya tidak berkeputusan dan sepasang matanya menatap tidak lepas-lepas dari wajah Bintang."Kau seperti berubah. Ada apa Ruhtinti?" tanya Bintang."Hai, aku terlalu bergembira, Bintang. Seperti kau katakan tadi aku ingat ada satu cara yang bisa membuat kita mampu keluar dari rimba belantara terkutuk ini!""Kalau begitu lekas kau katakan agar kita secepatnya berusaha melakukan," jawab Bintang. Bau harum yang merebak dari tubuh dan rambut si gadis membuat darah sang pendekar tambah bergejolak. Apalagi j
"Bintang!" Ruhtinti bangkit berdiri, menyambar pakaian daunnya lalu mengejar. Bintang sengaja menyembunyikan diri di tempat gelap, di antara dua batu besar dibalik serumpunan semak belukar. Di sekelilingnya suara jangkrik ditingkah suara kodok terdengar tidak berkeputusan. Sambil duduk Bintang genggam Pedang Pilar Bumi yang diletakkannya di pangkuannya."Ruhtinti, aku menaruh curiga. Jangan-jangan gadis itu menyembunyikan satu niat jahat. Mengapa dia tiba-tiba menunjukkan sikap jalang? Waktu bertemu pertama kali rambut dan tubuhnya tidak wangi. Tapi tadi baunya harum sekali. Dan bau harum itu merangsang darah di tubuhku. Di sengaja memakai minyak pemikat. Gila, hampir saja! Jika dia memang tahu rahasia keluar dari hutan terkutuk ini seharusnya...""Bintang!” Ksatria Pengembara tersentak. Memandang ke depan Ruhtinti tahu-tahu sudah tegak di hadapannya. Gadis ini telah mengenakan pakaian daunnya."Mungkin aku telah melakukan satu kesalahan besar. Aku... Aku
Bintang maklum selain memiliki ilmu hitam jahat si nenek juga menguasai ilmu silat dan kesaktian tinggi serta kelicikan tipu daya tak terduga. Karenanya dia bertekad untuk menghadapi Jin Santet Laknat habis-habisan.Dua gelombang angin menyapu kearahnya. Bintang membentak garang. Sesaat suara tiupan seruling lenyap. Sambil melompat ke atas dan jungkir balik di udara Bintang yang memegang Pedang Pilar Bumi di tangan kiri kembali meniup senjata itu. Kali ini dengan pengerahan hampir tiga perempat tenaga dalamnya! Bintang maklum sudah kelemahan ilmu hitam Jin Santet Laknat dalam menyirap kawasan rimba belantara Alas Diam Salawasan. Yaitu tidak sanggup bertahan dan buyar terhadap kekuatan bunyi yang dahsyat!Mungkin itu sebabnya dia tidak terlalu suka berada di kawasan sekitar goa yang selalu dihantui suara jangkrik dan kodok terus menerus. Walau suara-suara binatang itu tidak sampai membuyarkan ilmu hitamnya namun hatinya selalu tidak tentram jika telinganya mendengar sua
"Kau tidak ingin mengambil pedang dan menyentuh dadaku?! Aku kekasihmu!" Sosok di depan Bintang berucap. Dan saat itu Bintang benar-benar melihat sosok utuh serta wajah cantik Ruhcantik tegak, tersenyum di hadapannya dalam keadaan dada membusung putih dan polos. Selagi Bintang terpana tak bergerak seperti itu tiba-tiba di udara melesat cahaya biru dan “Wuttt!" Jin Santet Laknat pergunakan kelengahan lawan untuk menyerang. Api lblis Penjaring Roh Kembali melesat, menebar menjirat ke arah Ksatria Pengembara."Kau tak akan bisa lolos! Kali ini kau tak akan bisa menyelamatkan diri! Masuk ke dalam jaring! Masuk ke dalam jaring!" Suara Jin Santet Laknat mengiang aneh di telinga Bintang. Ternyata nenek jahat ini telah pergunakan ilmu kesaktiannya yang disebut Menyadap Suara Batin. Ucapannya itu masuk ke telinga Bintang, menyerap ke dalam otak dan hatinya. Antara sadar dan tidak Ksatria Pengembara kini bukan cuma berdiri diam, tapi malah melangkah maju seolah menyambut kedatang
"Aku tidak percaya pada pendengaranku! Bagaimana mungkin kau berbuat dan berucap seperti itu padaku?!" Bintang menyeringai."Sekarang aku yakin kau Ruhtinti betulan ""Aku tak mengerti. Memangnya ada apa ?" tanya si gadis."Kalau kau Ruhtinti jejadiannya Jin Santet Laknat, waktu aku katakan hendak meraba dadamu tadi pasti kau sudah membuka pakaianmu dan angsurkan diri!" Merahlah paras Ruhtinti.Nanti aku ceritakan bagaimana nenek keparat itu hendak mengelabuiku. Sekarang terangkah apa yang terjadi dengan dirimu." Bintang lalu menolong Ruhtinti bangkit dan duduk. Maka Ruhtinti lantas menuturkan."Malam tadi sewaktu kita berada dalam goa. Tiba tiba Jin Santet Laknat muncul. Dia menginjak ulu hatiku dengan kakinya hingga aku tidak sadar. Ketika tadi aku siuman kudapati diriku dicampakan si nenek di satu tempat tak jauh dari sini. Tubuhku terbungkus pakaianku sendiri yang dulu pernah sirna terkena sentuhan matahari. Selain pakaian ini, seperti kau liha